Semua professor dan para murid telah berkumpul di Great Hall seperti biasanya namun kali ini Hogwarts kedatangan tamu dari dua sekolah. Pertama dari asrama sihir Beauxbatons yang baru saja menampilkan penampilan kecil saat mereka memasuki Great Hall.
Dilanjutkan dengan asrama sihir Durmstrang. Mereka memasuki Great Hall sambil membawa tongkat yang mereka ketukkan ke lantai batu. Renese memperhatikan Louis yang memasang raut wajah datar dan sangar, Renese terkekeh melihat kakak laki - lakinya itu.
"Mulai saat ini, Turnamen Triwizard telah dimulai." Professor Dumbledore mengatakan itu setelah memperlihat cawan api dan menjelaskan beberapa hal tentang turnamen itu. Renese mulai melahap pudding yang ada di depannya, tak begitu perduli dengan turnamen ini, lagi pula dia masih di tahun ke empat yang dimana dia dan teman - temannya masih berusia 14 tahun.
⋆.ೃ࿔*:・⋆.ೃ࿔*:・
Renese berjalan sendirian menuju asramanya, ia memutar jalan untuk menghindari para prefek yang tengah berkeliling. Waktu sudah menunjukkan tengah malam, namun Renese baru saja kembali dari menara astronomi. Renese dan Mattheo telah menentukan jadwal latihan mereka.
Dari kejauhan Renese melihat seseorang memasuki Great Hall, yang ia ingat bahwa itu adalah kepala sekolah Durmstrang. Gerak - gerik Karkaroff nampak begitu mencurigakan, kepalanya bergerak melihat kesana kemari, begitu was was. Renese mengikutinya masuk ke dalam Great Hall dan bersembunyi di balik meja - meja panjang.
"Semoga beruntung, Harry Potter." Ucap Karkaroff setelah memasukkan secarik kertas ke cawan api. "Apa?!" Renese dengan tidak sengaja bersuara, meskipun hanya sebatas bisikan suara itu berhasil membuat Karkaroff menolehkan wajahnya untuk mencari desisan yang baru saja ia dengar.
"Homenum Revelio." Ucap Karkaroff dengan suara pelan sambil menggerakkan tongkatnya, mantra pendeteksi kehadiran manusia lain di area sekitar itu berhasil. Renese tertangkap basah oleh Karkaroff.
"Nah, apa yang dilakukan gadis muda tengah malam seperti ini di sini?" Tanya Karkaroff sambil berjalan pelan ke arah Renese dengan tongkat sihir yang siap teracung ke arah gadis itu. Renese berjalan mundur berusaha menggapai pintu.
"Apa? Kau pikir kau bisa lari begitu saja? I bet you gonna tell someone or just tell Dumbledore? you gonna say to Dumbledore, don't you?" Karkaroff masih dengan posisi maju mendekat ke arah Renese dengan perlahan. Renese mempersiapkan dirinya saat melihat Karkaroff yang ingin melayangkan mantra di tongkat sihirnya.
Secara tiba - tiba, Mattheo muncul dan berdiri di depan Renese. "Aku yang akan mengurusnya." Ucap Mattheo dengan datar. Karkaroff menurunkan tongkatnya dan mengerutkan dahinya. "Dan kenapa aku harus percaya padamu?" Ucap Karkaroff. "You just a boy, I wonder why the Dark Lord trust you so much. Yeah—you are the son of the Dark Lord, but it doesn't meant that you have the same power with him." Tambahnya.
Mattheo memutar bola matanya mendengar itu. "Get out, Nes." Bisik Mattheo pada gadis yang masih berada di belakangnya. "What?" Renese merasa tidak yakin harus meninggalkan Mattheo. "Just leave, Renese." Mendengar itu Renese langsung melangkahkan kakinya untuk keluar. "Aku akan mencari Harry." Ucap Renese yang masih didengar oleh Mattheo.
Melihat Renese yang telah sepenuhnya keluar, Mattheo kembali memusatkan pandangannya pada Karkaroff. Mattheo memejamkan matanya, tubuh Karkaroff tiba - tiba dengan sendirinya terbanting ke sisi kanan dinding.
"Kurasa itu sudah cukup membuktikan semua keraguanmu, Kepala sekolah." Ditengah Karkaroff yang merintih kesakitan, Mattheo berjalan keluar menuju pintu, namun sebelum benar - benar pergi, Mattheo mengucapkan beberapa kata pada Karkaroff. "Bersyukurlah aku tidak memberikan kutukan apapun padamu."
Mattheo berlari di lorong - lorong, mencoba menyusul Renese yang sudah keluar sejak tadi. Kedua kakinya ia pimpin menuju asrama gryffindor, ia tebak Renese sekarang sedang berusaha mencari Harry.
"NESSIE!" Mattheo berseru memanggil gadis itu setelah berlari secepat mungkin untuk menemukannya. "Matt! Kita harus memberitahu Harry!" Sahut Renese dengan langkah kakinya yang masih berjalan dengan cepat. "Nessie, berhenti!" Mattheo kembali berseru. Renese tak menghiraukan apa yang dikatakan Mattheo yang sekarang berlari ke arahnya.
"I SAID STOP!" Ucap Mattheo dengan nada tinggi sambil menahan tangan Renese yang berhasil ia raih. "Apa? Kenapa aku harus berhenti? Kita harus memberitahu Harry!" Jawab Renese sambil mencoba melepaskan genggaman Mattheo.
"Berhentilah mencari Potter!" Ucap Mattheo yang mulai mengecilkan nada bicaranya yang semula tinggi. "Karkaroff memasukkan namanya ke cawan api! Kau gila? Dia baru berumur 14 tahun!" Ucap Renese yang masih bersikeras untuk melepaskan cengkraman Mattheo yang begitu keras.
"Oh yeah? Lalu apa? Setelah kau mengatakan pada Potter lalu apa?" Tanya Mattheo sambil mengangkat satu alisnya. "Apa maksudmu?! Kau mau membiarkan nama Harry masuk ke dalam cawan itu?!"
Sebelum Mattheo menjawab pertanyaan dari Renese, kucing Flitch tiba - tiba menghampiri mereka sambil mengeong. Tak lama terlihat bayangan dan lampu yang berjalan ke arah mereka. "Sembunyi." Ucap Mattheo sambil menarik Renese untuk mengikutinya.
Jantung Renese berdetak dengan begitu cepat dan hal itu disadari oleh Mattheo karena posisi mereka sekarang yang cukup dekat—sangat dekat hingga tak ada jarak yang tersisa. Mattheo memilih untuk bersembunyi di dalam lemari sapu. "Hey, tenanglah. Jantungmu berdetak begitu cepat." Ucap Mattheo dengan suara kecil, Renese menatap mata laki - laki yang ada di depannya.
Mattheo menghela nafas, lalu mendekap tubuh Renese. "Tenanglah. Kita akan memberitahu Potter soal ini, oke?" Mattheo mencoba menenangkan Renese sambil mengelus punggung gadis itu. Namun, tangan kanannya ia arahkan tepat ke kepala Renese dengan tongkat yang terulur.
Maafkan aku, ucap Mattheo dalam hati sambil mengecup pelan rambut Renese. "Obliviate." Ucap Mattheo dengan sangat pelan sembari berharap mantra yang ia rapalkan hanya menghapus kenangan tentang Karkaroff beberapa saat yang lalu.
Mengenal Renese selama hampir dua tahun membuat Mattheo paham kalau gadis ini hanya bisa menggunakan kemampuan perlindungannya saat ia siap dan harus mempersiapkan kenangan - kenangan bahagia untuk ia gunakan membangun perlindungan dalam dirinya serta apabila ia dalam posisi terancam. Mattheo sengaja mencoba menenangkan gadis itu dalam dekapannya.
"Matt, aku mengantuk." Renese tiba - tiba berujar. "Kau ingat kenapa kita berada disini?" Tanya Mattheo. Renese mengerutkan dahinya, heran kenapa laki - laki di depannya mengatakan itu.
"Kita baru saja dari tower astronomi dan saat kita kembali Flitch hampir menemukan kita." Jawab Renese. Mattheo menghembuskan nafas lega.
⋆.ೃ࿔*:・⋆.ೃ࿔*:・
KAMU SEDANG MEMBACA
The Curse of Love
FanfictionPada semesta ini, bukan hanya Harry Potter yang begitu disanjung dan dihormati banyak orang. Namun ada satu anak laki - laki yang dilahirkan oleh pasangan hebat slytherin, Matthew Thomas Riddle. Anak dari Thomas Marvolo Riddle atau dikenal dengan Lo...