19. Ketahuan

130 15 0
                                    

Almeer menatap penuh sesal Allysa yang kini tertidur. Tak bosan ia genggam tangan istrinya tak berimpus itu dengan lembut. Sesekali ia ciumi keningnya penuh kasih sayang. Bahkan ia tak bisa meninggalkan bangsal Allysa barangkali sak detik pun.

Beruntung Direktur rumah sakit yang ia tempati ini berteman dengan Sinta, jadi ia hiraukan Almeer yang tak mau mendengarkannya. Bahkan Almeer meminta untuk menjelaskan keadaan Allysa di dalam bangsal, tak seperti biasanya sang wali yang harus menemui dokter di ruangannya.

Allysa tak mengalami cidera serius. Paru-parunya pun aman. Hanya saja Allysa mengalami dehidrasi. Jadi, tak perlu ada yang dikhawatirkan. Dokter penanggung jawabnya juga mengatakan, jika Allysa bangun dan infusnya sudah habis, mereka boleh pulang.

Namun, Almeer meminta agar Allysa dirawat-inap. Selain karena khawatir yang berlebihan, Almeer juga bingung harus membawa Allysa kemana?

Semuanya ludes terbakar. Bahkan ponselnya dan Allysa pun hangus terbakar.

Jadi mau tidak mau mereka harus menginap di rumah sakit.

Para polisi masih menyelidiki akibat kebakaran dan masih mencari pelakunya.

Namun tak usah dicari pun, Almeer sudah bisa menebak siapa yang telah melakukan ini.

Kalau--

Bukan Bayu!

"Ly, kok kamu nggak bangun-bangun sih?!" Almeer menatap jam dinding. Sudah tiga jam lamanya Allysa terpejam, sampai sekarang belum ada tanda-tanda ia akan bangun.

Almeer kecup lagi tangan istrinya, cukup lama sampai lagi-lagi ia menitihkan air mata.

"Seharusnya aku nggak ngelibatin kamu untuk tanda tangan kawin kontrak yang aku buat, ya," sesalnya seraya menghapus air matanya, dan seberusaha mungkin untuk tenang. "Maafin aku, ya, Ly. Seharusnya pas tau kamu orang yang Reyhan bawa, aku tolak kamu."

Almeer kecup lagi. Kali ini dahinya, lalu ia pandang wajah istrinya yang cantik jelita ini. "Habis kamu sadar, ayo kita cerai ajah."

'Gila banget kamu sih, Al! Dari tadi kamu ngomongnya gitu terus, mending aku merem kayak gini.'

Sebenarnya Allysa sudah bangun dari tadi, hanya saja ia kesal pada Almeer, yang semenjak tadi mengucapkan kalimat yang sama.

Ingin menceraikan Allysa kalau wanita cantik ini bangun.

Almeer kali ini terisak. Dia sudah frustasi setengah mati. Pikirannya sudah kemana-mana.

Jangan-jangan Allysa belum bangun juga karena ulah Bayu?

"Ly, jangan mati dong. Kamu mau buat aku ngerasa bersalah?"

Almeer terisak lagi. Wajah dan telinganya sudah merah sekali ....

"Maafin aku, Ly. Aku janji nggak akan ngomong kasar lagi,"

Almeer kembali menangis. Bahkan ingusnya sudah meler. Lalu ia usap dengan lengan bajunya.

"Aku janji, kalo kamu hamil pun, aku nggak akan nyuruh kamu buat aborsi. Lagian itu dosa, Ly."

Almeer hapus air matanya asal, lalu ia tatap kembali jam dinding. Dan kembali menatap Allysa--yang demi apapun wanita itu telah membukakan kedua matanya sempurna dengan seringaian yang benar-benar tengil sekali.

Spontan Almeer menghentikan isakannya. "Kamu--eh, lo udah bangun?" Tanya Almeer memastikan. Allysa menganggukan kepalanya pelan. "Tapi jangan ngomong lagi, kalo aku bangun, terus kamu cerain aku. Kalo kamu ngomong gitu lagi, aku merem lagi nih!" Ancamnya.

Almeer Mengedip-ngedipkan matanya bingung. "Lo denger apa yang gue omongin tadi?" Tanyanya lagi, dan Allysa menganggukan kepalanya lagi.

"Aku udah bangun dari tadi. Bahkan aku denger kenapa bisa vila yang kita tempatin kebakaran." Ungkapnya, membuat Almeer kembali menitihkan air matanya.

Pernikahan Kontrak || JIN - LISA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang