•10• Serpihan Ingatan

134 23 11
                                    

Choi Beomgyu merupakan anak yang terkena kutukan. Setiap hembusan napas yang keluar dari hidungnya selalu menjadi pertanyaan untuk satu detik berikutnya, apakah masih hidup? Atau akan mati?

Kutukan milik Beomgyu selalu mengancam nyawannya, dirinya sering berada di ambang kematian. Hingga Hyumin merelakan seluruh kekuatannya untuk Beomgyu, demi membuat anak itu hidup lebih lama.

Saat ia berumur satu minggu, ayahnya hampir membunuhnya. Namun, berhasil di gagalkan oleh ibunya. Ayah Beomgyu mengalami depresi karena perusahaan miliknya yang hampir bangkrut.

Saat Beomgyu mulai bisa berbicara, kata pertama yang ia ucapkan bukanlah ayah atau ibu.

"Ungi ungi! "

Begitulah mulut kecilnya memanggil sang paman. Paman yang selalu berada di sisinya, selalu mengawasinya, dan memperhatikannya. Bukan kedua orangtuanya yang lebih sibuk mengurusi dirinya masing-masing.

Saat Beomgyu berumur dua tahun. Ia hampir mati karena dikurung di dalam kamar tanpa di beri makan atau minum. Ibunya berkata jika Beomgyu nakal karena memecahkan guci mahal miliknya. Dan saat itulah sesuatu yang berbahaya mulai bangkit.

Saat Beomgyu masuk sekolah dasar. Banyak anak-anak yang mengolok-olok dirinya. Mereka bilang jika Beomgyu anak yang aneh.

"Beomgyu si anak aneh"

Begitulah kira-kira cemooh dari anak-anak yang belum lancar membaca dan berhitung.

Saat Beomgyu masuk sekolah menengah pertama. Ia menjadi korban bully, kali ini bukan kata 'aneh' yang tersemat di kalimat mengejek milik mereka.

"Beomgyu si miskin"

"Beomgyu idiot"

Beomgyu yang tidak kuat dengan ucapan menyakitkan dari mereka akhirnya mengadu pada orang tuanya. Bayangan ibu dan ayah yang bersedih atau marah musnah sudah. Ibu menampar pipi putih miliknya.

"Jangan melawan mereka. Mereka anak dari direktur yang bekerjasama dengan ayahmu. Kamu adalah anak paling ibu sayangi, kamu pasti bisa melaluinya. Hanya tiga tahun, lagipula itu hanya ejekan biasa kamu sudah mengalaminya selama enam tahun bukan? Jangan menjadi beban ayahmu" Ucap ibu sambil mengusap pelan pipi Beomgyu yang ditampar oleh dirinya sendiri.

Nyatanya sekuat apapun Beomgyu bertahan ia akan jatuh juga. Saat ia di kelas delapan, bukan cemooh lagi yang ia dapatkan tapi juga kekeraaan fisik. Beomgyu pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan menggunting tangannya. Namun, setelah ia bangun di pagi harinya luka di tangganya telah sembuh, Beomgyu kebingungan ia melihat sebuah kertas kecil di meja belajarnya.

"Ingat aku. Jangan mati! Aku di sini"

Pertahanan yang Beomgyu buat lebih kuat. Setelah mendengar kabar yang cukup mengerikan pada para pembully itu, ia jadi lebih mampu melewati hari yang berat.

Mungkin cuma pukulan dari ayah yang masih mengguncang mentalnya. Dia harus sempurna di mata kedua orang tuanya. Beomgyu harus tampan kata ibunya. Beomgyu harus pintar ucap Ayah.

Jika dia tidak tampan, dadanya akan sesak karena ibu menenggelamkan kepalamya di dalam air yang dingin.

Jika dia tidak pintar, badannya akan remuk karena ayah memukulnya dengan tongkat kayu.

...

Yoongi mengusap airmata yang turun dari pelupuk mata Beomgyu. Entah bunga tidur seperti apa yang tengah menemani anak itu. Beomgyu belum sadar sejak lima jam yang lalu, sementara sekarang matahari mulai menenggelamkan diri.

Walaupun sudah berulangkali Jimin mengatakan jika Beomgyu Baik-baik saja. Hatinya masih merasa gundah dan khawatir.

Hingga akhirnya mata yang semula tertutup kini terbuka kembali. Beomgyu memandangi langit-langit di ruangan itu. Ia mimpi buruk, mimpi yang sangat buruk tentang masalalunya. Tentang dirinyi yang selalu hancur tiap harinya.

Look at me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang