Kedatangan Elite Lorcan ke Kuil Rollians.

5 3 0
                                    

Pada malam yang tenang, bulan purnama bersinar di langit, menciptakan suasana damai. Namun, ketenangan itu tiba-tiba terguncang oleh perubahan mendalam. Angin ribut melanda, lebih besar dari sebelumnya, membentuk pusaran angin yang menghancurkan segala yang ada di jalannya. Suara mengerikan mengiringi perjalanan angin tersebut.

Kakek Rollian, dengan cepat, berusaha memasang pelindung atau kekkai untuk melindungi kuilnya. Namun, upayanya terlambat. Sebuah bola api biru meluncur menuju mereka dengan kecepatan yang luar biasa. Ledakan dahsyat menggetarkan kuil, dan tubuh Kakek Rollian terpental sejauh lima meter, menabrak keras dinding kayu kuil. Kakek itu meringis kesakitan.

El-syifa, ketakutan setengah mati, berjongkok di sudut kamarnya, menutupi telinganya. Panik merajalela, dan dia tidak bisa lagi menyembunyikan ketakutannya. "Oh tidak, ini para Elite, sialan itu! Jangan kemari, kumohon! Zephyr, kumohon pergilah!" teriaknya dengan histeris.

Dave Eugene terkejut serta merta, terbangun dari tidurnya oleh ledakan dahsyat. Jantungnya hampir copot mendengar suara dasyat itu. Dengan tergopoh-gopoh, ia keluar dari kamarnya untuk memeriksa situasi. Keheranan melandanya saat melihat kekacauan yang terjadi. Sebagian besar ruangan altar doa hancur terkena dampak ledakan. Dave Eugene mengelilingi pandangannya dan terkejut melihat Kakek Rollian tergeletak di lantai, menahan rasa sakit.

"Guru!" Dave Eugene berlari mendekat, membopong Kakek Rollian untuk membantunya berdiri. Dengan nada panik, ia bertanya, "Guru, apa kau baik-baik saja? Apa yang terjadi?"

Malam itu, angin bergerak dengan keganasan, menerbangkan dan menghancurkan segala yang berada di sekitarnya. Kilat-kilat kecil menyertainya, menambahkan nuansa mencekam pada pusaran angin yang marak.

Dave Eugene, cakra dan kekuatannya sudah terbangunkan, merasakan kehadiran aura jahat yang amat kuat. "Ini bukan hal biasa. Ada sesuatu yang tidak beres," gumamnya.

Tanpa ragu, Dave segera membentuk pertahanan. Jari-jarinya bergerak dengan cepat, menciptakan simbol-simbol khusus, membuka chakranya untuk mengalirkan energi melalui pembuluh darahnya. Dengan seruan tegas, "Fáng hù zhào, scutum protectum, perisai yang melindungi segalanya, datanglah ke depanku, dan jadilah pelindungku!"

Sebuah perisai besar berbentuk dinding kristal biru muncul dari tanah. "Guru, berlindunglah!" Dave Eugene melindungi gurunya dengan tekad kuat.

Fanghu-bao, ilmu pertahanan dari negeri Fanghu, menunjukkan kekuatannya. Perisai itu mampu menahan segala serangan, baik fisik, api, air, angin, maupun tanah. Dave fokus, memusatkan seluruh energi cakranya untuk menjaga keutuhan perisai kristal.

Namun, angin ribut tak henti-hentinya menyerang dengan ganas, berusaha menghancurkan dinding perisai kristal milik Dave Eugene. Pertahanannya memang kuat, namun takdir tampaknya menentangnya. Tiba-tiba, kilat hitam menyambar dengan kekuatan dahsyat, memecahkan pertahanan dinding kristal dan menciptakan ledakan yang menggema.

Dave Eugene dan gurunya terpental jauh, tubuh mereka menghantam sebuah tiang besar di tengah altar. Suara benturan itu terdengar menggema, menciptakan keketegangan yang mencekam.

Pendeta Rollian tergeletak di lantai altar, tapi untunglah ia menguasai Qinggong yaitu lmu meringankan badan, yang memungkinkan penggunanya untuk bergerak dengan cepat, lincah, dan ringan mengatur gerak tubuhnya berputar sedemikian rupa. Sehingga pendeta itu, tidak terlalu kesakitan saat mendarat.

Sementara Dave Eugene, meskipun terbentur hebat pungungnya tepat membentur tiang besar sehingga tiang itu retak. Tapi dengan cepat ia bangkit dan meriksa keadaaan gurunya, "Guru, bagaimana keadaanmu?" tanyanya dengan khawatir, sambil berusaha membantu Kakek Rollian untuk bangkit.

Kakek Rollian tersenyum lemah. "Kau melakukan yang terbaik, Eugene. Tapi musuh kita begitu kuat. Kita tidak tahu ini apa? Tapi yang jelas aku merasakan aura jahat yang sangat kuat. Kita harus menemukan cara untuk menghadapinya bersama-sama."

Dave Eugene mengangguk penuh keyakinan. "Kita akan melawannya bersama, guru. Kuil ini tidak akan kita biarkan hancur begitu saja," ucapnya dengan pandangan mata penuh tekad membara. Mereka berdua segera bangkit, di tengah kehancuran kuil bersiap menghadapi ancaman yang semakin besar.

