Angin malam menembus hoodie abu-abu milik Beomgyu, hingga ia merasa kedinginan. Pemuda manis itu menghela nafas, wajahnya tampak kusut dengan kantung mata yang semakin menghitam. Ia duduk sambil meluruskan tungkainya di trotoar. Jalan terlihat sepi karena waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam.
Beomgyu mengeluarkan gawainya mencari nomer seseorang kemudian menelfonnya. Lama menunggu hanya suara operator yang terdengar. Beomgyu merengut. Ia kembali menelfon sang paman hingga sambungan ke sepuluh, tetap tidak di angkat. Beomgyu menyerah, ia menyimpan gawainya kembali.
Matanya sibuk menelisik sekitar. Gelap, dingin, dan menakutkan. Itulah kira-kira gambaran untuk lingkungan di sekitar Beomgyu. Dalam hati ia benar-benar ingin mengumpati pamannya itu. Apakah pamannya tertidur? Atau malah lupa kalau ia memiliki seorang ponakan yang mulai sekarang menjadi tanggung jawabnya?
Beomgyu tidak tau, ia hanya berharap pamannya segera datang karena ia mulai merasa takut dan kedinginan.
...
Di lorong sebuah sekolah. terlihat seorang pria dengan baju serba hitam sedang berjalan santai sambil menghisap puntung rokok. Matanya dengan tajam meneliti setiap inci lorong tersebut. Sesekali ia manatap lamat pada ruang-ruang kelas yang kosong.
Setelah lama berjalan, perhatiannya mulai tertuju pada sebuah ruangan di pojok lorong. Min Yoongi atau kerap dipanggil Yoongi itu menyeringai. Ia mematikan rokoknya Kemudian di buang sembarangan.
Tangan kirinya memegang ganggang pintu, sementara tangan kanannya menaraik pedang dari sarungnya.
Yoongi membuka pintu ruang kelas itu secara perlahan. Matanya masih sibuk menatap keseluruh penjuru ruangan. Saat ia melangkah masuk, pintu ruangan tersebut tiba-tiba tertutup dan terkunci.
Yoongi hanya menatap datar pintu itu. Ia kembali berjalan mendekati sebuah kursi kosong di pojok jendela. Aura ruangan semakin mencekam saat Yoongi tepat berada di depan kursi tersebut.
"Aku tidak ingin membuang-buang waktu untuk arwah rendah sepertimu" Gumamnya. Yoongi mulai mengangkat pedangnya kemudian mengayunkannya di depan kursi. Sekali ayunan, terdengar teriakan yang memekakkan telinga. Asap-asap hitam mulai berkumpul di sekitar kursi tersebut menampakan sosok gadis perempuan dengan wajah pucat dan mulut robek.
Teriakan mulai terdengar lagi. Sosok tersebut bangkit berdiri bersiap menyerang Yoongi. Namun belum sempat sosok itu menyerang, Yoongi terlebih dahulu mengayunkan pedangnya tepat di leher sosok tersebut.
Cahaya biru bersinar lembut di sekitar pedang Yoongi. Menuntunya untuk menembus lehernya hingga putus.Ruangan itu kembali normal, tidak ada aura mencekam lagi. Yoongi tersenyum puas, ia mengembalikan pedangnya dalam sarungnya. Kemudian melangkah keluar ruangan.
Yoongi melihat seseorang yang tidak asing berada di depan gerbang sekolah. Yoongi memilih acuh dan melewati orang itu santai.
"Kak Yoongi! "
Seruan orang itu masuk ke dalam telinga Yoongi, membuatnya menatap malas padanya yang berjalan mendekat.
"Apa? " Tanya Yoongi datar. Ia mengernyit saat orang tersebut menyerahkan sebuah amplop.
"Ini bayaran kakak! " Ucap Jimin sambil menyengir. Yoongi hanya mengulum bibirnya kemudian mengangguk. Ia menerima amplop tersebut dengan baik. Mengucapkan terimakasih pada Jimin kemudian berlalu pergi.
"Jangan lupa lusa besok ya kak!" Seru Jimin sambil melambai-lambai pada Yoongi yang hendak masuk ke dalam mobil. Yoongi yang medengarnya mengacungkan ibu jari tanpa menoleh.
Yoongi menyimpan amplop tersebut ke dalam saku jasnya. Kemudian tangannya bergerak meraih sebuah gawai di kursi sampingnya.
Detik berikutnya terdapat umpatan kecil dan wajah panik milin Yoongi. Ia langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia benar-benar lupa pada satu hal yang sangat penting untuknya.
Yaitu menjemput keponakan satu-satunya untuk tinggal bersama mulai hari ini.
"Sial! "
...
Beomgyu mengangkat kepalanya saat mendengar suara mobil mendekat. Ia bangkit berdiri kemudian menutupi matanya yang silau terkena lampu mobil. Terdengar suara pintu yang terbuka, menampakkan seseorang yang sudah lama tidak Beomgyu lihat.
Yoongi mendekat ke arah Beomgyu. Ia menggaruk kepalanya yang terasa gatal, kemudian menatap Beomgyu dengan seksama. Ia memperhatikan wajah kusut keponakannya kemudian menghela napas.
"Ayo pulang" Ucap singkat sang paman untuk keponakannya yang telah menunggu dirinya selama berjam-jam. Beomgyu menghela nafas kemudian kembali menggendong tasnya, masuk ke dalam mobil.
Beomgyu duduk di samping Yoongi yang sedang mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Sesekali ia melirik sang paman. Ia benar-benar terpukau dengan penampilannya. Pamannya terlihat berbeda dari terakhir kali bertemu.
Rambutnya berwarna hitam pekat, matanya memiliki sorot yang tajam, rahang tegas dan wajah datar. Itu menambah kesan tampan untuknya.
"Mau makan dulu? " Pertanyaan Yoongi memecah lamunan Beomgyu. Ia menggeleng, perutnya masih terasa kenyang. Entahlah belakangan ini nafsu makan Beomgyu sangat buruk. Bahkan kadang ia lupa untuk makan dan berakhir tidak makan seharian penuh.
Berikutnya hanya hening yang ada. Selain lama tidak bertemu ada rasa gengsi untuk membuka percakapan di antara mereka berdua. Yoongi berdeham, kemudian ia melirik sang keponakan yang memejam. Nampaknya keponakan kecilnya ini sudah masuk ke dalam dunia mimpi. Yoongi kembali fokus pada jalan raya, sesekali ia menyalip kendaraan lainnya.
Mulai hari ini Yoongi bersumpah untuk melindungi keponakannya dari apapun.
Ini adalah awal dari takdir Beomgyu yang akan sangat berbeda dengan kehidupan normalnya.
..........
Gak tau dan nggak mau tau.
Vote and komenLanjut?
Catatan:
capter 1 dan 2 di up sekaligus!
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at me!
Fanfictionsetelah kedua orangtuanya meninggal. Choi Beomgyu, harus tinggal bersama pamannya, Min Yoongi yang percaya pada hal berbau supranatural. Siapa sangka bahwa pamannya yang pemalas ini ternyata adalah seorang pengusir arwah pemiliki kemampuan terhebat...