The Skull

66 12 1
                                        

The Great Hall sudah nampak penuh di isi dengan para murid Hogwarts yang menyambut tahun ajaran baru mereka. Tahun ketiga ini di awali dengan The Frog Choir yang menampilkan penampilan mereka di depan meja makan para professor Hogwarts. Di lanjutkan dengan beberapa arahan dari Professor Dumbledore bahwa Hogwarts kini telah di kelilingi oleh para Dementor. Renese menghembuskan nafas lega karna Louis sudah mengajarkannya tentang mantra Patronus, walau dia baru sekali berhasil melakukan itu.

Hari berikutnya di awali dengan mata pelajaran Divination oleh Professor Trelawney yang berlokasi di North Tower. Tidak seperti siswa lainnya yang mengeluh karna harus bersusah payah menuju ruang kelas ini, Renese dan kedua teman ravenclawnya terlihat biasa saja karna telah terbiasa menuju tower untuk tiba di asrama mereka.

"Now, I want you all to divide into pairs. Collect a teacup from the shelf, come to me, and I will fill it. Then sit down and drink, drink until only the dregs remain. Swill these around the cup three times with the left hand, then turn the cup upside down on its saucer, wait for the last of the tea to drain away, then give your cup to your partner to read. You will interpret the patterns using pages five and six of Unfogging the Future. I shall move among you, helping and instructing." Professer Trelawney mengintruksikan yang langsung di ikuti oleh para murid tak terkecuali Mattheo dan teman - teman slytherinnya yang duduk di pojok atas kelas.

"Baik apa yang kau dapatkan dari ampas tehmu, anak muda?" Tanya Professor Trelawney pada Renese dan Cho. "Eh, hmm pada cangkir Nessie ini—"

"Santai saja." Ucap Professor Trelawney yang menyadari Cho berbicara dengan gugup. "Di cangkir Nessie terdapat ampas teh yang berbentuk, em-" Cho menjeda kalimatnya sambil mencari cari penjelasan yang ada pada buku pelajaran Ramalan. Semua orang memusatkan perhatian pada mereka, ikut penasaran apa isi cangkir teh milik Renese. Mattheo tak kalah penasarannya, sedari tadi ia memusatkan perhatiannya pada meja Cho dan Renese.

"Kurasa ini seperti, Skull?" Ucap Cho dengan ragu. "Kemarilah, biar kulihat." Professor mengambil alih cangkir yang ada di tangan Cho dan mengamatinya. Professor Trelawney berdecak prihatin saat melihat isi cangkir Renese, sedangkan Renese menggigit bibir bawahnya.

"Ini unik, aku menemukan dua simbol sekaligus. Tapi sayangnya, dua simbol ini buruk untukmu, Sweetheart." Ucap Professor Trelawney sambil menggelengkan kepalanya. "Simbol yang nampak jelas dan lebih mendominasi ini adalah simbol Skull yang melambangkan akan ada bahaya di jalanmu dan satu simbol lagi yang nampak kecil adalah simbol Cross yang berarti cobaan dan penderitaan." Jelas Professor Trelawney. Renese menelan ludah dengan berat saat mendengar penjelasan itu. Entah kenapa matanya melihat ke arah Mattheo yang kebetulan juga sedang menatap ke arahnya.

.ೃ*:.ೃ*:

Sekarang Renese beserta Cho dan Luna dalam perjalanan menuju kelas selanjutnya C.o.M.C—Care of Magical Creatures oleh guru baru mereka Professor Hagrid. "Kau tidak mempercayai ramalan itu seratus persen kan, Nes?" Tanya Luna yang menyadari Renese yang hanya diam sambil fokus memandang ke depan. Renese menoleh sebentar lalu mengangguk kecil.

"Ayolah, Nessie. Kau adalah orang yang realistik, tidak mungkin kau membebani pikiranmu dengan ramalan cangkir tehmu itu, bukan?" Cho mencoba meyakinkan Renese. Renese menghembuskan nafasnya berat. "Ya, kalian benar. Hanya saja itu sedikit menakutkan." Sahut Renese.

"Baik kalian bisa mulai membuka buku kalian, halaman empat." Hagrid berujar dari depan sana yang tengah memimpin jalan. "Bagaimana caranya?!" Draco mengerutkan alisnya, itu lebih terdengar seperti sebuah protes dari pada sebuah pertanyaan.

"Tinggal elus saja tulang bukunya, of course." Sahut Hagrid tanpa menoleh. Renese memperhatikan buku monster yang ia pegang sejak tadi. Buku itu diikat dengan ikat pinggang karna para murid tak tau bagaimana cara menenangkan mereka.

Renese mulai mengelus tulang buku itu dengan lembut, mereka masih terdengar berisik walau sedikit lebih tenang dari sebelumnya. "Let me do it." Ucap Mattheo yang entah sejak kapan ada di samping Renese. Renese yang terkejut memundurkan kakinya satu langkah.

"Aku bisa melakukannya sendiri." Ucap Renese sambil memperlihatkan senyum—senyum yang seolah menjelaskan kalau dia bisa mengatasi ini. "I know you can but let me." Mattheo bersikeras, ia mengambil alih buku monster yang ada di tangan Renese. Ia mulai mengelus buku itu sambil melanjutkan langkah mereka mengikuti Hagrid, lalu saat merasa buku itu sudah cukup tenang ia melepas ikat pinggang yang mengurung buku itu.

"Hey, dimana Mattheo?" Tanya Pansy saat menyadari teman laki - lakinya itu menghilang dari jarak pandangnya. Pertanyaan Pansy membuat Blaise, Theo, dan Draco melakukan hal yang sama, mata mereka menyusuri sekitar untuk mencari keberadaan Mattheo.

Mattheo terlihat berjalan ke arah mereka, Draco mengangkat satu alisnya seolah alis itu bisa berbicara 'Dari mana saja?'

"Well—doing some urgent thing." Ucap Mattheo saat memahami tatapan teman - temannya. Blaise mangangkat kedua bahunya, tidak peduli apa yang Mattheo lakukan.

"Makhluk apa itu, Hagrid?" Tanya Ron saat mereka di suguhkan dengan pemandangan makhluk bersayap dan berkaki empat bagai kuda namun memiliki kepala seperti burung. "Before we start, ada yang tahu makhluk apa ini?" Hagrid balik bertanya.

"Excuse me, Professor. That creature is Hippogriff and Hippogriff is half horse, half eagle creatures, immensely proud and extremely dangerous. Hippogriff adalah binatang karnivora dan harus dijinakkan oleh penyihir - penyihir terlatih. Hippogriff berkembangbiak dengan bertelur. When humans approach Hippogriffs, a proper etiquette must be maintained to avoid danger. Hippogriffs were intensely proud creatures, and an individual must show proper respect by bowing to them, and waiting for them to bow in return before approaching. Eye contact should be maintained at all times, without a single blink." Jelas Renese.

"Bagus sekali, Mr, Marjorie. 10 point untuk ravenclaw." Hagrid mengapresiasi sambil memberi senyuman pada Renese. "Apa yang dikatakan Mr. Marjorie seratus persen benar. Easily offended, hippogriffs are. Don't never insult one, 'cause it might be the last thing yeh do. Yeh always wait fer the hippogriff ter make the firs' move. It's polite, see? Yeh walk towards him, and yeh bow, an' yeh wait. If he bows back, yeh're allowed to touch him. If he doesn' bow, then get away from him sharpish, 'cause those talons hurt." Jelas Hagrid.

"Aku tebak kau mengetahui informasi itu dari ayahmu, Mr. Majorie?" Tanya Hagrid, siapa yang tak mengenal Newton Marjorie—orang yang memiliki hobi memelihara magical creatures, koleksi hewan - hewan menakjubkannya pantas di acungi jempol. Renese mengangguk sebagai jawaban. "Jadi kau mau mencoba menyapa Hippogriff kita yang satu ini?" Hagrid kembali melemparkan pertanyaan. Renese menggeleng sambil tersenyum enggan, ia sudah sering berinteraksi dengan Hippogriff yang ada di Manornya, ia ingin memberikan kesempatan pada murid lain untuk mencoba mendekati Hippogriff ini.

Renese mundur dari kerumunan anak - anak lain dan membiarkan Hagrid melanjutkan kelasnya. Renese bergerak mendekat ke arah Mattheo yang tengah menyilangkan tangannya di dada sambil mengunyah sesuatu di mulutnya. "Ada apa dengan wajahmu?" Hal yang pertama Renese tanyakan saat tiba di samping laki - laki itu karena terdapat semacam luka lebam dan luka sayat di pipi kanan Mattheo. "Dampak berlatih mantra saat di Riddle Hall." Jawab Mattheo sambil membenarkan posisinya saat menyadari Renese ada di sampingnya.

Renese menggelengkan kepalanya. "Aku lupa memasukkan buku - buku milikmu ke dalam koper. Akan ku kembalikan nanti saat ibuku sudah mengantarnya kesini." Ucap Renese, mengingat ia belum mengembalikan buku - buku yang ia pinjam dari perpustakaan Riddle Hall. Mattheo menggelengkan kepalanya. "The book is yours." Ucap Mattheo.

Pansy dan Theo saling pandang sambil mengerutkan dahi mereka. "Sejak kapan Matt berteman dengan gadis menyebalkan ini?" Bisik Pansy pada Theo. "Since now, I guess." Sahut Theodore yang sama berbisiknya.

.ೃ*:.ೃ*:

Left the vote if u interested!🤍

The Curse of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang