Di ufuk timur, cahaya merah muda mulai menyinari langit biru gelap. Dave baru saja kembali dari perjalanan panjang mencari kayu bakar dan bahan-bahan herbal untuk menyembuhkan ibunya yang sakit parah. Ia berharap hari ini bisa menjadi hari yang berbeda, hari dimana ibunya bisa tersenyum lagi dan memeluknya erat.
Dave merasa napasnya tercekat, dadanya sesak, dan jantungnya berdebar kencang. Ia tidak bisa percaya dengan apa yang ia lihat. Harapannya sirna begitu ia melihat pemandangan mengerikan di depan matanya.
Gubuk sederhana yang menjadi tempat tinggalnya bersama ibunya sudah tidak berbentuk lagi. Api hitam pasukan Golden Pack de Wolfinaz telah menghancurkan segalanya. Tidak ada yang tersisa selain abu dan debu.
Asap hitam sisa-sisa semalam, tampak masih mengepul kecil di beberapa bagian. Ketakutan mendadak memasuki jiwa Dave Eugene. Firasatnya mengatakan, telah terjadi sesatu yang tidak beres dengan ibunya.
"Ibu!" Mendadak teringat akan sosok Roz Emonica, ibundanya tercinta. Ia berlari ke arah gubuk yang sudah rata dengan tanah, berharap masih ada tanda-tanda kehidupan dari ibunya.
"Ibu! Ibu! Di mana kau?" teriak Dave dengan suara parau. Ia mencari-cari di antara puing-puing kayu yang hangus. Namun, ia tidak menemukan apa-apa.
Pemuda itu, kemudian mencoba mencari dengan menyusuri daerah sepanjang pinggiran Hutan Kayu Mati. Ia berjalanan kesana-kemari, dengan peraasaan cemas dan was-was. Namun, tidak juga menemukan jejaknya keberadaan sang ibunda.
"Anak muda, kemarilah," panggil seorang nenek tua dari balik pepohonan di pinggir hutan. Nenek itu adalah salah satu penduduk desa yang selamat dari serangan pasukan Golden Pack de Wolfinaz. Ia melihat Dave dari kejauhan, berlarian dan menangis di tempat bekas gubuknya sambil terus memanggil-manggil ibunya.
"Kemarilah, wahai anak muda," panggil nenek tua itu sekali lagi. Dave Eugene pun datang menghampiri dengan tatapan kosong.
"Apa kau sedang mencari ibumu?" tanya sang nenek.
Dave Eugene pun mengganggukan kepalanya,"Benar, Nek. Apa kau melihatnya?"
Seketika, ekspresi wajah sang nenek penebang kayu berubah menjadi muram, menunduk penuh kedukaan, lalu menatap pemuda dihadapanya dengan mata berkaca-kaca.
"Anak muda, aku minta maaf. Karena harus memberitahumu sesuatu yang sangat menyakitkan," kata nenek itu dengan suara bergetar. Ia telah menjadi saksi bisu dari peristiwa menggerikan semalam.
"Kenapa, Nek?! Apa yang terjadi dengan ibuku?!" tanya Dave dengan nada panik dan cemas.
Sang nenek penebang kayu pun dengan berat hati, menceritakan tragedi berdarah semalam tentang kematian tragis dari Roz Emonica, yang diseret dan disiksa oleh warga desa yang marah. Kemudian dibakar hidup-hidup oleh pasukan Golden Pack de Wolfinaz.
Dave Eugene mendengarkan cerita nenek itu dengan tak percaya. Ia tidak bisa membayangkan betapa menderita ibunya semalam. Air mata tiba-tiba, mengalir deras membasahi pipi pemuda tampan itu. Seketika, seluruh dunianya terasa hancur.
"Tidak! Tidak! Ini bohong! Ini tidak mungkin! Kau berbohong, Nenek! Ibu tidak mati! Ibu masih hidup! Aku harus menemukan ibu!" teriak Dave Eugene dengan putus asa.
Pemuda berambut putih itu pun, segera berlari menuju ke sisa-sisa, puing rumahnya yang sebagian besar telah hancur terbakar.
"Ibu! Ibu! Tenanglah, Eugene akan menemukanmu!" lirih Dave Eugene berkata, ditengah derai air mata. Eugene adalah nama yang selalu, dipakai ibunya untuk memanggilnya.
Dave Eugene, terus mencari di tengah keputusasaan dan kebingungan. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Ia tidak tahu bagaimana ia bisa hidup tanpa ibunya.
Pemuda itu, terus mengais dan mencari, di antara sisa-sisa reruntuhan, berharap dapat menemukan sesosok jasad ataupun abu ibunya. Karena ia ingin memberikan penghormatan terakhir untuk sang ibu, dengan menguburkan jasad atau abunya secara layak.
Dave Eugene mencari ditengah keputus asaan, dan gamangan hatinya, "Ibu, dimana? Ibu?" derai air mata pemuda itu semakin deras. Namun pencariannya sia-sia, tanpa hasil. Api hitam milik Pasukan Golden Pack Kerajaan de Wolfinaz, telah melahap tubuh malang ibunya tanpa tersisa.
Di antara abu dan debu, ia hanya menemukan satu benda yang masih utuh. Sebuah gelang mutiara hitam yang selalu dikenakan sang ibu. Gelang itu adalah warisan dari Alex de Roulf, sang ayah kandung yang telah lama tiada.
"Ini gelang ibu," bisik Dave Eugene dengan suara serak. Ia memegang gelang mutiara hitam yang menjadi satu-satunya kenangan dari ibunya yang telah dibunuh secara keji. Menatap gelang itu dengan pandangan sayu, lalu menangis sejadi-jadinya. Ia menangis histeris dengan merintih dan meratap penuh keputus asaan.
"Tidak! Aku tidak bisa menerima ini! Ini tidak adil! Kenapa orang-orang begitu jahat kepada aku dan ibuku! Padahal kami tidak pernah mengganggu mereka sedikit pun!" ratapnya histeris, dengan suara yang terdengar menyayat hati.
Tanpa disadari, histeria itu memicu terbukanya pintu pertama dari tiga segel kekuatan yang ada padanya. Dalam waktu bersamaan, energi chakranya terbuka. Tanpa disadari, Dave Eugene mengalami perubahan fisik dengan cepat. Gigi taringnya keluar, kukunya memanjang, otot-otot tubuhnya berubah menjadi lebih kuat dan kekar.
Selain itu seluruh panca inderanya menjadi berkali-lipat lebih tajam dari sebelumnya. Dave Eugene merasakan ratusan volt kekutan mulai memenui aliran darahnya, mengalir deras tanpa bisa dihentikan. Ia merasakan kekuatan yang menggelegak di tubuhnya. Dave Eugene berubah menjadi lebih gagah dan kekar.
Dengan Api dendam yang membara di matanya, ia bersumpah akan menghancurkan kerajaan de Wolfinaz. "Aku bersumpah akan menghancurkan kerajaan kalian hingga rata dengan tanah! Aku tidak akan berhenti sebelum membantai kalian semua! Ini adalah sumpah balas dendam atas kematian ibuku!" serunya lantang.
Layaknya serigala ia mulai melolong keras. Suara lolongannya menggema di langit, terdengar sangat memilukan dan menusuk hati.
Sang nenek penebang kayu langsung berlari ketakutan sambil berteriak-teriak meminta tolong kepada warga desa villages. "Tolong, ada setan!"
Penduduk desa pun, merasa merinding dan ketakutan mendengar lolongan itu. Kepala desa segera mengumpulkan para pemuda desa, "Apa kalian dengan suara lolongan serigala itu? Suaranya berasal dari pinggiran hutan! Kita harus segera mengusirnya! Sebelum dia membuat malapetaka di desa ini!" perintah kepala desa Villages.
Para pemuda desa pun setuju dengan ucapan sang kepala desa. Meraka berbondong-bondong datang ke pinggiran hutan dengan membawa obor, batu, dan panah.
"Lihat itu, serigala jadi-jadian! Cepat tembak dia!" komando sang kepala desa.
Tanpa basa-basi para penduduk desa, segera melempari Dave Eugene, dengan bebatuan dan memanahnya dengan panah api secara bertubi-tubi.
"Pergilah kau siluman serigala! Tempatmu bukan disini!" usir penduduk desa.
Panah-panah api dan lemparan batu yang bertubi-tubi itu berhasil melukai Dave Eugene. Darah segar mengucur dari luka-lukanya. Dave Eugene mengerang kesakitan.
Dalam keadaan putus asa, Dave Eugene pun berlari masuk ke Hutan Kayu Mati, untuk menyelamatkan diri. Berlari sekuat tenaga, menghindari panah-panah api dan lemparan batu yang terus menghujaninya. Tapi ia tidak punya pilihan lain lagi. Ia harus memasuki Hutan Kayu Mati. Jika tidak, tentu ia akan mati di tangan para penduduk desa yang kejam.
Hutan Kayu Mati adalah tempat yang dipenuhi kutukan, Demmit, dan segala hal mengerikan. Tidak punya pilihan, selain memasuki kawasan hutan terlarang yang tidak pernah dijamah manusia.
Para penduduk desa dan kepala desa Villages bersorak-sorai senang karena berhasil mengusir Dave Eugene yang mereka benci. Mereka berkata dengan penuh suka cita, "Akhirnya kita bisa mengusir anak siluman itu. Desa kita terbebas dari aib yang mengerikan."
Mereka berkata dengan penuh sukacita, "Akhirnya kita bisa mengusir anak siluman itu. Desa kita terbebas dari aib yang mengerikan."
Setelah memastikan Dave Eugene, tidak kembali lagi ke perkampungan, mereka mulai kembali ke desa untuk beraktivitas dengan normal seperti biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangkitnya Sang Pemilik Kekuatan Terlarang
Fantasy"Anak Haram, Anak Siluman, Anak Setan," itulah julukan yang menggema di Desa Villages, menghantui setiap langkah Dave Eugene. Namun, di balik cacian yang menyayat hati, tersembunyi takdir yang tak terbayangkan. Dalam lembaran novel epik yang memukau...