The Scars

42 11 0
                                        

Hogwarts express telah melaju di atas rel kereta menuju hogwarts. "Mau menemaniku ke troli Honeydukes?" Tanya Renese pada kedua perempuan yang ada di depannya. Cho melihat ke arah Luna yang nampaknya tengah sibuk mempelajari makhluk - makhluk anehnya, "Bersamaku." Ucap Cho yang lantas berdiri dan membuka pintu kompartemen. "Kau mau sesuatu?" Tanya Renese pada Luna sebelum pergi. "No, Thanks. I'm good."

Renese dan Cho menghampiri troli yang berhenti di depan kompartemen Harry. "One Liquorice wands and three Pumkin Pusties, please." Ucap Renese pada Trolley Lady yang membuat Harry melihat ke arah mereka berdua sambil tersenyum. "Hallo, Harry." Sapa Renese. "Hey, Nes. Hey, Cho." Harry membalas sapaannya. Setelah mendapat apa yang Renese inginkan dan menyerahkan beberapa galleon pada Trolley Lady, "See you, Harry." Ucap Renese sambil memalingkan badannya.

"Anything from the trolley!" Trolley Lady berseru sambil kembali mendorong trolinya.

"Nessie!" Seseorang memanggilnya dari belakang, Renese menoleh dan melihat Mattheo berlari ke arahnya. Saat berhasil berdiri di depan Renese, Mattheo memandang tidak suka pada Harry. "What are you looking, Potter?" Tanya Mattheo dengan nada yang tak mengenakkan. Harry tersenyum tipis pada Renese lalu kembali masuk dan menutup pintu kompartemennya.

"Cho, kembali lah ke kompartemen dan bawakan ini." Ucap Renese sambil menyerahkan Liquorice wands and Pumkin Pusties yang tadi dibelinya pada Cho. Cho memandangnya dengan tatapan 'Are you serious?' Renese mengangguk dan Cho berlalu pergi meninggalkannya.

"Bagaimana lukamu?" Tanya Mattheo sambil memandang luka perban yang ada di lengan kiri Renese. "Apa pedulimu?" Jawab Renese dengan ketus. Mattheo menghembuskan nafasnya. "Ayo, ikut denganku." Ucap Mattheo sambil menarik pelan tangan kanan gadis itu. Renese menahan pergerakannya sambil menggelengkan kepalanya.

"You don't want me to do it, don't you?" Renese menaikkan satu alisnya tak paham dengan apa yang laki - laki itu katakan. "Baiklah." Mattheo menganggukkan kepalanya. "Excuse me, girl." Setelah mengucapkan itu, Mattheo langsung menggendong Renese dengan bridal style.

Renese membelalakkan matanya, tangan kanannya refleks melingkar pada leher laki - laki itu, takut terjatuh. "Aw—" Renese mengaduh karna tangan kirinya yang terluka itu ia gunakan untuk memukul dada laki - laki yang sekarang sedang menggendongnya.

"Don't get yourself hurt, Nessie. Tenanglah." Ucap Mattheo sambil menatap mata biru itu sebentar, lalu kembali fokus ke depan. "Kau mau membawaku kemana?! Matt! Aku malu! Orang - orang dalam kompartemen bisa melihat kita!" Pipi Renese memerah, ia telungkupkan wajahnya pada dada bidang Mattheo dan tangan kirinya ikut menutupi wajahnya. Mattheo terkekeh melihat tingkah laku Renese.

Mattheo menurunkan gadis itu saat telah tiba di kompartemen Slytherin. Renese mengerutkan dahinya, "Kau gila?! Kenapa kau membawaku kesini?!" Renese protes dengan wajah kesalnya. Mattheo kembali terkekeh. "Bisakah kau berhenti bertingkah menggemaskan?" Ucap Mattheo sambil menyentuh hidung Renese, lalu membuka kompartemen itu. "Ayo, tak apa." Ajak Mattheo sambil mengulurkan tangannya, Renese menarik nafasnya dalam lalu menerima uluran tangan itu. Entah apa yang tengah merasuki gadis itu hingga berani ikut Mattheo ke dalam kompartemen yang di penuhi murid Slytherin itu.

