Jeruji besi yang kokoh itu digoyang-goyangkan sekuat tenaga hingga menciptakan kebisingan.
"Penjagaaa... dengar aku!" Felix berteriak dari dalam tahanan.
Penjaga yang sudah muak dengan tingkah Felix pun mendekat. "Kenapa kau hobi sekali membuat kegaduhan!"
"Jika kalian mendengarkan dan menuruti permintaanku... tidak mungkin ada kegaduhan!" sentak Felix yang lebih galak dari penjaga.
"Ada apa? Kau pikir ini penjara milik nenek moyang kau! Seenaknya bisa keluar masuk!" Penjaga itu memukulkan tongkat pada jeruji besi agar Felix mundur. "Sana-sana istirahat saja. Sebentar lagi jatah makan siang akan datang."
Pemuda itu berusaha menenangkan diri. "Sekarang aku akan bicara dengan baik." Felix menghela napas panjang. "Penjaga... tolong keluarkan aku. Aku ingin melihat Maheen."
"Maheen siapa? Memangnya kau punya keluarga di sini!"
"Seorang pelayan di sini, masa tidak mengenal Maheen? Bukankah dia sering berpapasan dengan kau?" protes Felix.
"Kau ini selain pembuat kegaduhan, sepertinya agak kurang waras, ya? Tidak pernah aku berurusan atau berpapasan dengan orang bernama Maheen! Tanya saja pada penjaga lain, barangkali mereka mengenalnya!" Penjaga itu pergi meninggalkan Felix dan kembali bertugas.
Siangnya, seorang pria membawakan makanan untuk para tahanan, termasuk Felix. Pemuda asal Romawi itu pun langsung menanyakan keadaan Maheen pada pelayan tersebut.
"Bagaimana keadaan Maheen?" tanya Felix.
Pelayan mengerutkan kening. "Kau berbicara padaku?"
"Memangnya di sini ada siapa lagi selain kau?"
Sang pelayan menyeringai. "Tapi aku tidak tahu siapa yang kau bicarakan."
"Kau tahu di sini ada pelayan tertusuk seminggu yang lalu? Nah, bagaimana keadaan gadis itu sekarang?" Felix menjelaskan.
"Oh... dia. Aku tidak tahu. Tanyakan saja pada para penjaga. Tidak semua pelayan laki-laki mengenal pelayan perempuan! Kami lebih sering berinteraksi dengan penjaga dan bagian dapur, ini berlaku untuk laki-laki ataupun perempuan."
Kali ini Felix menyentuh makanan dari pelayan demi bisa berkomunikasi. Biasanya ia selalu jual mahal tidak mau menerima hidangan dengan baik-baik. Padahal masih bisa hidup di kandang musuh saja masih untung!
Malamnya, saat penjaga sedang berkeliling Felix langsung menghentikan salah satunya.
"Kenapa? Apa kau akan membuat kegaduhan lagi?" tanya penjaga.
Pemuda dari Romawi itu memang sudah terkenal bagi penjaga istana sebagai orang yang sering membuat kegaduhan. Tak heran jika penjaga menjawab seperti itu.
"Aku ingin berkompromi... aku benar-benar serius tidak sedang bersiasat." Felix menghela napas. "Tolong beri aku kesempatan untuk keluar dari penjara ini beberapa hari saja. Aku ingin memastikan bahwa pelayan yang seminggu lalu tertusuk karena menyelamatkan aku, dia dalam keadaan baik-baik saja."
"Tidak bisa! Kau ini penjahat! Tak boleh keluar masuk begitu saja." Penjaga itu maju beberapa langkah berlalu meninggalkan Felix.
Namun sipir yang di belakangnya menghentikan langkah kembali ketika Felix menahan. "Dengarkan aku sebentar! Jika memang Harun itu baik, tolong sampaikan padanya untuk memberi kesempatan aku keluar beberapa saat agar aku bisa melihat keadaan pelayan itu. Atau bicara pada siapa saja yang berhak atas diriku ini! Aku benar-benar ingin memastikan keadaan gadis itu."
Penjaga hanya menatap wajah Felix tanpa bersuara. Saat sang tahanan berhenti berbicara, sipir itu meneruskan tugasnya tanpa menjawab sedikit pun kalimat dari Felix.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahin Dalam Jeruji Kota Baghdad [END]
Historical FictionBenarkah seseorang bisa bertukar jiwa? Namun, bagaimana jika jiwamu justru berpindah pada tubuh seseorang di zaman yang berbeda? Mahin, mahasiswi University of Baghdad masuk ke tubuh pelayan kerajaan di zaman kekhalifahan Harun Ar-Rasyid. Pelayan it...