8🕌 Kegaduhan Penjara

34 14 21
                                    

Baghdad, Tahun 805

Meski ibu kota Dinasti Abbasiyah sudah pindah ke Raqqah sejak tahun 796, tetapi di tahun ini masih banyak urusan administratif yang dilakukan di Kota Baghdad. Bahkan para tahanan atau tawanan perang pun nyaris keseluruhan ada di istana Baghdad. Sedangkan Khalifah Harun Ar-Rasyid lebih sering berdiam di  istana Raqqah.

Karena khalifah sudah sering berada di kota yang berbeda, sejak berganti tahun beberapa peraturan telah berubah. Para pegawai yang semula wajib tinggal di istana, hanya boleh pulang beberapa kali dalam setahun... sekarang tidak lagi. Ada kategori pegawai yang boleh pulang pergi dari rumah ke istana, seperti: kusir kuda pengantar sayur dan tukang kebun. Hal itu dilakukan untuk membantu ekonomi masyarakat. Pihak kerajaan juga ingin memberi kesempatan pada siapa saja agar bisa bekerja di dalam istana.

Saat hendak mengantar makanan dan melintasi taman istana, Neina berpapasan dengan seseorang. Pemuda itu ditaksir seumuran dengannya. Biasanya ia hafal dengan orang-orang yang bekerja di tempat tersebut. Namun sejak kebijakan sedikit diubah, ia jadi sulit mengenali seseorang.  Kadang baru mengenal beberapa hari, para pegawai sudah diganti dengan yang baru.

Terlalu fokus untuk berusaha mengenali orang-orang baru, Neina tak sadar sudah sampai di tangga penjara. Gadis itu sudah menunaikan seluruh kegiatan mengantar makanan pada tahanan lain, sekarang tinggal satu orang lagi, yaitu Felix. Meski sudah berganti tahun, pemuda dari Romawi Timur itu belum juga mau menjawab apa motifnya ingin membunuh khalifah. 

Para petinggi dan penasehat istana khawatir jika di balik Felix yang ingin membunuh tersimpan misi besar dari musuh. Karena itu pindahnya ibukota ke Raqqah tidak langsung dibeberkan pada semua kerajaan.

Sampai di depan jeruji besi, Neina menyaksikan Felix sedang mengamuk sambil berusaha melepaskan rantai.

"Apa kalian sudah tidak waras! Kenapa masih tetap mengurungku meski sudah setahun lamanya!" Felix berteriak pada tembok yang sedang mengurungnya.

Neina sudah terbiasa melihat pemandangan seperti itu. Meski seringnya membentak, tetapi Felix juga beberapa kali tersadar dan bicara dengan normal pada pelayan yang sudah satu tahun membawakan makanan untuknya.

Neina menyelundupkan bubur kacang ke bawah jeruji besi agar Felix bisa memakannya.

"Bawa lagi saja makanan itu!" teriak Felix.

Tak ingin mendengar cacian dari tahanan yang satu itu, Neina pun kembali membawa bubur tersebut. Hal itu sudah sering dilakukan sejak dirinya dicaci maki dan disebut pelayan bodoh. Namun meski begitu, Neina belum juga bisa melupakan kebaikan Felix. Sampai saat ini ia masih penasaran kenapa pemuda dari Romawi itu ingin membunuh khalifah? Seperti ada yang tidak beres.

Siangnya, Neina kembali mengantar makanan pada para tahanan termasuk Felix. Menu sekarang yaitu buah-buahan, setidaknya ada tujuh kurma dan beberapa buah zaitun.

Meski di era Abbasiyah makanan sudah bukan lagi kebutuhan untuk bertahan hidup, melainkan menjadi gaya hidup. Namun itu hanya berlaku bagi kaum elit atau petinggi-petinggi kerajaan. Rakyat jelatah atau tahanan di penjara masih tetap mengonsumsi makanan seperti di zaman Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam.

"Kau membawa apa?" tanya Felix.

"Buah-buahan. Apa kau ingin aku membawanya juga?"

"Buka saja rantai di tangan ini, akan kumakan nanti."

Neina pun membuka pintu penjara dan membantu Felix terbebas dari rantai agar bisa makan. Meski sudah satu tahun dilayani dengan baik, tetapi pemuda itu masih sering berlaku kasar dan dingin pada Neina. Namun, hal tersebut tak pernah membuat sang pelayan letih berdoa agar tahanan satu itu dilembutkan hatinya untuk berbagi, apa alasan dirinya berbuat jahat?

Mahin Dalam Jeruji Kota Baghdad [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang