Usai bertemu Felix di koridor penghubung antara taman dan dapur, Mahin langsung berbagi pada Habibeh saat sudah sampai di kamar. Gadis itu merasa heran kenapa dari sekian banyak orang memanggil dirinya Neina, hanya pemuda itu yang menyebutnya Maheen. Dan kenapa pula Neina memperkenalkan dirinya dengan sebutan Maheen?"Apa kau tahu Habibeh, saat aku sedang keliling istana tadi ada seorang pria berwajah Romawi sibuk mengejarku. Dia terus menyebut diriku Maheen." Gadis itu menyampaikan cerita dengan sangat antusias.
Habibeh mengerutkan kening. "Kau tahu dari mana ada pria berwajah Romawi? Apa kau juga pergi ke penjara bawah tanah?"
Mahin menyeringai. Ada keperluan apa dirinya pergi ke penjara? Dirinya keliling istana menggunakan kaftan mewah milik Neina karena ingin menikmati hari terakhir menganggur sebelum akhirnya bertugas. Lagi pula kaftan yang dipakai itu benar-benar mewah, film Abad Kejayaan yang pernah ditontonnya di televisi seolah menjadi tempat hidupnya sekarang. Pakaian petinggi negara sangat bagus, berbeda dengan rakyat jelata atau pelayan seperti dirinya.
"Aku tidak ke sana. Tapi tadi kami berpapasan saat aku pulang dari dapur. Dia terus mengejarku dan menyebut dirinya Felix. Siapa itu Felix?"
"Kau tahu dari mana kalau Felix berwajah Romawi?" tanya Habibeh.
"Hai... aku sekolah dua belas tahun dan sekarang aku sedang kuliah di Universitas Baghdad. Aku diajarkan sejak duduk di bangku sekolah dasar tentang ras-ras di seluruh dunia. Bahkan di zamanku bisa dengan mudah lihat mereka hanya dengan satu kali klik. Wajah Cina, Arab, India, Afrika, Jepang, Melanesia... apa lagi? Aku tahu!"
Habibeh menghela napas. Biasanya dirinya yang selalu mengoceh begitu di hadapan Neina, kini keadaan sudah terbalik. Setelah lebih dari dua minggu sekamar dan sering berinteraksi, ia yakin bahwa gadis yang bersamanya itu bukan Neina Maheen yang dikenal. Namun orang lain yang entah apa tujuannya bisa terdampar di raga sahabatnya.
"Ya udah iya... iya Mahin aku percaya bahwa kau ini Mahin, bukan Neina sahabatku. Sudahlah jangan membahas apa yang ada di zamanmu, aku benar-benar pusing tiap mendengar kau bercerita tentang itu."
"Baiklah... jadi Felix itu siapa? Kenapa Neina mengenalkan dirinya sebagai Maheen?"
Habibeh pun menyampaikan siapa Felix Christian pada Mahin. Pemuda asal Romawi Timur yang sangat dicintai Neina sejak pandangan pertama.
"Awalnya karena pemuda itu telah menyelamatkan kami dari perampokan." Habibeh berusaha mengingat kejadian dua tahun lalu.
Bayangan itu seolah nampak. Felix dengan sigap mengeluarkan pedang untuk menyerang perampok. Sejak kejadian tersebut, Neina selalu terbayang-bayang wajah pemuda asal Romawi Timur tersebut. Bahkan beberapa kali minta pada Allah ingin mengetahui namanya.
"Kemudian di tahun depannya lelaki itu kembali menyelamatkan Neina dari amukan unta di bazar. Aku saja lupa dengan wajah pemuda tersebut, tetapi Neina tidak. Dia senang bukan kepalang bertemu dengan Felix."
Tanpa rasa ragu Habibeh menyampaikan, meski sudah jadi malaikat menyelamat... Felix bukan pemuda yang baik.
"Dia sangat jahat! Dia pembuat kegaduhan selama satu tahun terakhir berada di tahanan!"
"Apa yang membuat dia ditahan?" tanya Mahin.
"Felix berkali-kali ingin membunuh Khalifah Harun Ar-Rasyid! Bahkan Neina pernah bercerita katanya pemuda itu sangat membenci Islam. Namun, si Neina bodoh itu masih saja cinta dengan Felix! Ah... cinta buta!"
Mahin ternganga mendengar seseorang ingin membunuh Khalifah Harun Ar-Rasyid apalagi membenci Islam dengan sangat brutal. Ternyata orang-orang di zamannya tidak begitu buruk. Mereka hanya berani saling menyerang di media sosial, tetapi nyatanya tak pernah sekali pun melihat orang di lingkungannya ingin membunuh pemimpin Islam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahin Dalam Jeruji Kota Baghdad [END]
Narrativa StoricaBenarkah seseorang bisa bertukar jiwa? Namun, bagaimana jika jiwamu justru berpindah pada tubuh seseorang di zaman yang berbeda? Mahin, mahasiswi University of Baghdad masuk ke tubuh pelayan kerajaan di zaman kekhalifahan Harun Ar-Rasyid. Pelayan it...