Kakek Rollians berkata bahwa perlajaran pertama akan dimulai.
"Pertama-tama, kau harus tahu bahwa ilmu yang akan aku ajarkan padamu adalah ilmu yang sangat kuno dan langka. Ilmu ini adalah ilmu yang menggabungkan seni bela diri, sihir pengendalaian air dan keseimbangan spiritualitas. Ilmu ini disebut Ryujin-Do, atau Jalan Naga. Hanya orang-orang yang tertentu yang memiliki aura spiritual tinggi dalam tubuhnya yang bisa mempelajari ilmu ini. Dan aku meraskan bahwa, kau adalah salah satu dari mereka, bocah!"
"Apa Aku? Tidak salah?" Dave Eugene melongo, sambil menunjuk dirinya sendiri. Ia tidak paham dengan perkataan sang Kakek Rollian.
"Sudahlah jangan banyak, protes kau! Turuti saja setiap langkah yang aku berikan," tegas Kakek Rollian sambil melotot.
Dave Eugene pun pilihan lain, selain menuruti perkataan sang guru, yang agak galak itu. "Baiklah, Kakek. Saya akan mengikuti petunjuk Anda," ucapnya, sedikit takut.
Kakek Rollians, dengan bijaknya, memberikan keputusan tersebut dan menyatakan bahwa pelajaran pertama akan segera dimulai, "Mari kita mulai pelajaran pertamamu, di sungai Hao Bao, " kata Kakek Rollians, dengan senyum ramah di wajah tua itu.
Tiba-tiba terdengar suara perut Dave Eugene yang kelaparan, karena seharian belum makan. Seketika senyuman Kakek Rollian berubah menjadi cemberut, ketika mendengar suara perut Dave Eugene.
"Aigo! Kau kelaparan rupanya. Kasihan sekali," ucap Kakek Rollian dengan penuh simpati.Tanpa basa-basi ia pun segera mengajak murid barunya itu makan bersama."Kebetulan aku tadi memasak, makanan yang sangat enak."
Kakek Rollians segera mengajak pemuda itu untuk makan bersamanya di ruang tengah. Tapi makanan yang dihidangkan semuanya vegetarian, berbahan dari sayur-sayuran dan buah-buahan.
"Apa ini, kakek? Kenapa semua hambar dan tidak ada rasanya?" Dave Eugene hampir muntah saat mencoba sup miso hambar dengan lauk tahu putih kukus. Sayangnya, makanan vegetarian yang disajikan, tidak cocok dengan lidah Dave Eugene. Darah karnivora yang mengalir di dalam dirinya, membuat Dave Eugene tak mampu menerima makanan vegetarian ala pendeta itu.
"Hei, bocah. Jangan mengerutkan keningmu seperti itu. Ini adalah makanan sehat yang baik untuk tubuh dan jiwa. Kau harus bersyukur aku mau memberimu makan. Kau tahu berapa banyak orang yang kelaparan di dunia ini?" omel Kakek Rollian.
Kakek Rollians merasa kesal dengan kelakuan murid barunya itu. "Baiklah, karena kau banyak protes. Aku akan memberikan pelajaran kesabaran untukmu."
Kakek tua itu, segera mengakhiri sarapannya. "Sekarang, cepat kau ikut aku!" perintahnya tegas pada murid barunya itu.
Kakek Rollian melangkah dengan langkah yang mantap, membawa Dave Eugene mengikuti jejaknya menuju Sungai Hao Bao yang terletak sekitar 300 meter dari Kuil Rollian. Mereka menelusuri jalan setapak yang tersembunyi di tengah hutan belantara, menghadapi rintangan alam yang menjadi bagian dari ujian keberanian dan ketabahan.
Tiba di sungai, keindahan Sungai Hao Bao segera menawan mata Dave Eugene. Sungai yang begitu besar itu mengalir dengan gemerlap airnya, jernih seolah kaca yang memungkinkan melihat ikan-ikan berenang di dasarnya. Arusnya mengalir damai dan tenang, mengundang setiap orang untuk melepaskan beban dan bersantai di tepian sungai yang alami ini. Bunyi gemericik air yang melankolis seakan menenangkan hati yang gelisah, memberikan kesegaran pada pikiran yang lelah.
Seiring dengan aliran sungai, beberapa rusa liar dengan penuh kepercayaan tampak menikmati minuman yang segar. Hewan-hewan tersebut tidak merasa terancam oleh kehadiran manusia, sebab mereka dapat merasakan energi kebaikan dan keadilan dari orang-orang yang mengunjungi tempat ini. Sungguhlah tempat yang damai dan bersahaja, tempat di mana alam dan makhluk hidup hidup berdampingan dengan harmoni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bangkitnya Sang Pemilik Kekuatan Terlarang
Fantasy"Anak Haram, Anak Siluman, Anak Setan," itulah julukan yang menggema di Desa Villages, menghantui setiap langkah Dave Eugene. Namun, di balik cacian yang menyayat hati, tersembunyi takdir yang tak terbayangkan. Dalam lembaran novel epik yang memukau...