Tanpa disengaja genggaman itu berubah menjadi Renese yang sekarang memeluk tangan Mattheo dari belakang karna para murid Slytherin yang melihat ke arahnya. "Mereka semua melihat ke arahku! Bisa kah kita kembali? Keluar?" Bisik Renese. "It means you beautiful." Sahut Mattheo, kini mereka berdua telah tiba di meja Draco dan Blasie, ada kursi kosong di depan mereka—yang Renese tebak itu tempat Mattheo duduk selama perjalanan ini. "Ladies first." Ucap Mattheo sambil mempersilahkan Renese duduk lebih dulu. Blaise menatap bingung ke arah Mattheo, sedangkan Draco menatap bingung ke arah Renese—menyadari Draco memberi tatapan bertanya - tanya, Renese menggelengkan kepalanya dengan raut wajah yang terlihat bingung dan tertekan.

"Bisakah kalian berhenti memberi tatapan seperti itu?" Ucap Mattheo pada Blaise dan Draco, takut Renese semakin tidak nyaman. Setelah Mattheo mengatakan itu, Draco mengambil apel hijau yang ia bawa lalu memakannya dan Blaise gelagapan mencari barang apa saja yang bisa ia ambil.

"Aku akan mengobati lukamu, jadi izinkan aku membuka perbannya, ya?" Ucap Mattheo dengan lembut sambil menyerongkan tubuhnya menghadap Renese. Setelah melihat gadis di depannya mengangguk, ia ambil tangan kiri Renese dengan perlahan lalu membuka perban itu. Terlihat luka gores yang cukup panjang—luka yang belum kering tentunya. Luka gores itu terlihat hampir merobek kulitnya.

Mattheo mengeluarkan botol kecil yang berisi cairan berwarna bening. Ia teteaskan cairan itu tepat ke luka Renese, luka itu hilang seketika—benar - benar seperti tidak terjadi apapun. "Air mata Phoenix?" Ucap Draco yang sedari tadi memperhatikan Mattheo dan Renese yang ada di depannya.

"Bagaimana kau bisa mendapatkannya?" Tanya Renese saat mengingat fakta bahwa burung Phoenix adalah hewan yang cukup langka untuk ditemukan akhir - akhir ini, apa lagi mendapatkan tetesan air mata mereka. "Tidak penting, yang penting kau sembuh sekarang." Jawab Mattheo. "Kalian tidak mengganti pakaian? Sebentar lagi kita akan tiba. Dan.. apa yang dilakukan gadis ravenclaw itu di sini?" Sebelum Renese kembali melontarkan pertanyaan pada Mattheo, Pansy datang menghampiri meja mereka.

"Her name is Renese, Pans. Aku akan mengganti pakaian setelah mengantar Renese kembali ke kompartemennya." Sahut Mattheo sembari berdiri. "Tak masalah, aku bisa kembali sendiri." Ucap Renese yang ikut berdiri. Mattheo menggeleng, "Tentu saja tidak. Aku yang membawamu kesini, jadi aku tak akan membiarkanmu berjalan sendirian kembali kesana. Absolute." Mattheo bersikeras, sambil keluar dari tempat duduknya—diikuti dengan Renese di belakangnya. Lalu dua tangannya ia gunakan untuk memegang kedua pundak Renese.

"Dah, guys! Aku akan kembali!" Ucap Mattheo sambil berjalan dengan Renese di depannya dan kedua tangannya masih di kedua bahu gadis itu.

"Dia tergila - gila dengan gadis itu." Ucap Blaise sambil memandang kepergian Mattheo dan Renese. Draco hanya memandang dua orang itu hingga tak lagi terlihat oleh indra pengelihatannya. "It was just a private show, Draco." Draco berujar pada dirinya sendiri dengan pelan. "Apa?" Ucap Blaise tiba - tiba. "Apa?" Draco balas bertanya. "I think i just heard someone talked." Ucap Blaise.

"Kau halusinasi."

.ೃ*:.ೃ*:

Lemme know if u interested!

The Curse of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang