EMD : 11 Fishing for hungry men

55 4 0
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

•••••

Emili mendengus untuk kesekian kalinya. Mengayunkan kakinya dengan malas, mengikuti langkah Eras yang membawanya ke dalam rumah yang berbeda dari sebelumnya.

Netranya menelisik ke dalam ruangan yang memiliki ormanen khas, entah apa namanya Emili tak tahu. Atensinya kembali tertuju apa wanita-wanita yang ada di seberang dengan berbaris saling sejajar.

"Selamat datang, Eras." sapa seorang wanita paruh baya dengan pernak-pernik di sekujur tubuhnya.

Eras tak menanggapi secara signifikan, hanya melempar senyum tipis. Berjalan kembali hingga memasuki sebuah ruangan, yang tentunya dengan Emili.

"Nyamankan di mana dirimu berada," ucap Eras yang mungkin sudah tahu dengan gelagat yang diciptakan Emili.

"Kenapa banyak sekali wanita di sana?" Pertanyaan bodoh yang pernah Eras dengar seumur hidupnya.

"Semuanya wanita bayaran," jawab Eras sembari menyandarkan dirinya pada tumpuan meja.

"Kau menggunakan mereka?" Eras terkekeh menyambut pertanyaan Emili yang begitu polos.

"Aku tidak pernah menggunakan mereka," sahut Eras dengan menyambar sebuah cerutu di samping lengannya.

"Lalu siapa?"

"Semua pria membutuhkan kepuasan. Terlebih mereka yang sudah memiliki pasangan, tak menjamin untuk tidak menyentuh wanita manapun," jawab Eras.

Jangan bandingkan Eras dengan siapapun. Ia hidup dalam kegelapan dan tak berujung. Semua hal yang bertentangan dengan aturan negara-Eras jadikan sebagai prinsip hidup.

Transaksi senjata, narkoba dan perdagangan manusia kerap menjadi bukti atas tindakan yang dilakukan kelompoknya.

Emili membayangkan jika Patricia diperlakukan dengan hal sama.

"Mungkinkah Patricia bisa seperti itu?" tanya Emili.

"Itu hal yang mustahil. Patricia tak akan melakukanya. Lagi pula tujuanku kemari tidak untuk membahasnya, aku memiliki misi baru untukmu," ucap Eras yang membuat Emili muak.

"Ck. Bisakah untuk tidak melibatkanku sekali saja?" protes Emili karena intuisinya sudah sangat tajam-apa yang sedang direncanakan pria gila bernama Eras ini.

"Kali ini aku sangat membutuhkanmu." Bersidekap di depan dada dengan mengamati maklum Tuhan yang tengah tersenyum kecut.

"Kau bahkan belum pernah membantuku," protes Emili mematahkan harapan yang selalu Eras letakkan padanya.

"Semua tergantung padamu. Kalau kau mau membantuku, maka aku akan dengan segera membantumu."

Jangan katakan Emili bodoh, ini hal yang cukup rumit.

Erasmo Mexican DelincuenteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang