Chapter 4

2.8K 282 0
                                    



"Jadi begitu, Rea apa kau ingat hal apa yang kau lihat di mimpimu?", tanya Rean. Saat ini, mereka semua sedang duduk di pinggiran danau dan sibuk mengobrol mengenai mimpi aneh mereka.

"Mm.. aku ingat melihat beberapa orang yang sedang, bertunangan? terus mendadak si pengantin pria yang ada di pihak wanita, mendekatiku dan menarikku hingga tanpa sadar sudah sampai di sebuah danau yang indah. Kemudian.. aku lupa ucapannya saat itu, kesadaran ku perlahan mulai hilang, namun sebelum hilang sepenuhnya aku mendengar sebuah bisikan yang menyuruhku untuk ke sini", jelas Rea panjang lebar.

"Begitu ya.. kalau aku, aku melihat seseorang yang selalu tersenyum kepadaku dan mendadak dia berbicara sesuatu kepadaku yang menyuruhku untuk ke sini", ujar Rean.

"Sebentar, ada yang ingin ku tanyakan. Ciri-ciri orang yang ada di mimpi mu seperti apa Rean?", tanya seorang pemuda, dengan rambut kuning sedikit panjang yang di kuncir rendah. Dengan manik biru indahnya.

"Ciri-ciri nya, memiliki warna rambut coklat gelap, dengan manik emerald yang indah", jawaban dari Rean membuat mereka seketika diam.

"Tunggu.. kenapa ciri-ciri orang nya sama seperti dalam mimpi ku?", tanya Layri, pemuda berambut merah itu.

"Hah, kau juga?",

"Bentar nih bentar. Ini maksudnya ciri-ciri orang yang ada di mimpi kita sama ya?" Mereka mengangguk, hanya Rea yang sedari tadi diam.

"Kalau kamu Rea? ciri-ciri orang yang kamu temui seperti apa?", tanya Rean kembali, mereka semua juga sekarang mengalihkan pandangan mereka ke arah rea.

"Kalau aku ada beberapa orang yang ku temui. Satu yang rambutnya kuning seperti Tuan Xafi, terus yang rambutnya putih panjang seperti Tuan Carel, lalu yang rambutnya pirang agak panjang dan orangnya kembaran mirip seperti Tuan Rolland dan Alland. Mm.. terus yang rambutnya merah mirip Tuan Layri, yang rambutnya coklat kehitaman mirip Tuan Jallfa, yang rambutnya putih mulus mirip Tuan Zekki yang rambutnya ungu mirip Tuan Gibral, terus yang rambutnya kuning pudar mirip seperti Tuan Rival. Yang terakhir sangat mirip dengan mu Rean", ujar Rea kembali.

Mereka segera berpikir kembali. Semua informasi yang mereka dapatkan seakan seperti menyambung.

"..Apa semua ini ada hubungan dengannya ya?", batin mereka sembari menatap Rea diam-diam. Rea yang sedang sibuk dengan pikirannya, tidak sadar kalau sedang ditatap oleh beberapa pasang mata.


...........



"Huhh! ini sudah tengah hari. Percuma kita tetap di sini kalau pada akhirnya misteri tentang mimpi nggak terpecahkan!", ujar Layri, mencoba untuk mencairkan suasana yang hening karena mereka semua sedang sibuk dengan pemikirannya masing-masing.

"Gimana kalau kita makan? rumahku ada dekat dari sini, kalian boleh mampir untuk makan siang bersama", ujar Rea, mereka pun pada akhirnya mengangguk karena sedari pagi mereka belum sarapan karena buru-buru untuk datang kemari.

.........

"Silahkan masuk, maaf rumahnya agak berantakan", ucap Rea, mempersilahkan tamunya tuk masuk. Saat sesudah masuk ke dalam, mereka kagum melihat dekorasi rumah yang terkesan tradisional itu. Mereka hanya bisa mendeskripsikan satu kata tentang rumah ini yaitu 'nyaman'.

"Kalian duduk di sini dulu, aku akan buat makanan untuk kalian", ujar Rea, dengan senyum manisnya yang membuat orang-orang itu terpana. Sungguh indah, pikir mereka.

Setelahnya, Rea pergi meninggalkan anggota idol yang baru-baru ini tengah populer. Tidak lama, Rea kembali dengan membawa sebuah nampan yang berisi cemilan dan air.

"Ini cemilan dan air untuk mengganjal perut kalian dulu. Kalau begitu aku ke dapur, silahkan nikmati cemilan kalian!", ujar Rea, sembari meletakkan nampannya di atas meja. Rea kembali pergi dari ruangan itu. Beberapa orang merasa sangat tidak enak namun ada juga orang yang langsung menyerobot minuman dan cemilan yang telah disiapkan.

Melihat Layri dan Rean yang makan dengan lahap, seakan cemilan itu benar-benar enak, membuat mereka pada akhirnya mencicipi, namun langsung ketagihan sama cemilannya.

............

"Wah Rea! masakan mu benar-benar enak!", seru Rean yang kagum. Dia belum pernah menemukan hidangan makanan yang terkesan sederhana tapi dengan rasa yang sangat enak.

"Iya kah? Makasih banyak. Grandma dan grandpa ku juga sering bilang begitu", ujar Rea, sambil tersenyum teduh.

"Memangnya dimana grandma dan grandpa mu?", tanya Layri yang penasaran.

"Mereka sudah tiada beberapa bulan yang lalu", ujar Rea dengan nada sedih. Mereka semua segera menatap tajam ke arah Layri yang asal bicara.

"Ma-maaf! aku tidak tahu. Turut berdukacita ya Rea", ujar Layri. Rea kembali tersenyum tipis

"Tidak apa. Ngomong-ngomong apa habis ini kalian akan pulang?", tanya Rea.

"Ya, kami masih memiliki jadwal untuk wawancara dengan para wartawan itu", jawab Rean, dengan santainya.

"Oh begitu ya.. kapan-kapan berkunjung lagi ya! akan aku masakan makanan yang enak buat kalian",






...........





............

To be continued

A new life without knowing themTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang