Selamat membaca
*****
"Tutup sementara dengan ini." Eras menyodorkan kaos yang sebelumnya sudah ia kenakan dan terpaksa harus ia berikan kepada Emili. Selang beberapa saat mereka sudah kembali ke dalam mobil dan Victor pun sudah masuk ke dalam panti.
Kemudian Eras melempar lima paperbag kearah Emili yang tengah kedinginan di dalam mobil karena menunggu Eras sedari tadi. Rupanya pria itu berinisiatif membelikan pakaian untuk Emili yang sudah basah itu.
"Sebanyak ini?"
"Cepat pakai, aku sudah tidak ada waktu menunggumu lagi." Emili sedikit menggurutu dengan Eras yang begitu tak sabar. Padahal yang membuatnya lama pun dia sendiri.
"Sudah selesai," ucap Emili santai. Matanya pula meneliti Eras yang sudah berganti menggunakan celana dasar yang baik dan dipadukan dengan t-shirt berwarna putih.
Kacamata hitam sudah bertengger indah di hidung bangirnya. Membuat Emili sedikit khilaf pada kekasih sahabatnya. Menyadari pikirannya berjalan salah, Emili dengan sengaja mengalihkan perhatian pada jalanan yang menampilkan deretan gedung yang ukurannya tidak terlalu tinggi.
"Apa pekerjaanmu saat ini?" tanya Eras sembari melihat Emili yang nampak cantik menggunakan dres berwarna putih tulang.
"Administrasi," jawab Emili tanpa menatap si lawan bicaranya.
"Itu sangat bagus." Eras mengulum bibir sembari menangkap pergerakan Emili dari sudut netranya.
Eras sudah memiliki rencana dan merancangnya cukup baik. Hal yang ia dapatkan dari jawaban Emili lekas membuat pikirannya berputar dengan maksimal.
Di setiap pergerakan yang dilakukan gadis di sampingnya tak pernah luput dari pandangan Eras. Cukup memukau dan sedikit mengusik mata Eras agar tetap tertuju padanya.
Wajah yang sebelumnya berpaling angkuh, kini mengutarakan tatapannya pada si pemilik wajah datar di sampingnya.
"Aku ingin ke toilet," ucap Emili dengan wajah masam karena menahan sesuatu yang ingin segera di keluarkan. Eras diam seribu bahasa, sembari menepikan roda empatnya tepat di sebuah toilet.
"Kau tunggu saja di sini," pinta Emili. Kemudian melarikan dirinya dengan gerakan secepat angin. Eras merasa atensinya jatuh pada bokong yang padat dan sexy milik Emili yang berjalan semakin menjauh.
Sepuluh menit menunggu, Eras tak kunjung melihat Emili datang kepadanya. Kesalahan terbesar adalah meninggalkan sendiri, yah harusnya ia menggunakan otaknya untuk berpikir dengan baik. Mengingat Emili adalah tawanannya.
Kaki jenjang melangkah lebih cepat dari biasanya, menyusuri setiap bilik toilet yang sialnya tak mendapati seseorang pun di sana. Emili benar-benar melarikan diri darinya. Terdengar suara gemeletuk dari pautan gigi Eras dan membiarkan rahangnya mengembangkan kokoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Erasmo Mexican Delincuente
RomanceEmili harus kehilangan sahabatnya yang bernama Patricia, karena ledakan bom yang terjadi di sebuah club malam. Semua bermula karena Erasmo, sang kekasih Patricia yang mengajaknya berkencan. Tentu Emili meminta pertanggungjawaban kepada Erasmo. Namu...