EMD : 12 Rebellion of several groups

43 4 0
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

••••

"Jangan asal menerima ajakan pria manapun, sialan!" decak Eras frustasi.

Pada dasarnya Eras hanya meminta Emili untuk mengelabui mereka agar perhatian mereka teralih. Eras tau, Emili memiliki daya tarik yang luar biasa, sehingga ia memanfaatkannya.

Tentu Eras memiliki rencana lain di balik itu. Namun, semuanya gagal. Em, tidak gagal, hanya kurang maksimal, karena beberapa di luar perkiraannya.

"Bukankah diriku sudah terlihat seperti jalang sungguhan?" protes Emili dengan sengaja memancing Eras.

Dengan gerakan secepat kilat, Eras mengarahkan ujung pistolnya tepat pada kepala Emili. Hanya tinggal menekan pelatuknya saja membuat kepala cantik itu berlubang.

"Bisakah untuk tidak membuatku marah?" ucap Eras dengan raut wajah datar, tanpa menggebu-gebu. Namun, hatinya tengah bergejolak bagai api. Siapapun harus berhati-hati dengan makhluk ini, sikapnya sulit untuk ditebak.

"Karena aku benci pada-"

Dor!

Emili memejamkan matanya saat mendengar suara senapan yang dilepaskan begitu saja. Namun, ia tak merasakan apapun di tubuhnya. Memberanikan diri untuk membuka mata dan mengamati Eras yang tengah berdiri di depan jendela.

"Sialan!" umpat Eras saat melihat kericuhan yang terjadi.

Panggilan suara antara Eras dan anak buahnya sudah menjawab rasa penasaran Emili. Ternyata yang melakukan dari lembaga polisi. Emili berusaha keluar dari sana untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Ia tak peduli jika dirinya di cap karena mengprovokasi, memang kenyataannya begitu.

"Hey, mau kemana kau?" panggil Eras saat melihat Emili yang sudah berjalan menjauh.

Suara tembakan yang terus bersahutan membuat nyali Emili sedikit menciut untuk menyebrang ketempat yang lebih aman. Terlebih ada seseorang yang sengaja mengarahkan tembakannya kepada Emili, hingga membuat Emili harus mencari tempat untuk berlindung.

Rasanya menggelitik seluruh urat di nadi Emili, ketika melihat salah satu polisi lah yang berusaha menembakinya. Ia meringkuk di balik bangunan dan menyalakan sambungan telepon.

"Apa yang kalian lakukan? Kenapa aku juga menjadi sasaran kalian?" protes Emili pada pihak kepolisian.

"Maafkan kami, Nona. Kami sedikit terjadi kendala. Jadi, itu sangat sulit untuk memberikan interupsi kepada anggota kami."

"Bagaimana itu terjadi?"

"Nona pasti bisa menyelamatkan diri."

Sambungan telepon dimatikan begitu saja. Emili tak hentinya mengumpat. Ia baru saja ditipu, sialnya alasan mereka sungguh tak masuk akal. Kendala katanya? Itu hal yang tak logis, bagaimana pun polisi memiliki akses yang luas. Semua orang pun tau itu.

Erasmo Mexican DelincuenteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang