Happy Reading
*****
Sejak kencan pertama dilakukan oleh Patricia dan kekasihnya, membuat hari-hari mereka dilakukan dengan kegiatan yang sama. Sudah terhitung empat malam berturut-turut kekasih Patricia terus datang dan membawanya pergi.
"Momy. Sepertinya aku akan ke Tijuana malam ini." ucap Emili sedikit lesu, mengingat perjalanan dari Puebla ke Tijuana membutuhkan waktu yang lumayan.
"Kenapa tidak besok saja, Emili?" tanya Momy yang merasa sedikit khawatir dengan anak sambungnya itu.
"Tidak Mom, aku harus secepatnya sampai di sana. Karena lusa aku sudah bekerja lagi." Wanita paruh baya itu pun hanya bisa mengangguk pasrah.
"Kalau begitu hati-hati, nak. Momy menunggu kabarmu kalau sudah sampai."
"Iya Mom. Sampaikan pada dad dan juga Patricia kalau aku sudah berangkat."
"Biar supir daddy saja yang mengantarmu ke bandara."
Selama perjalanan menuju bandara, pikiran Emili kembali berkelana pada sahabatnya. Kini tak tau pria itu membawanya kemana. Salah satu alasan Emili yang ingin segera ke Tijuana karena tak ingin melihat kekasih Patricia yang menurutnya sangat menakutkan.
Namun, atensi Emili jatuh pada supir yang tiba-tiba menghentikan mobilnya padahal bandara masih satu jam lagi.
"Aaaaaaaaa." teriak Emili saat dua orang asing berhasil membuka pintu mobil dengan kasar lalu menyeret keluar Emili yang ada di dalamnya.
"Kalian siapa? Ku mohon jangan tembak aku." ucap Emili penuh ketakutan. Apalagi salah satu dari mereka menodongkan senapan tepat di kepala Emili.
"Aku mohon jangan bunuh aku. Kalian bisa membawa barang yang ku punya." Emili sengaja melempar tas beserta ponsel ke arah pria yang menodongkan senjata itu.
"Apa kau benar putri Pancho?" tanya salah satu dari mereka.
"I-iya tapi aku anak tiriny aaa–" Teriak Emili kembali saat mendengar letupan senjata yang begitu keras. Ia masih tak mau membuka matanya karena terlampau takut dengan orang-orang di depannya.
"Apa kau akan terus seperti itu, Nona?" Emili berusaha membuka matanya yang terasa berat. Saat berhasil melakukannya, hal yang pertama ia lihat adalah kekasih Patricia alias Erasmo dan dua orang asing itu sudah mati tertembak.
Melihat hal tersebut, Emili langsung mengambil tas serta ponselnya dan hendak meninggalkan begitu saja. Namun, tak semudah itu melewati Erasmo yang lebih dulu menarik lengan Emili.
"Lepaskan. Biarkan aku pergi." protes Emili dengan lengan bergetar. Ia benar-benar takut dengan Erasmo.
"Biar aku yang mengantarmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Erasmo Mexican Delincuente
Storie d'amoreEmili harus kehilangan sahabatnya yang bernama Patricia, karena ledakan bom yang terjadi di sebuah club malam. Semua bermula karena Erasmo, sang kekasih Patricia yang mengajaknya berkencan. Tentu Emili meminta pertanggungjawaban kepada Erasmo. Namu...