01 - Pelanggan Yang Bukan Ratu

755 295 359
                                    

Embusan napas melepas lega setelah berhasil memasukan koper ke dalam bagasi kabin.

"Para penumpang yang terhormat, selamat datang di penerbangan Raztevia Airlines dengan tujuan Bandar Udara Internasional Songturnian, D'Mwari. Penerbangan akan kita tempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam 20 menit, dengan ketinggian jelajah 32.000 kaki di atas permukaan air laut."

Jantung perempuan ini berdegup kencang kala mendengar kata demi kata yang menggema, belum lagi ketika demonstrasi keselamatan yang diperagakan. Semoga ia bisa selamat sampai tujuan, meski enggan memerhatikan para pramugari di hadapan.

Kelopaknya menutup, tapi cacing di kepala mulai memutar lagu yang sempat ia dengar dalam taksi: Memories. Baik nada maupun liriknya, sama-sama sesuai untuk perasaan rindu dibarengi harapan.

Here's to the ones that we got
Cheers to the wish you were here, but you're not 'cause the drinks bring back all the memories of everything we've been through

Bibirnya pun ikut bergerak merapalkan lirik yang teringat. Haruskah ia berterima kasih pada cacing telinga? Seleranya cukup bagus.

And the memories bring back
memories bring back you

***

Lagi-lagi suara mengacaukannya. Kelopak mata terbuka yang kemudian ia sadar bahwa telah terlelap sedari lepas landas hingga kembali ke daratan.

Mengabaikan sekitar tengah membawa barang bawaan masing-masing, perempuan ini masih terdiam menatap ke luar jendela. Banyak yang berubah, pikirnya.

"Para penumpang dengan lanjutan penerbangan silakan melapor pada bagian layanan pindah pesawat. Terima kasih."

Lamunannya berakhir, ia bangkit lalu menarik koper biru langit ke luar kabin pesawat.

Masih di area Bandar Udara Internasional Songturnian, segelas coklat hangat diseruputnya seraya menatap hamparan rumput hijau taman mini.

Hari ini, syukurlah aku bisa mendarat dengan selamat di kota D'Mwari.

Aku menghampirimu, ayo kita bertemu lagi!

Buku harian ditutup, setelah mendapatkan matahari yang tidak seterik tadi. Ia meneguk coklat terakhir, melangkah perlahan menyusuri jalanan.

Perempuan itu sedang bertaruh pada ingatan dahulu. Lebih memilih pangkalan taksi yang harganya murah walaupun harus berjalan beberapa kilometer lagi, daripada taksi di parkiran bandar udara yang harganya selangit.

"Halo," sapanya antusias pada orang di ujung panggilan, hampir saja dirinya mati bosan karena berjalan. Berkat panggilan telepon yang tepat waktu, senyumnya mengembang sempurna.

"Gimana perjalanan sendirian pertamamu?"

"Di luar dugaan, asyik banget, apalagi tanpa kamu." Rambut panjangnya diselipkan di belakang daun telinga, tidak akan ia biarkan roti manis di tangan membuat rambut lengket.

Suara tawa hangat yang menenangkan menggelitik rindu. "Jahat banget bibirnya." Kemudian, suara gesekan kertas terdengar cukup keras. "Kamu lagi makan?"

"Mmh-hm," balas sang puan seraya mengunyah.

"Arghh ... baunya sampai ke sini!"

"Memangnya kamu tahu, apa yang sedang kumakan?"

"Roti yang cuma ada di bandara itu, 'kan?" retorik di ujung sana. "Aku tahu, pacarku tergila-gila dengan roti itu."

"Siapa pacarmu?"

SEMU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang