23. Eunha dan bola ubi

83 15 1
                                    

" Won, bukannya gue udah bilang ya jangan pernah bawa-bawa masalah persaudaraan kalian? Ini udah terlampau jauh Won, tolong sadar.." Hoshi mencoba menceramahi Wonwoo yang kini sedang berada didepan teras rumahnya, menatap kosong pemandangan didepan sana.

" Won, lo dengerin gue ga sih? Ini nyawa orang melayang loh, nu, tolong banget ini mah, gue gamau punya temen kriminal..." Hoshi memohon, sudah kepalang pasrah dengan sikap Wonwoo. " Kalo tau gue kriminal kenapa masih temenan sama gue?" Wonwoo berkata cuek, menyesap separo kopi kalengan yang dia beli tadi dijalan.

" Karena gue tau lo orang baik!"

" Gue ga baik dari kecil." Wonwoo menyangkal, " Gue brengsek, gue gasuka dia hidup bahagia lebih dari gue. Kenapa juga lo temanan sama orang brengsek?"

" Won!" Hoshi menggeram kesal, " Gue tahu itu bukan lo."

" Memang bukan gue." Wonwoo membuang kaleng kopinya secara sembarangan, " Gue ga tahu caranya, selamanya gapernah tahu. Gue ga tahu cara menghentikan hal itu biar ga muncul, tapi kalo dengan cara itu gue bisa menghancurkan hidup orang yang ga gue suka, gue masa bodo."

" Padahal awalnya gue mikir lo waras dan ga butuh ke pskiater.." Hoshi berkata lirih, " Tapi setelah denger kata-kata lo barusan, gue yakin lo harus ke rumah sakit jiwa, nu."

" Bukan cuma gue yang harus ke rumah sakit jiwa." Wonwoo menjawab santai, " Ayah gue juga, bahkan Mingyu juga." Wonwoo bangkit berdiri, " Begitulah dunia gue berjalan, Hosh. Gue ga pernah tahu bagaimana caranya berhenti, bahkan kalo lo maksa gue berhenti, gue gapernah tahu kapan hal itu terjadi."

" Gue yakin, pasti dalam diri lo sendiri, lo pengen berhenti kan?" Hoshi bertanya penuh harap, namun Wonwoo hanya merespon dengan kedikan bahu. " Gue gatahu."

" Lo kasihan sama Mingyu ga?" Hoshi bertanya serius, tetapi Wonwoo tidak bergeming. " Oke, kalo lo ga kasihan sama Mingyu, lo kasihan sama sepupu Jepri ga yang meninggal karena orang yang lo suruh nyerempet Haechan malah salah nabrak dia, lo kasihan ga?" Hoshi seperti mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin, tetapi cowok itu tetap mencoba.

" Hosh.." Wonwoo memanggil pelan, " Gue ga tahu apa itu perasaan kasihan yang kaya gimana, bahkan kalo gue ngerasain hal itu, mungkin gue ga sadar."

Hoshi menghela napas pasrah.

Andaikan gue ada disana waktu kalian masih kecil, andaikan gue ada disana, pasti segala kekerasan itu gaakan pernah kalian terima.

Andaikan....

~~~~~~~~~~~~~~~~

Eunha berdiri didepan gang rumah Mingyu bagaikan security komplek karena dia ingin memberikan sesuatu yang dibuat oleh bundanya, kenapa harus didepan gang? Karena dia pengen jalan bareng sama Mingyu. Eunha tahu tadi cowok itu tidak menggunakan motor pribadi tetapi angkutan umum, jadi sudah dapat dipastikan Mingyu akan berhenti di gang ini dan berjalan menuju rumahnya.

Namun bukannya melihat Mingyu, ia malah melihat Tzuyu yang juga sedang berjalan, cewek itu menatapnya seperti tak mengenal Eunha, " Eh, nama kamu Tzuyu bukan?" Eunha mencoba ramah family friendly kepada adik kelas yang terpaut satu tahun dengannya itu, " Iya mbak." Tzuyu menjawab sembari menganggukan kepalanya.

" Mbak mau ngapain?" Tzuyu bertanya balik, Eunha mengulum senyuman. " Mau ketemu Mingyu, mau ngasih makanan."

" Oh." Tzuyu menjawab pendek dan segera berlalu, membuat Eunha mengerutkan dahi. " Anjir gitu doang jawabannya?" Eunha ngamuk-ngamuk, " Datar amat, Mingyu kok bisa akrab banget ya sama dia?" Eunha bertanya-tanya, namun setelahnya ia mendengar suara deru angkutan umum. Eunha langsung sigap menatap kearah angkot itu dan tersenyum melihat kemunculan Mingyu.

Rekayasa [Eunha x Mingyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang