15 - Notifikasi Tak Terduga

66 53 25
                                    

"Anda sedang apa?" Suara cempreng seorang anak laki-laki dengan kaos berkarakternya berhasil mengejutkan Elio dari belakang. "Hayoo ... sedang mengintip, yaa?"

"Bocah kecil jangan penasaran."

Bukannya pergi, lelaki di samping Elio malah mengerutkan kening. "Kata mama, ada dua sebutan bagi seorang tukang intip." Kedua jarinya berdiri tegak. "Satu, jika pakai topeng dan situasi malam hari itu berarti maling. Dua, terlihat normal di sore hari itu berarti ...." Dirinya meneliti Elio dari bawah ke atas. Kemudian luar biasa terkejut dan menutup mulut. Dia tanda nomor dua: orang mesum! "TOLONGG! ADA TUKANG INTIP MEㅡSMPHH!"

Tanpa pikir panjang, Elio spontan menutup rapat bibir si kecil. Wajahnya betul-betul datar, juga menyeramkan dari bawah sini.

"Ini rumah pacarku, tahu."

Setelah mengeluarkan jurus tinjuan seribu bayangan, bibirnya berhasil lolos dari bekapan. Ia pun berdengkus kagum pada diri sendiri untuk sesaat. "Oh, ya? Siapa namanya?" Lelaki kecil itu sungguh terdengar menantang dan sangat menyebalkan di telinga Elio.

"Adiva Eleanor."

Sebelah alisnya sedikit terangkat. Tidak akan ia akui kalau nama putri pemilik rumah biru di hadapan, telah terselip entah di suatu tempat yang mana dalam ingatan. Akan tetapi, ia mengingat ciri-cirinya dengan jelas, kok! Demi keselamatan putri pemilik rumah biru, "Tolong sebutkan ciri-cirinya!"

"Dia cantik dan bersinar."

"ORANG MEㅡ" Lagi-lagi kalimatnya tak lengkap, lagi-lagi Elio membekap.

"Tolong jangan meneriakkan hal-hal yang bisa membuat orang lain salah paham. Ngerti, ya?" Alih-alih menerima jawaban, tulang kering kaki Elio malah ditendang kencang.

"Berikan ciri-cirinya dengan jelas!"

Embusan napas berat terlepas. "Rambut hitamnya tebal sepinggang, pipinya kemerahan, dan matanya hijau pudar."

"Hoo? Anda sungguh mengenal putri cantik milik si tuan tua itu, toh?"

Si kecil di samping diabaikan, sorot pekat hanya ingin fokus pada pesan yang tak kunjung dibalas. "Sebenarnya ada di mana dia ...," gumam Elio terdengar jelas.

"Ada di dalam rumahnya," celetuk dari samping seraya menunjuk lurus.

Betapa terkejutnya Elio kala menemukan gerbang yang ternyata memang sudah sedikit terbuka sejak awal. "Tahu gitu, aku nggak diam di sini bersama bocah kecil cerewet ini dari tadi," ketusnya berjalan cepat memasuki pekarangan rumah.

Si kecil menggeleng heran. "Kata mama, kalau bukan karena matanya yang bermasalah, sudah pasti kepalanya yang bermasalah."

***

Setelah mengetuk pintu untuk beberapa saat, pandangan Elio jatuh menangkap sebuah kotak cokelat muda yang tertutup rapi di dekat sebuah pohon.

Sepertinya ada barang buangan di dalamnya. Akan tetapi, tidak biasanya sampah diletakkan begitu saja di situ.

Bunyi derit pintu datang menghampiri.

Tepat setelah fokus Elio beralih pada puan yang muncul, tubuhnya malah terdiam mematung. Masalah apa yang telah menimpa kekasihnya ini? Mata itu sembab, juga wajah lesu tanpa energi sama sekali.

"Kamu nggak tidur semalaman penuh, ya?"

Sebuah anggukan menjadi balasan.

"Ada masalah apa?"

"Aku ... bingung," suaranya kecil dan parau, lalu berakhir menunduk. "Lio, dia baru saja bunuh diri."

Atmosfer terasa sangat berbeda, mendung seolah diam hanya di area rumah ini. Kemudian Elio mengambil langkah mendekat, otomatis menyalurkan kehangatan dari sebuah pelukan.

SEMU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang