"Nek jangan begini dong ahhh. Almeer belum mau nikah beneran,"
Wanita yang berusia ingin menyentuh angka tujuh puluhan itu tak bergeming. Ia malah membuang wajah ke arah jendela ruangan ber-AC cucunya itu.
"Lagian nenek juga belum mau mati, kan? Kenapa segala tiba-tiba kepengen cicit sih?!"
Sang nenek pun langsung menatapnya jengkel. Lalu ia angkat tongkat yang selalu digunakan sang nenek untuk membantunya berjalan, pun ia sodor-sodorkan ke arah mulut cucunya yang lemes itu. "Kamu kalo ngomong sembarangan ajah, ya! Kalo kamu yang mati duluan, nenek yang bakalan ketawa pertama kali!" Bentak neneknya yang hanya dibalas cengiran oleh cucunya tersebut. "Ya makanya, jangan paksa aku nikah! Lagian kalo mau cicit, Bang Arkan juga bisa kasih ke nenek, kan. Apalagi Bang Arkan udah nikah juga. Nenek tinggal desek ajah, Bang Arkan bisa langsung tancap gas, kok." Saran Almeer yang tak diindahkan oleh sang nenek. Wanita tua itu justru memelototinya, membuat Almeer hanya bisa mendesah pasrah.
"Kalo kamu nggak ngasih nenek cicit, jangan harap kamu bisa milikin perusahaan ini. Apa nenek kasih ajah, ya ke papah kamu, biar kamu tau rasa." Ancam sang nenek.
Almeer pun bangkit dari kursi kekuasaannya, lalu berlutut di hadapan sang nenek. "Ucapannya kamu tuh jelek loh Sinta Maharani. Kan kamu tau, kalo ucapan adalah doa. Jadi, ngomongnya yang baik-baik, ya. Apalagi usia kamu udah nggak muda lagi. Habis mati itu ada dua tempat yang bakalan kamu tempati. Ada surga. Ada neraka--"
"Halah kamu malah ceramah. Sok alim kamu, baca quran ajah kamu masih putus-putus! Sok-sokan kamu! Udah nenek capek debat ama kamu. Pokoknya nenek pengen cicit!" Final sang nenek.
Almeer bangkit dari gaya menyedihkannya tadi. Suara desisan tak sukanya bahkan bisa Sinta dengar, membuat Sinta membalas desis. "Tinggal beli di pasar apa susahnya sih!" Gerutu Almeer.
Plak
"Sakit nek!" Kesal Almeer sembari mengusap-usap belakang kepalanya yang barusan digeplak dengan tongkat oleh Sinta. "Halahhh bilang ajah kamu tuh nggak laku. Makanya kamu nggak pernah bawa cewek ke rumah. Iya, kan!" Ejek Sinta, membuat Almeer mau tak mau harus meladeninya. "Enak ajah! Dulu mantan aku itu dewi sekolahan, ya! Almeer ini juga salah satu most wanted asal nenek tau!"
"Kalo gitu buktiin dong!"
"Yaudah, bakalan Almeer buktiin!"
"Bawa dewinya kamu itu berani nggak?!"
"Siapa takut!"
Almeer mengacak rambutnya frustasi. Ia Ionggarkan dasinya untuk melegakan dirinya yang seperti tercekik. Iya, Almeer tercekik oleh ucapannya sendiri.
Dia lupa, kalau dia sudah lost contact dengan dewinya itu. Dan tak pernah Almeer lupakan, kalau dulu Almeer yang meminta putus duluan.
Jika iya mereka bertemu lagi, maukah sang dewi yang bernama lengkap Allysa Ayunda itu menerimanya?
"Mampus! Beneran mampus gua!"
Almeer dan sang dewi
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Kontrak || JIN - LISA [END]
FanfictionAllysa Ayunda adalah gadis polos yang setia akan cinta, namun ia sosok yang dikenal begitu mandiri. Dia mencintai lelaki yang pecandu judi bernama Reyhan Renaldi. Hutang Reyhan menumpuk, membuatnya mau tak mau malah memanfaatkan gadis yang ia iming...