Dalam ketegangan malam yang mendalam, Dave Eugene dan Pendeta Rollian bersiap untuk menghadapi ancaman yang tak terduga. Saat mereka berdua berisap mengeluarkan jurus sihir Leigong-zhi, dengan mengarahkan kilat menyambar ke arah pusaran angin. Namun, tiba-tiba, pusaran itu berhenti, menyebabkan perabot kuil berjatuhan dan menciptakan ledakan keras yang mengguncang seluruh ruangan. Pendeta Rollian, yang sudah tua, hampir kehilangan kesadaran karena terkejut, dan makian keras meluncur dari bibirnya.

"Shibal! Kurang ajar! Siapa yang berani mengganggu kuil suci ini?!" teriak Kakek Rollian dengan marah, suaranya terdengar lantang menggema.

Tanpa aba-aba, kabut merah darah tiba-tiba menyelimuti ruangan, diikuti oleh bau anyir darah yang menusuk penciuman. Dave dengan cepat menutup hidungnya dengan sehelai kain serbet yang tersedia. "Bau darah apa ini?" tanyanya, mencoba mengatasi bau yang tidak menyenangkan. Pendeta Rollian, tanggap dan bijaksana, memperingatkan muridnya.

"Jangan lengah, Eugene!" kata Pendeta Rollian dengan serius.

"Baik, guru!" jawab Dave, meningkatkan kewaspadaannya. Mereka merasakan ada suatu aura-aura jahat yang tidak biasa.

Dari balik kabut merah, muncullah empat sosok pria werewolf yang mempesona, dikenal sebagai Elite Lorcan de Wolfinaz. Mereka adalah penyihir kelas atas yang dikirim oleh Raja Emmanuel untuk menemukan dan menangkap El-syifa.

Sementara El-syifa tetap bersembunyi di kamarnya, menangis dan membaca mantra pelindung di balik lemari kayu. Ia berharap agar Elite Lorcan tidak menemukannya, berusaha mempertahankan diri dari bahaya yang mengancam.

Mata Dave Eugene dan Kakek Rollian terbelalak, saat melihat keempat penyihir elit dari kerajaan Wolfinaz. Keempatnya, tampak muda dan gagah, mengenakan jubah hitam dengan hiasan unik di setiap pribadi mereka.

"Waspada, Eugene. Mereka bukan manusia! Aku merasakan hawa jahat dari mereka!" ucap Kakek Rollian. Dave Eugene, yang masih polos, bertanya dengan heran, "Siapa mereka, guru?"

"Setan! Mereka setan!" jawab Pendeta Rollian dengan nada serius. Sang Pendeta Rollian memicingkan matanya, siap dengan serangan apa pun yang mungkin terjadi.

Seorang dari Elite Lorcan maju dengan tenang mendekati Pendeta Rollian. Pria itu tampak mengenakan jas merah di bawah jubah hitamnya. Dialah Pangeran Zephyr de Wolfinaz, pemimpin Elite Lorcan. "Hei, tua bangka! Dimana kau sembunyikan wanita itu?!" tanya Zephyr tegas tanpa basa-basi, suaranya yang dalam meningkatkan tensi ketegangan di udara.

Kakek Rollian marah. "Siapa maksudmu?! Lagipula kamu ini siapa, heh?! Berani-beraninya datang membuat kerusakan di kuil ini!" bentak Kakek Rollian, suaranya bergema.

"Dengarkan aku, kakek tua bangka. Aku Pangeran El-zephyr dari Kerajaan De Wolfinaz, kedatanganku kemari adalah mencari Eloonar atau El-syifa. Aku merasa dia bersembunyi di kuil sialan milikmu ini!" Pangeran Zephyr menatap tajam ke arah Kakek Rollian, matanya yang berwarna merah darah seakan menusuk langsung ke dalam hati sang kakek, membuat bulu kuduknya merinding. Aura megah dan kejam terpancar kuat dari tubuh pangeran itu.

Kakek Rollian menyangkal bahwa ia menyembunyikan wanita bernama Eloonar yang ada di kuil hanya wanita bernama El-syifa. "Aku tidak tahu apa-apa tentang Eloonar yang kau maksud! Di kuil ini hanya ada wanita bernama El-syifa, yang aku temukan terluka di hutan. Dia tidak ada hubungannya dengan kerajaanmu. Jangan sembarangan menuduh orang yang tidak bersalah!" Kakek Rollian membela El-syifa dengan tegas.

Sementara itu, Dave Eugene terkejut mendengar asal-usul Zephyr dari Kerajaan De Wolfinaz. Kembali terbayang tragedi berdarah yang merenggut nyawa ibunya, Roz Emonica, beberapa bulan lalu. Dengan nada lirih, ia berkata, "De Wolfinaz..."

Pangeran Zephyr tersenyum sinis mendengar jawaban konyol dari Pendeta Rollians. Kesabaran sang pangeran pun mulai menipis, dan dengan tegas ia menyatakan, "Dengar, kakek pendeta tua bangka, aku tidak punya banyak waktu untuk bercanda dengan kalian! Cepat serahkan wanita yang bernama El-syifa itu! Kalian akan aku biarkan hidup!" perintahnya.

"Namun, jika kalian menolak, aku tidak akan segan menghabisi dan menghancurkan kalian semua!" ancam Zephyr, mata merah menyala. El-syifa yang mendengar percakapan dari balik pintu kamarnya, mengangkat wajahnya yang penuh ketakutan, berharap agar para elite dari Kerajaan de Wolfinaz tidak menemukannya.

Bangkitnya Sang Pemilik Kekuatan TerlarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang