Chapter 23

273 39 3
                                    



"Sudah merasa lebih baik?", tanya Rea mendudukkan dirinya di samping Greola. Greola nampak diam, sembari kedua tangannya menggenggam secangkir teh hangat yang telah dibuat oleh Rea.

"Ya, terima kasih sudah mau menenangkanku Re. Maaf juga karena aku merepotkanmu, hanya kau yang dapat ku pikirkan saat itu", ujar Greola menyesal.

"Tidak masalah, lagian kau seperti menemaniku di sini. Aku tidak suka sendirian, kebetulan sekali kau datang kemari. Harusnya aku yang berterima kasih padamu", balas Rea dengan senyuman tulusnya.

Greola tersenyum tipis. Ia bersyukur karena dapat memiliki teman setulus Rea. Mungkin semua syuting yang dia lakukan kini tidak sia-sia.

"Omong-omong, di luar masih hujan. Malam ini menginap saja! kebetulan kamar tamu siang tadi sudah aku bersihkan, karena iseng sih", tawar Rea.

"Terimakasih, hanya saja ibu dan kakakku pasti khawatir jika aku tidak pulang. Terima kasih atas semuanya Re", tolak halus Greola yang tidak ingin terlalu merepotkan temannya, meski sebenarnya dia tidak berniat ulang dan berencana untuk menginap di hotel malam ini.

Greola beranjak dari tempatnya. Tidak bisa memaksa, Rea hanya bisa mengikuti langkah Greola dari belakang.

Saat pintu dibuka olehnya, nampak wajah terkejut Greola yang membuat Rea bingung namun ia segera mengalihkan pandangannya, pada sosok pria asing yang berada di depan pintu rumahnya.

"Ola..", panggil pria itu pada Greola.

"Da.. Dad?", Greola mundur saat pria asing tadi berjalan mendekat ke arahnya.

"Dad?", batin Rea kebingungan.

"Ola", pria itu mendekat dan segera memeluk Greola dengan penuh kehangatan. Greola yang terkejut, kini air matanya kembali mengalir. Aroma tubuh ayahnya yang sudah lama menghilang, iya dapat tahu jika seseorang yang dihadapannya itu adalah sang ayah yang sudah lama meninggalkannya.

Dalam ingatannya, aroma inilah yang menjadi penenang bisa dirinya menangis karena masih balita dulu.

"Kau?", sebuah suara kini membuat ketiganya sontak menoleh. Tidak jauh dari tempat mereka, nampak Layri yang berdiri mematung ketika melihat sosok yang memeluk adiknya tersebut.

Ia tidak mungkin tidak kenal dengan sosok yang sedang memeluk adiknya tersebut. Kemarahan seketika memuncak kalah mengingat bahwa sosok yang ada di depannya itu adalah sang ayah yang sudah lama meninggalkan ia dan keluarganya.

"Jauhi adikku bajingan!", seru Layri tiba-tiba. Ia mendekat dan menarik adiknya menjauh dari sosok pria.

"Kak..", panggil Greola dengan mata berkaca-kaca pada sang kakak.

"Layri, kaukah itu nak?", tanya pria tadi.

Layri tidak menjawab dan hanya diam, pandangannya mengarah ke adiknya yang kini menangis dipelukannya. Rea yang merasa jika suasananya teramat menegangkan dan perlunya privasi yang dibutuhkan, segera meminta mereka untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Um, maaf menyela, tapi silakan masuk ke dalam. Udara di sini semakin dingin, lebih baik membicarakannya di dalam saja", ujar Rea menyela.

Karena takut jika adiknya kedinginan, akhirnya Layri memutuskan untuk masuk ke dalam rumah, diikuti oleh Rea dan pria asing tadi.


.............


Sesampainya keempat orang itu di dalam rumah, tepatnya di ruang tamu. Rea lekas mempersilahkan mereka untuk duduk, sementara dirinya pergi untuk membuatkan teh hangat karena dia yakin jika dua pria yang baru saja sampai tadi pasti kedinginan.

Suasana ruang tamu cukup hening dan mencekam, apalagi ditambah dengan suara derasnya hujan di luaran sana.

Greola sudah menghentikan tangisannya, ia memutuskan untuk pergi menyusul Rea di dapur.

Kedua lelaki berbeda usia itu, nampak diam. Tidak ada yang berniat tuk bicara sehingga suasana teramat hening, sampai Rea kembali dengan membawa dua gelas teh hangat yang telah ia buat, diikuti oleh Greola yang kembali mendudukkan dirinya di samping Layri.

"Jadi, bisa kau jelaskan kenapa kau kembali lagi ke sini?", tanya Layri memulai pembicaraan.

Suasana hatinya sedikit lebih tenang saat mengetahui jika adiknya baik-baik saja.

"20 tahun lalu, tepatnya saat di mana kecelakaan itu terjadi. Aku dan ayah-ayah kalian yang lain, berhasil selamat, namun mereka tidak dalam kondisi yang baik-baik saja, pada akhirnya mereka meninggal setelah 1 tahun melewati koma yang berkepanjangan. Aku kehilangan ingatanku saat tersadar, hingga sekarang, ingatanku perlahan kembali.

Semua foto yang dikirimkan pada ibumu itu, adalah sebuah foto yang dikirimkan oleh keluargaku untuk pengalih perhatian karena aku kabur, nyatanya mereka sudah tiada dan itu hanya foto orang yang kebetulan mirip dengan mereka. Setelah ingat semua, aku memutuskan untuk pergi menemui kalian, kebetulan sekali aku melihat Greola di tengah perjalanan dan aku mengikutinya hingga sampai ke sini. Ibu kalian tau betul, jika keluargaku tidak pernah merestui hubungan kami, itu sebabnya keberadaan ku dirahasiakan oleh mereka.

Maafkan ayah, maaf sudah menghilang dari hidup kalian selama ini. Ayah tau kalian pasti membenciku karena tidak ada semasa kalian membutuhkan sosok ayah. Aku tidak pantas untuk disebut ayah, tapi ku mohon, maafkan aku", ujar sang pria panjang lebar.

Layri dan Greola terdiam setelah mengetahui kebenaran tentang ayah yang menghilang selama 20 tahun.

Mengetahui kebenaran itu, membuat hati keduanya sesak dan sakit saat tau jika ayah-ayah mereka memang sudahlah tiada dan hanya tersisa pria di hadapan mereka saat ini.

"Da.. Daddy", panggil Greola yang seketika bangkit dari tempatnya dan berlari ke dalam pelukan hangat sang ayah. Pria itu menerima pelukan tiba-tiba putrinya dengan senang hati, ia membelai lembut kepala putrinya yang kini sudah dewasa.

Greola kembali menangis, sembari memeluk ayahnya dengan erat. Kerinduan seorang putri pada ayahnya sangatlah besar, apalagi setelah sekian lama keduanya tidak bertemu.

Rea tersenyum tipis melihat adegan mengharukan antara ayah dan anak itu, ia melirik sejenak ke arah Layri yang nampak ingin menangis saja. Ia menepuk pelan pundak Layri, saat Layri menoleh, ia mengisyaratkan Layri untuk mendekat ke ayahnya.

Tanpa pikir panjang kembali, Layri lekas bangkit dari tempatnya dan berjalan untuk memeluk sang ayah. Tolong biarkan, biarkan dia menangis saat ini.

Sang pria yang memeluk kedua anaknya sekaligus itu, tersenyum lembut ke arah keduanya. Ia membelai keduanya penuh kasih sayang. Kasih sayang seorang ayah yang selama ini tidak didapatkan oleh anak-anaknya.

Rea tersenyum hangat, tanpa sadar dia memfoto kejadian itu untuk kenang-kenangan. Entahlah, tiba-tiba saja muncul ide untuk memfoto ketiganya.








...............






To be continued

A new life without knowing themTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang