Chapter 11

1.7K 170 1
                                    

Rea selesai dari mandinya, dengan agak dipercepat, karena ia sadar sedang berada di rumah orang lain, bukan rumahnya yang bisa ia gunakan seenaknya. Pintu kamar mandi terbuka, Rea melihat kalau Rean sudah menunggu tepat di luar kamar mandi. Apa dirinya sudah terlalu lama?

"Ini pakailah! aku baru ingat, jika semua pakaian kecil yang ku miliki, sedang dicuci di tempat laundry. Jadinya nggak apalah, ini juga lumayan kecil", ucap Rean, menjelaskan dengan wajah yang memerah saat melihat Rea, hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggang nya, otomatis bagian atasnya dibiarkan terbuka.

"Ah, terimakasih", balas Rea. Rea mengambilnya dengan penuh tanda tanya saat melihat wajah Rean yang memerah. "Sa.. sama-sama, aku mandi dulu!",

Rean segera masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Rea yang masih penuh dengan pertanyaan di benaknya. Namun, Rea segera memutuskan untuk cepat mengenakan pakaian. Meski ia tahu kalau itu akan kebesaran.

............

"Aunty sedang masak apa?", tanya Rea. Rea memutuskan untuk ke arah dapur karena terlalu bosan hanya untuk menunggu Rean selesai mandi, entah mengapa Rean mandi begitu lama dan Rea sempat mendengar suara-suara aneh, tapi karena ia seorang pria ia agak tidak asing dengan suara itu saat ia merapatkan telinga di pintu kamar mandi yang tertutup.

"Ah, aunty sedang masak sop ayam, kesukaan anak dan suami aunty. Kalau boleh tahu, Rea suka apa ya? biar aunty masakin!", tanya Ibu Rean. Rea nampak berpikir. Yah tidak baik menolak kan. "Rea suka sop ayam juga, tapi tambahin balungan",

"Wah, kesukaan Rea kok sama ya, kayak aunty? baiklah, Rea bisa bantu aunty nggak?", tanya si ibu kembali. Rea mengangguk. Kemudian segera membantu ibunya Rean, untuk memasak makan malam.

...............

"Ayo, semuanya makan! kali ini ibu, masaknya dibantuin sama nak Rea loh", ucap si ibu. Hidangan SOP ayam kesukaan mereka sudah tersaji di depan mereka. Dengan penuh kekaguman juga mereka mengambil bagian masing-masing.

"Sop buatan ibu memang selalu enak! apalagi jika dibantu oleh Rea, rasanya lebih enak", Pujian yang dilontarkan Rean, membuat Rea tertunduk malu. "Kamu ini bisa aja! ya pasti enaklah, orang ibu dan Rea yang membuatnya!",

Sang kepala keluarga hanya geleng-geleng melihat keadaan meja makan sekarang. Dengan sang istri yang membanggakan masakannya. Sang putra yang makan dengan semangat. Serta teman putranya yang tertunduk malu.

Tapi ia menyukai suasana seperti ini. Ia harap, kedepannya Rea terus berkunjung, sehingga suasana menjadi lebih menyenangkan.

................

"Rea pamit dulu ya, Aunty, Uncle! maaf ngerepotin kalian", ucap Rea ketika dirinya akan pergi. "Kapan-kapan, ke sini lagi, ya? kita nonton drama lagi nanti di tv!",

"Iya, Aunty. Rean, aku pulang dulu ya?", seru Rea pada Rean. "Perlu ku antar?"

"Ya tentulah! harus maksudnya, sana pergi! anterin calon menantu ku ini! e.. eh maksudnya teman mu ini!", ujar sang ibu. Rean mengangguk, yah ibunya ini memang orang yang suka ceplas-ceplos dalam berbicara. "E.. eh, nggak usah aunty! Rea naik taksi saja",

"Nggak bisa gitu, sayang. Biarin Rean nganterin sampai rumah mu oke?", pinta sang ibu. Pada akhirnya, Rea mengangguk pasrah. Ia kemudian pulang ke rumahnya dengan diantar oleh Rean, menggunakan mobil pribadi Rean. Maklum, anak sultan yang gabut jadinya masuk ke grup idol.


...............


"Makasih udah nganterin ya, Rean! maaf merepotkan mu", seru Rea. "Tidak masalah Rea.. oh ya, boleh aku mampir sebentar?",

"Oh, tentu saja boleh! ayo masuk!", ajak Rea. Rean mengangguk, kemudian mengikuti langkah Rea masuk ke dalam rumah.

"Duduk lah! aku akan pergi menyiapkan minuman", ujar Rea. Rean kembali mengangguk. Setelah Rea pergi, pandangan Rean kini meneliti ke segala penjuru ruangan. "Rumah yang nyaman",

Beberapa saat kemudian, pandangannya tertuju pada sebuah bingkai foto. Rean beranjak dari tempatnya dan mengambil bingkai itu. Di dalamnya, terdapat foto yang menunjukkan kedua pasangan paruh baya yang menggandeng tangan seorang anak kecil yang Rean tebak kalau itu adalah Rea.

"Kau sedang apa?", tanya Rea. Rean terkejut dan menaruh kembali bingkai foto itu di tempat semula. "A.. ah, bukan apa-apa! oh ya, apa kedua orang yang menggandeng tangan anak kecil itu adalah kakek dan nenek mu?",

"Yah, sudah yuk! kita ngobrol aja", ucap Rea. Rean mengangguk dan kembali duduk di sofa. "Omong-omong Rea, kenapa kau bisa ada di tempat syuting film?",

"Ah itu, aku menjadi salah satu karakter nya. Dan parahnya aku harus cross dressing", ucap Rea, dengan bibirnya yang diangkat ke atas. Rean gemas melihat ekspresi lucu Rea. Sungguh imut dan manis.

"Tidak masalah, Rea. Kau imut dan juga agak cantik kok! dan suaramu tidak terlalu berat", jawab Rean jujur. "Ish, kenapa sih orang-orang selalu berkata aku cantik! harusnya kan tampan!",

"Iya-iya, cantik dan tampan!", ujar Rean. Rean terkekeh melihat wajah Rea yang semakin ditekuk. Sampai Rea ingat, kalau ia harus menjemput kedua orang tuanya di bandara pada pukul 2.

"Rean, ini pukul berapa?", tanya Rea. "Ini baru jam 1 lebih, nemangnya kenapa?",

"Gawat! aku harus segera menjemput kedua orang tuaku!", Rea segera berlari berhamburan untuk bersiap-siap ke bandara. Meninggalkan Rean yang kebingungan.



................



Sesampainya di bandara. Rea segera turun dari kendaraan milik Rean. Yah, dengan cukup terpaksa, Rea akan mengantarkan orang tuanya bersama dengan Rean, karena Rean yang memaksa. Rea sendiri pada akhirnya pasrah dan membiarkan saja.

Pandangannya mengedar ke sekeliling, mencari keberadaan kedua orang tuanya. Senyum Rea mengembang, saat melihat keberadaan kedua orang tuanya. Ia kemudian berlari menuju tempat dimana orangtuanya berada. "Mommy! Daddy!",





..............

.............

To be continued

A new life without knowing themTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang