Di dalam Hutan Kayu Mati, suasana sunyi dan mencekam menyelimuti setiap sudutnya. Tumbuhan langka dan pepohonan raksasa tumbuh subur di sana, membentuk kanopi yang rapat dan gelap. Sinar matahari tidak pernah menembus dedaunan yang tebal, membuat hutan itu selalu dalam keadaan kelam. Tidak ada jejak manusia. Keadaan ini memaksa setiap orang mencari ajal, jika berani memasuki wilayah mengerikan itu.
Sementara itu, Dave Eugene terus berlari tanpa arah, semakin menjauh ke dalam Hutan Kayu Mati. Luka-luka di tubuhnya menyiksa. Tapi lebih terasa sakit lagi hatinya, yang harus menghadapi kenyataan pahit kehilangan seorang ibu, satu-satunya orang yang mencintainya secara tulus.
Dalam kegelapan dan keheningan hutan yang mencekam, Dave Eugene kehilangan kendali atas emosinya. Perpaduan perih, kesedihan, dan amarah meluap dalam hatinya. Di dalam kegelapan, Dave Eugene berubah menjadi sosok yang tidak terkendali. Kekuatan darah serigala yang mengalir di nadinya bangkit.
Dave Eugene mengamuk di dalam hutan, tanpa bisa mengendalikan kekuatan dirinya. Suara gemuruh pohon tumbang menciptakan dentuman menakutkan. Ia terus menumbangkan pohon-pohon raksasa dengan sekali cakar, membuat kayu-kayu yang lapuk berhamburan. Tanpa belas kasih, ia menggigit dan mencakar hewan-hewan yang berani menghalanginya, membuat darah dan daging yang segar berserakan. Ia menggeram dan melolong keras, membuat suara yang menggema dan menakutkan. Dave Eugene menjadi binatang buas yang tak terkendali. Ia tidak mengenal rasa takut dan rasa kasihan. Ia hanya mengenal rasa amarah dan kesakitan yang mencengkeram jiwanya.
Pendeta tua yang menyendiri di Kuil Rollian, di atas bukit Hutan Kayu Mati, merasakan gelombang kekacauan. Hatinya yang bijaksana memberitahu bahwa sesuatu yang mengerikan terjadi, dan ia segera bergegas ke sumber masalah tersebut.
Begitu tiba di tempat kejadian, pendeta tua itu terperangah melihat kehancuran yang diakibatkan oleh kehadiran seorang lycan, manusia setengah serigala yang mengamuk tak terkendali.
"Astaga! Apa kekacauan macam apa ini? Monster macam apa bisa berbuat seperti ini? " guman lirih sang pendeta tua. "Sungguh ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus segera menghentikannya."
Sang pendeta tua segera mengeluarkan tongkat sihirnya dari balik bajunya, kemudian mengayunkan tongkat.
"Silentium Cordis," serunya lantang. Pendeta tua itu mengucapkan mantra penenang, untuk menghentikan amukan Dave Eugene yang tidak terkendali.
Tetapai sayangnya hal itu tidak berpengaruh apa-apa kepada Dave Eugene, yang baru saja terbangkitkan kekuatannya. Dave Eugene yang telah hilang kendali, bukannya tenang malah makin mengamuk. Ia menatap dengan mata menyeramkan, sambil menggeram marah.
Secepat kilat, Dave Eugene melompat sambil mengayunkan cakar tajamnya, menyerang sang pendeta tua itu.
Pendeta tua itu berusaha menghindar dengan cepat. Namun sayangnya, ayunan tangan Dave Eugene lebih cepat. Lengan sang pendeta terluka oleh cakar tajam Dave Eugene.
"Sialan! Dia bergerak sangat cepat!" umpat sang pendeta. Darah menetes dari lengannya yang terluka. Beruntung, luka itu tidak parah.
Sang pendeta terus berusaha menghindari serangan Dave Eugene yang mengamuk.
"Ini tidak bisa dibiarkan lagi! Barudak ini akan membuat kekacauan jika semakin dibiarkan!" gerutu sang pendeta,
"Tidak ada pilihan lain. Terpaksa menggunakan, sihir terlarang itu!" Perasaan kesal mulai dan frustasi mulai menguasai hatinya.
"Immobilus Ligatus Animus!" teriak lantang sang pendeta tua, sambil mengayunkan tongkatnya.
Tiba-tiba, seratus rantai besi magis muncul, dari segala arah. Rantai-rantai itu bergereak cepat mengikat kaki dan tangan Dave Eugene dengan sangat kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangkitnya Sang Pemilik Kekuatan Terlarang
Fantasy"Anak Haram, Anak Siluman, Anak Setan," itulah julukan yang menggema di Desa Villages, menghantui setiap langkah Dave Eugene. Namun, di balik cacian yang menyayat hati, tersembunyi takdir yang tak terbayangkan. Dalam lembaran novel epik yang memukau...