23. Adanya Irwan

108 10 0
                                    

"Udah ibu bilangin kan dari awal, kamu jangan gaul sama teman-teman kamu yang nggak jelas itu, Sinta!"

Gadis berusia empat belas tahun itu terus menangis, karena ibunya yang terus memarahi dan menyudutkannya.

"Aku nggak tau, Bu. Aku beneran nggak tau kalo aku hamil."

Sinta Maharani.

Dia adalah Primadona di sekolahnya. Sedari kecil banyak yang mengagumi akan visualnya yang jelita.

Awalnya dia adalah anak baik dan penurut. Namun ketika menginjak jenjang SMP. Sinta mulai berubah.

Dia lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain bersama teman-temannya. Dan lambat laun Sinta pun terjerumus ke dalamnya.

Sinta menatap Bayi Malang yang baru saja keluar dari rahimnya itu. Bayi itu tak menangis sejak ia melahirkannya beberapa saat yang lalu. Sinta melahirkan di rumahnya yang mewah, karena tadi dia tiba-tiba mengeluh sakit perut dan mulas yang luar biasa.

"Anak ini udah nggak bernapas, jadi biar ibu yang urus." Sang ibu pun mengambil Bayi tersebut, lalu ia keluar meninggalkan Sinta seorang diri di kamar.

Gadis--maksudnya, wanita muda itu kembali menangis dengan tersedu-sedu. Ia menyesali perbuatannya sembilan bulan yang lalu saat teman-teman barunya, mengajaknya untuk semalam suntukan bersama, yang tentunya banyak lelaki yang ingin mendekati Sinta.

"Ayo main. Aku beli k*nd*m tadi di minimarket. Kamu tenang ajah, ini aman kok. Kamu nggak bakalan hamil. Lagian kamu apa nggak penasaran gimana rasanya s*ks? Aku kuat loh sampe tiga jam."

Sinta adalah Gadis polos yang selalu dipingit oleh keluarganya sejak kecil. Maklumlah anak bangsawan, jadi memang dia semenjak masuk SMP selalu menemukan hal-hal yang baru.

Sinta yang termakan bujuk rayu lelaki tadi pun, dengan polosnya menganggukan kepalanya, lalu mereka pun pergi dari kerumunan yang lain. Banyak yang bersorak ria untuk mereka yang keluar. Dan Sinta bersama lelaki ini, pasangan ketiga yang keluar dari bar untuk malam ini.

"Padahal aku nggak pernah ngerasain kalo aku lagi hamil."

Sinta masih terus menangis. Karena memang faktanya, Sinta tak mengalami gejala hamil. Apalagi dia memang siklus haidnya tak beraturan. Tidak seperti teman-teman lainnya, ya, meskipun ada beberapa teman-teman perempuannya yang senasib juga dengannya : siklus haid tidak lancar.

"Bahkan perut aku juga nggak besar."

Memang sudah lumrah terjadi di kalangan anak remaja. Hamil kebo ; hamil tanpa gejala mual. Bahkan perutnya pun jarang ada yang membesar seperti pada umumnya.

Karena hal ini, Sinta kembali dipingit oleh keluarganya.

Sampai di usia enam belas tahun, Sinta dipersunting oleh lelaki dewasa yang dimana lelaki itu, lelaki yang sangat kaya di tahun itu. Dia adalah Aryo Sosro Cokrodiningrat.

Pernikahan Kontrak || JIN - LISA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang