Selamat membaca semuanya
*****
Namaku Emilia Carmen dan aku memiliki sahabat bernama Patricia. Kami memiliki hubungan yang sangat baik sejauh ini. Orang tua Patricia sudah menganggap ku sebagai keluarga. Aku sangat senang, tentu saja. Sebagai gadis yang harus berjuang sendiri tentu memiliki mimpi untuk mendapatkan sebuah keluarga.
Aku dan Patricia bertemu sejak di taman kanak-kanak. Saat umur kami masih berusia lima tahun. Aku sangat iri melihat Patricia yang selalu diantar oleh kedua orang tuanya ke sekolah. Sedangkan aku harus diantar oleh paman sialanku.
Oh, berbicara tentang pria itu membuatku ingin muntah. Dia adik dari ayahku, tetapi dia seperti bajingan yang tidak berguna. Sama seperti ayahku. Bahkan dia pernah menjadikanku sebagai jaminan judi. Namun, Tuhan masih memberiku nasib baik. Orang tua Patricia, alias tuan Pancho berhasil menebusku dengan uangnya yang melimpah.
Pada saat itu juga, aku dan Patricia semakin dekat hingga aku harus tinggal di rumah mewah Patricia. Namun, diusiaku yang semakin menginjak dewasa, aku memiliki keinginan untuk tinggal sendiri dan mencari pekerjaan. Tentu saja aku tak bisa terus bergantung pada keluarga Patricia.
Kebetulan malam ini aku harus berkunjung ke rumah Patricia atau rumah kedua ku. Mereka selalu menyambutku layaknya keluarga. Mengingat sudah dua minggu aku tidak menampakkan batang hidungku.
"Malam Dad, Mom." Jangan heran dengan sebutan itu. Orang tua Patricia sendiri yang memintaku untuk melakukannya.
"Emiliano, akhirnya kau datang juga."
"Stop, Dad. I'm Emilia, not Emiliano." Racauku tidak terima.
Ini yang aku butuhkan dari sebuah keluarga, ayah Patricia selalu memberiku perhatian dan juga candaan.
"Oh, ayolah sayang. Apa kau tak melihat Emili sudah semakin dewasa. Mungkinkah kita akan segera mendapatkan cucu."
Aku terkadang heran, apa semua orang tua selalu mengharapkan hal yang sama? Bahkan aku sendiri tidak pernah memikirkannya.
"Momy...." Aku pura-pura merajuk agar mereka tidak terus-menerus menggodaku. "Sepertinya aku harus mengatakan hal yang sama pada Patricia."
Aku pun memberikan lambaian tangan pada mereka sebelum berjalan menuju kamar Patricia. Kira-kira sedang apa yang dilakukan gadis itu? Aku sangat penasaran. Saat aku hendak mengetuk pintu, tiba-tiba pintu kamar Patricia terbuka terlebih dahulu dan...
"Oh my god, Emili!" teriak Patricia yang langsung menarikku ke dalam kamarnya yang dulu pernah menjadi kamarku juga.
"Patric, aku hampir saja mencium tembok kamarmu." Protesku sedangkan dia seperti orang tidak berdosa.
"Maafkan aku, Emiliano. Untunglah kau datang, aku ingin bercerita denganmu." ucapnya dengan penuh antusias.
"Apa kau akan bercerita tentang pacarmu yang idiot itu?" tanyaku sambil melompat ke atas ranjang. Ah, sangat nyaman dan ingin tidur.
"No no no! Aku aku sudah tidak dengannya lagi, aku sudah menemukan gantinya dan ini yang ingin aku bahas denganmu." Aku terus memandang wajahnya yang terus tersenyum senang.
Aku sudah tak heran dengan Patricia, putus dengan pacarnya sehari kemudian akan mendapatkan pacar baru. Yah begitulah nasib memiliki wajah cantik seperti Patricia.
"Ah, Emilia apa lusa kau bisa menemaniku bertemu dengan seseorang?" Lihatlah Patricia akan melakukan hal di luar nalar, contohnya akan memeluk dan mencium wajahku terus-menerus.
"Pat, sepertinya kau sudah semakin gila."
Dia beranjak dari ranjang, kemudian menatap ke luar jendela dengan girang. Jujur, aku tak tahu apa yang sedang membuat gadis itu berbunga-bunga.
"Yah aku sudah tergila-gila dengannya, dia membuatku tak bisa tidur nyenyak dan terus memikirkan." ucapnya dengan merentangkan kedua lengannya ke udara.
"Aku harap dia bukan pria idiot yang gila selangkangan."
*****Gimana prolognya? Udah lama banget aku belum nulis jadi maaf banget kalau typo bertebaran hehe..
Semoga suka deh ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Erasmo Mexican Delincuente
RomanceEmili harus kehilangan sahabatnya yang bernama Patricia, karena ledakan bom yang terjadi di sebuah club malam. Semua bermula karena Erasmo, sang kekasih Patricia yang mengajaknya berkencan. Tentu Emili meminta pertanggungjawaban kepada Erasmo. Namu...