•20• Mereka para penghianat

139 24 7
                                    

Vote jangan lupaaaaa

Beomgyu hanya diam sambil melirik Bangchan yang menatapnya lekat. Ia ragu hanya untuk menanyakan tujuan dari pria di hadapannya. Awalnya pria itu berasikap kasar kepadanya, lalu tiba-tiba menjadi sedikit lembut dan ramah. Membingungkan.

Menyadari raut kebingungan dari Beomgyu, Bangchan terkekeh pelan. Anak itu penasaran dengan apa yang terjadi, tapi terlalu takut dan ragu untuk bertanya.

"Apa dirimu penasaran dengan semua ini? " Akhirnya Bangchan membuka suara. Beomgyu menegakkan punggungnya seketika. Tentu ia penasaran, mengapa pria di depannya itu tiba-tiba menculiknya. Beomgyu menatap Bangchan dengan penuh pertanyaan.

"Aku akan mengatakannya setelah permainannya selesai. " Ucapan dari Bangchan membuat Beomgyu melemaskan kembali tubuhnya. Sejujurnya ia tidak tahu permainan apa yang di maksud oleh Bangchan. Tapi firasatnya mengatakan jika itu bukanlah hal yang baik, maka ia memutuskan untuk tidak bertanya.

Setidaknya sudah lebih dari dua jam dirinya berada di sini. Tanpa tahu apa yang terjadi di luar sana. Dia hanya diam, sesekali Bangchan mengajaknya berbincang ringan. Setelahnya hanya diam yang menyelimuti.

Beomgyu mendaratkan kepalanya pada meja. Entah mengapa kantuk datang secara tiba-tiba. Mencoba mempertahankan kesadarannya. Namun, sia-sia Beomgyu sudah terpejam sepenuhnya.

Hal yang terakhir ia lihat adalah tubuh Bangchan yang mulai mendekatinya.

...

Ruangan yang sebelumnya rapi dan bersih, kini telah hancur berantakan. Musuh mereka hanya satu, arwah wanita yang memiliki rambut panjang. Kekuatan yang di milikinya tidak dapat di anggap remeh. Apalagi lawannya hanya anak sekolah yang belum sekuat para seniornya.

Yeonjun mengusap keringat yang mengalir di dahi. Ia melirik teman-temannya, kondisinya hampir sama. Mereka kelelahan, energi yang mereka miliki telah habis. Kemudian ia mulai memfokuskan pandangannya pada Sunghoon yang tengah membantu Soobin berdiri. Jika saja anak itu memiliki kekuatan sepertinya, mungkin mereka akan memiliki kesempatan.

Arwah itu memang kuat. Namun, sedari tadi ia tidak menyerang atau melukai mereka. Ia hanya menangkis serangan yang mereka berikan.

"Apakah hanya sebatas ini kekuatan kalian? " Arwah itu bertanya datar. Seolah menganggap mereka adalah lawan yang remeh. Sedari awal dia memang menunjukan ekspresi tidak tertarik dengan pertarungan ini.

"Kalian benar-benar ingin Beomgyu mati? " Ucapan itu menyebalkan. Sedari tadi ia hanya memancing Yeonjun dan teman-temannya dengan menggunakan nama Beomgyu.

"Baiklah Karena ini hanya permainan yang di buat si jelek. Aku akan memberikan kalian keringanan. " Ucap arwah itu sambil menyisir rambutnya. Matanya mulai menatap anak-anak sekolahan di depannya.

"Aku akan meloloskan kalian jika rambutku berhasi terpotong. " Arwah itu mengibaskan rambut panjang miliknya. Yeonjun tertawa hambar, arwah wanita itu terlalu meremehkan dirinya. Ia menatap arwah itu tajam, hatinya sedikit kesal karena di permainkan.

"Baiklah, jangan menangis jika dirimu menjadi botak ya. " Ucap Yeonjun sesaat, sebelum ia melesat dengan cepat.

...

Bangchan menidurkan Beomgyu perlahan pada kasur di sana. Tidak lupa menyelimuti tubuh anak laki-laki itu. Ia pandang sebentar wajah damai milik Beomgyu, kemudian mengalihkannya pada dua sosok ciptaannya.

"Kalian orang tua yang buruk. " Ucap Bangchan pada ilusi kedua orangtua Beomgyu. Ia menjentikkan jarinya, dan kedua sosok itu musnah seketika.

Kini Bengchan kembali fokus pada Beomgyu. Bangchan tahu berbagai hal tentang Beomgyu, karena hasil pengamatannya beberapa waktu yang lalu. Dirinya memang salah satu dari sekian banyak orang yang mengincar Beomgyu. Namun, ia juga masih waras untuk mengetahui, jika Beomgyu mungkin dapat mengehentikan mereka yang haus akan kekuatan.

Look at me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang