EMD : 05 Bad Luck Again

111 19 6
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

*****

"Apa kau gila? Bahkan kekasihmu pun akan kau tembak? Aku curiga denganmu, apa kau juga penyebab menghilangnya Patricia?"

"Jaga bicaramu cantik. Aku bisa menembakmu sekarang kalau ku mau." Ancam Eras yang sudah berganti posisi duduk. Sehingga dia yang sekarang mengemudi.

"Lalu apa yang kau inginkan dariku? Aku tak memiliki harta apalagi warisan."

"Aku tidak membutuhkan hartamu. Aku hanya ingin kau membantuku dan aku akan membantu mendapatkan sahabatmu."

Setelah mereka sampai di Piedrilla, Eras mencekal kembali lengan Emili untuk diajaknya entah kemana. Satu hal yang membuat Emili penasaran dengan koper yang dibawa Eras menggunakan sebelah tangannya. Tapi nyalinya terlalu ciut hanya untuk sekedar bertanya.

Yak di sini lah sekarang Emili merasakan segarnya angin sambil menatap indahnya kota Veracruz dari atas. Netranya pun menatap Eras dan beberapa orang yang Emili sendiri tak tahu. Intinya mereka terlihat menyeramkan dengan tubuh besarnya.

Membayangkan tubuh Eras saja sudah bergidik ngeri, apalagi dihadapkan dengan pria yang dua kali lipat besarnya.

Emili kembali dibuat tercengang saat dengan melihat seorang pria yang tengah diseret paksa hingga jatuh tepat di hadapan Erad. Demi Tuhan, Emili langsung beranjak dari tempat duduknya untuk melihat hal tersebut dari dekat. Ia sengaja bersembunyi di balik tembok dengan hati-hati.

Eras nampak menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri sebelum akhirnya memerintah orang-orang tersebut membawa pria yang tengah dihajar. Emili pun membuntuti mereka ke sebuah tempat yang terbilang sangat sepi. Hampir tak ada orang yang melewati jalan tersebut.

Emili kembali melakukan aksinya dari balik dinding dan seketika matanya terbelalak lebar karena melihat Eras tengah mengacungkan senapan apinya tepat di hadapan pria asing itu. Belum juga mendengar suara tembakan itu, sialnya kaki Emili tak bisa menapak dengan benar. Alhasil dirinya terjatuh hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring.

"Pastikan tidak ada orang lain di sini." Mendengar suara Eras, lantas Emili langsung bangkit dan berlari untuk bersembunyi. Terdengar pula langkah kaki mereka yang tengah mencarinya.

"Sialan. Kalau benar ada orang lain di sini. Maka aku akan langsung menembak kepalanya." ucap pria asing yang bertubuh sangat besar. Emili yang mendengar pun mendadak menggeleng ketakutan.

Tarikan dasyat berhasil Emili rasakan hingga reflek mulutnya ingin berteriak sekencengnya. Namun, telapak tangan lebar dan besar itu berhasil membungkamnya dengan mudah. Emili memejamkan mata dan menangis tanpa bersuara.

"Berani membuntutiku hm?" Suara familiar tersebut langsung memekakan pendengarannya, hingga membuat bulu di tubuhnya meremang.

"Maafkan aku, aku janji tak akan mengulanginya." ucap Emili dengan suara yang terdengar lirih.

Erasmo Mexican DelincuenteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang