Setelah dibawa ke Konstantinopel oleh Kaisar Romawi Timur, Irene Sarantapechaina dinikahkan dengan Leo, anak Konstatinus V di tanggal 17 Desember tahun 769 Masehi. Dari pernikahan itu wanita asal Athena tersebut melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Konstatinus seperti ayah mertuanya.
Setelah Konstantinus V wafat, suami Irene diangkat menjadi kaisar. Kemudian di awal tahun 780 Leo berencana menobatkan anaknya yang masih berusia sembilan tahun untuk naik takhta sebagai Kaisar Konstatinus VI.
"Tapi anak kita masih sangat kecil," ujar Irene pada suaminya.
"Tidak apa-apa, ini biasa terjadi di kerajaan-kerajaan. Bukankah kau terlahir dari keluarga bangsawan yang biasa berhubungan dengan orang-orang kerajaan. Harusnya kau sudah paham tentang itu." Leo menjelaskan.
"Baiklah, terserah kau saja! Tapi karena aku adalah permaisuri di sini, maka biar aku saja yang bertugas memerintah kekaisaran sebagai wali dari Konstatinus."
Leo setuju dengan permintaan Irene. Namun, belum berakhir tahun 780, Kaisar Romawi Timur itu meninggal dunia. Sehingga anaknya yang masih sembilan tahun benar-benar naik takhta dan pemerintahan digerakkan oleh Irene selaku ibu suri di kekaisaran tersebut.
Sayangnya pengangkatan Konstatinus VI sebagai Kaisar Romawi Timur menjadi polemik bagi beberapa pihak. Nicephorus yang tak lain saudara tiri Leo, melakukan makar agar keponakannya itu turun takhta dan digantikan oleh dirinya.
Sebagai ibu, Irene mencari cara agar akal busuk Nicephorus tidak terlaksana. Wanita itu mensucikan saudara tiri dari suaminya dan dijadikan sebagai pendeta. Sehingga statusnya sebagai pemuka agama membuat Nicephorus tidak memenuhi syarat untuk menjadi kaisar.
Sejak memegang kekuasaan, Irene membuat hubungan dekat dan melakukan diplomasi dengan beberapa kerajaan. Kegiatan tersebut diatur untuk menciptakan perluasan wilayah dan memperkuat pertahanan. Hingga pada tahun berikutnya ia berhasil menaklukkanSisilia. Sayangnya sang ratu tidak bisa melakukan hal yang sama terhadap kerajaan Islam yang dipimpin oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid.
Pasukan Irene kalah telak hingga membuatnya tunduk pada pempimpin ke lima dari Dinasti Abbasiyah. Tadinya Khalifah Harun akan menaklukkan Byzantium, kekaisaran Romawi Timur yang dipimpin wanita asal Athena tersebut. Namun seseorang telah mengirim pesan.
"Maharani Irene menawarkan perdamaian, Yang Mulia," ujar sang wazir pada Khalifah Harun Ar-Rasyid.
Mendengar ucapan tersebut, sang khalifah bersedia menemui utusan Irene di ruangan khusus. Pria itu duduk di atas kursi yang sudah disediakan sambil memandangi perwakilan dari kekaisaran Romawi Timur yang sedang duduk sambil menunduk.
"Katakan apa yang kau inginkan?" ujar Khalifah Harun Ar-Rasyid.
Pemuda di hadapannya tetap menunduk sambil berkata, "Ratu kami banyak mendengar tentang kehebatan Anda sebagai seorang pemimpin. Sekalipun engkau musuhnya, tetapi ia sering memujimu sebagai seorang kesatria."
"Apa tujuanmu ke sini?"
"Aku diperintahkan Maharani Irene untuk menawarkan perdamaian padamu, Yang Mulia."
Setelah mendengar penjelasan dari sang wazir dan berbicara langsung dengan utusan Ratu Irene, khalifah pun membuat keputusan.
"Katakan pada ratumu bahwa aku akan melepaskan Konstantinopel dengan syarat... ia harus mengirimkan upeti tahunan sebesar tujuh pulu ribu koin emas kepadaku."
Khalifah Harun juga meminta agar Ratu Irene memberi akses seluas-luasnya kepada kaum muslimin untuk berdagang di wilayah kekuasaannya, tak lain Byzantium atau dikenal juga dengan sebutan Romawi Timur.
"Jika ia menepatinya, aku akan menjamin Konstantinopel tidak akan diganggu oleh serangan muslimin lainnya. Aku juga tidak akan memaksa ratumu atau rakyatnya untuk memeluk Islam," imbuh sang khalifah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahin Dalam Jeruji Kota Baghdad [END]
Ficción históricaBenarkah seseorang bisa bertukar jiwa? Namun, bagaimana jika jiwamu justru berpindah pada tubuh seseorang di zaman yang berbeda? Mahin, mahasiswi University of Baghdad masuk ke tubuh pelayan kerajaan di zaman kekhalifahan Harun Ar-Rasyid. Pelayan it...