20. Tabrak lari

109 17 5
                                    

Mingyu baru saja sampai kerumahnya, tetapi adeknya yang bernama Haechan belum juga sampai kerumah, padahal tadi anak itu pamit main bersama temannya sekitar jam sembilan pagi, tapi sampai jam lima sore begini tak kunjung pulang juga anak itu. " Lah tu anak main dimana kaga pulang-pulang? Kena wawancara Pakde ntar gue.." Mingyu pun bergegas menelpon bokem itu, tetapi tak kunjung dibalas dan justru mendapat informasi jika orang yang dihubungi sedang berada diluar jangkauan.

" Yaelah," Mingyu menghela napas, " Keluar dulu deh cariin.." Mingyu pun bergegas keluar, tetapi dia malah melihat tetangganya yang diidam-idamkan banyak temannya itu sedang berjalan keluar menggunakan hoodie kebesarannya sembari melirik Mingyu, " Juwi! Lihat Haechan ga?"

" Hah? Haechan?" Tzuyu berhenti berjalan, " Kaga tuh, belum balik kali.."

Mingyu cuma ber oh ria saja dan berjalan keluar, palingan juga Haechan main ke peternakan rusa yang ada disekitar komplek, " Mau kemana?" Tzuyu balik bertanya, " Nyariin Haechan. Lo juga mau kemana?"

" Beli gas."

" Di warung deket Eunha itu?"

" Eunha siapa?"

" Oh, gakenal toh." Mingyu tidak melanjutkan percakapan, tetapi Tzuyu malah memanggilnya. " Gyu! Gue gatau warungnya dimana, kasih tau lah dimana!"

" Pakek mas dong kalo manggil! Kita tuh beda setahun!" Mingyu protes , tapi Tzuyu mana peduli. " Males. Buruan kasih tau!" Tzuyu bertanya menuntut, " Lurus, belok kiri, ada rumah gede punya Mang Jidi yang jualan es serut, lurus lagi, ada aula yang biasanya buat tempat posyandu, belok kanan, rumah Eunha yang cat ungu, nah disebelahnya. Paham ga?"

Tzuyu ngangguk-ngangguk doang, dia pun segera berjalan pergi, membuat Mingyu ikut-ikutan pergi untuk mencari adiknya, " Itu dia paham apa engga ya? Ah bodo amat." Mingyu masa bodo dan kembali meneruskan perjalanan, tetapi sesampainya dipeternakan, dia tidak menemukan siapa-siapa dan malah bertemu dengan bocil komplek sebelah.

" Eh Haechan mana woi?" Mingyu buru-buru bertanya, soalnya dia kenal dengan bocil itu, namanya Jungwon. " Gatau lah mas, orang tadi mainnya sama Jeno bukan gue.." Bocil itu menjawab judes

" Lah?" Mingyu menaikan alis, kebingungan tentu saja. Lalu adiknya ini sedang berada dimana? Apa jangan-jangan dia diculik ? Mingyu langsung panik, dia buru-buru kembali kerumahnya untuk mengambil motor untuk mencari adiknya, tetapi ditengah kepanikannya itu mendadak ponselnya berdering, memberitahukan panggilan dari kontak bernama Eunha.

Mingyu langsung mengangkat panggilan itu, " Halo na? Ada apa?"

" Mingyu, gue ketemu sama adek lo dipinggir jalan, ini dia lagi tremor."

" Lah kenapa?"

" Gatau, lo buruan ke taman deket rusun, temennya jadi korban tabrak lari."

" Hah? Oke gue kesana."

Mingyu segera menyalakan motor dan mengendarainya menuju lokasi yang Eunha sebutkan, sesampainya disana, ia melihat Haechan-adiknya- dikelilingi oleh banyak orang termasuk Eunha, Mingyu turun dari motornya dan bergegas mendekati kerumunan.

" Haechan!" Mingyu memanggil adiknya, membuat tatapan orang-orang terfokus padanya termasuk Eunha, " Kejadiannya gimana? Kok bisa jadi gini?" Mingyu langsung banyak tanya padahal Haechan baru saja menatap kearahnya, " Mendingan pulang dulu deh--"

" Jengukin Jeno dulu bang!" Haechan tiba-tiba bersuara, Mingyu langsung terperangah, " Dia yang jadi korban tabrak lari..?"

Haechan mengangguk dengan mata sembapnya, sementara Eunha hanya bisa menghela napas pelan. " Tadi habis pulang sama Lisa gue lewat sini, eh lihat rame-rame, terus gue samperin deh, ternyata korban tabrak lari yang bikin macet tadi pagi tuh temennya Haechan.." Eunha berkata lirih, " Kenapa bisa gitu? Terus lo udah ngabarin Jepri? Jeno kan sepupu dia.."

Rekayasa [Eunha x Mingyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang