•21• Kejadian kala itu

124 22 2
                                    

Chapter di ubah!!!

Suara tangisan seorang anak kecil terdengar lirih dari balik pintu kamar. Rumah yang telah kosong itu menjadi saksi betapa derasnya air mata yang di keluarkan balita tersebut. Beomgyu kecil mendongak menatap pintu kamar yang tertutup rapat, berharap ibunya akan kembali dari balik pintu itu, menyambutnya dengan sebuah pelukan. Air matanya tidak berhenti keluar meski isakannya telah usai. Beomgyu menghapus air matanya dengan tangan, menyentuh gangang pintu dengan mata bengkak.

"Ibu, aku takut. keluarkan aku dari sini." Beomgyu berujar lirih, memohon pada pintu yang berdiri mematung di depannya. Beomgyu memutar badannya, mulai menatap pada ruang kamar yang menjadi tempat ia di kurung, gelap dan sunyi. Ibunya bahkan tidak menghidupkan lampu di kamar itu. Beomgyu yang masih kecil tentu merasa sangat ketakutan dengan kegelapan yang melandanya.

"Takut." Beomgyu berjongkok, menyembunyikan wajahnya pada lipatan tangan. Anak kecil berusia dua tahun berada di rumah sendirian dengan keadan listrik mati. Hanya hening yang menemani Beomgyu, anak itu bahkan tidak berani mengangkat kepalanya karena ketakutan.

Beomgyu masih setia menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan. Waktu semakin mendekati tengah malam, Beomgyu jadi ingat dengan cerita dari kakeknya. Saat tengah malam telah tiba, anak-anak harus segera tidur agar monster serigala tidak datang dan memakan mereka hidup-hidup. Beomgyu mulai mengangkat wajahnya, sayup-sayup dapat ia dengar suara siulan.

Semakin ia rekatkan pelukannya, takut jika dongeng pengantar tidur yang biasa di ceritakan kakeknya benar-benar terjadi, dan serigala dengan taring tajam datang untuk memakan dirinya. Terdengar lagi suara siulan itu, kini semakin dekat seolah ada orang yang tengah bersiul di sampingnya. Beomgyu menoleh ke arah kiri, dalam kegelapan malam dapat ia lihat bayangan seseorang yang duduk menghadap dirinya. Beomgyu tidak dapat menatap dengan jelas siapa sosok itu.

"Paman siapa?" Beomgyu memirinkan kepalanya, merasa heran. Mengapa paman ini dapat berada di kamar orang tuanya? apalagi paman itu memiliki tubuh yang sangat besar, bahkan ketika duduk, tingginya hampir mencapai pintu yang menjadi sandarannya. Jika berdiri, atap- atap rumahnya pasti sudah jebol.

Dapat Beomgyu lihat, paman yang merangkak mendekatinya. Beomgyu mundur perlahan, hingga punggungnya menyentuh dinding. Ia benar-benar takut, air matanya kembali menetes, anak kecil pun tahu jika yang di depannya bukanlah seorang manusia.

"P-paman?"

Jarak di antara wajah mereka sangat dekat, Beomgyu dapat melihat dengan jelas mata hitam legam, dan wajah pucat milik paman itu. Beomgyu terbatuk hebat, dadanya yang terasa nyeri ia remat dengan kuat. Napasnya tersengal-sengal dengan darah yang keluar dari hidungnya.

"Ingat pesan dariku." Ucapan terakhir dari paman misterius itu yang Beomgyu dengar sebelum kesadarannya terengut.

...

Mata yang terpejam itu terbuka, bersamaan dengan keringat dingin yang menetes dari dahinya. Beomgyu menatap langit-langit di ruangan itu dengan pandangan kosong, ia berusaha mencerna ingatan yang tiba-tiba muncul dalam mimpinya. Dirinya di masa lalu, dan paman misterius yang membuatnya kesakitan.

"Beomgyu sadar!" Terlalu tenggelam dalam pemikirannya, Beomgyu sama sekali tidak menyadari jika ada manusia lain yang menempati ruangan tersebut. Beomgyu mengenal mereka semua, Yeonjun, Soobin, Taehyun, Kai, dan Sunghoon. Teman-temannya.

"Beomgyu syukurlah." Yeonjun adalah orang yang pertama memeluk tubuhnya, kemudian di susul Soobin dan yang lainnya. Beomgyu tampak kebingungan dengan apa yang terjadi, ia sama sekali tidak fokus pada orang-orang di hadapannya. pikirannya seolah berkelana entah kemana. Yeonjun yang menyadari hal tersebut mengernyitkan alisnya.

"Ada apa Gyu?" Yeonjun sedikit menggoyangkan bahu Beomgyu. Namun, anak itu hanya menatap kosong dirinya. Beomgyu bangkit dari tidurnya, mencoba untuk berdiri walau sedikit terhuyung. Yeonjun dengan sigap menahan lengan Beomgyu.

"Di mana Taehyung?" Tanya Beomgyu lirih, mata anak itu menatap kedepan dengan tatapan koson. Yeonjun menoleh pada yang lainnya, saling menukar tatapan penasaran satu sama lain. "Kami tidak tahu." Jawab Yeonjun pada akhirnya, dapat ia rasakan rematan pada bajunya.

Berikutnya terdengar isakan dari Beomgyu, tubuhnya bergetar kemudian jatuh terduduk. Yeonjung segera menahan tubuh Beomgyu, memeluk dan menyembunyikan kepala anak itu dalam rengkuhan. Beomgyu meremat pakaian milik Yeonjun. Sementara yang lain terdiam karena kaget.

Beomgyu bingung dengan perasaannya. Mengapa ia tiba-tiba menangis? Bahkan pertanyaan dari Soobin tidak sanggup ia jawab. Ia hanya membutuhkan Taehyung saat ini. Ia merasa jika pria itu dapat membantunya mendapatkan sebuah jawaban.

Juga pria asing yang awalnya mencoba untuk membunuh dirinya. Bangchan pasti tahu sesuatu tentang paman aneh dengan wajah pucat itu. Beomgyu mengusap air matanya kasar, dapat ia lihat tatapan teduh dari Yeonjun. Beomgyu kembali menyembunyikan wajahnya pada tubuh Yeonjun.

"Aku mimpi buruk. " Ujar Beomgyu lirih disertai isakan kecil. Yeonjun mengangguk, mengusap lembut rambut Beomgyu. Soobin ikut mendekat, mengusap punggung sempit Beomgyu. Mereka melontarkan beberapa kalimat untuk menenangkan Beomgyu.

"Maaf karena menunggu lama, seseorang baru saja- Oh? " Acara berpelukan itu terganggu oleh Bangchan yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan tersebut.

...

"Beomgyu! "

Entah sudah berapa kali Yoongi mengucapkan syukur. Memeluk tubuh keponakan tersayangnya dengan erat. Beberapa kali ia membubuhkan ciuman di pucuk kepala Beomgyu.

"Guru!"

Yeonjun tidak mau kalah. Ia juga ikut memeluk Yoongi hingga Beomgyu terjepit dia antara tubuh keduanya. Yoongi mengusap rambut Yeonjun hingga ia tersenyum puas. Namun, senyum itu berubah menjadi ringisan ketika telinganya terasa kebas akibat jeweran dari Yoongi.

"Darimana saja kalian ha!? Apa kalian tidak lihat sekarang jam berapa? Kalian hampir membuatku mati karena tidak dapat menemukan kalian di manapun! "

Yeonjun mencoba menghentikan tangan Yoongi dari telinganya. Mereka semua dikeluarkan oleh Bangchan dari dunia buatan. Dengan syarat menyembunyikan pertemuan itu bahkan kepada orang tuanya sendiri. Tentu mereka menyetujuinya, mereka tidak ingin lebih lama terkurung di ruangan itu bersama seorang pria berbadan besar.

Yeonjun juga rela telinganya memerah akibat jeweran kuat dari Yoongi. Ia sedikit melirik ke arah Beomgyu yang terkekeh kecil. Melihat perdebatan antara dirinya dan Yoongi.

"Kembali ke kamar kalian sekarang! "

Seruan maut dari Yoongi langsung dituruti oleh keduanya. Mereka langsung melesat menuju kamar masing-masing.

Beomgyu menutup perlahan pintunya. Menatap kamarnya yang remang-remang, karena sinar bulan dari jendela. Beomgyu melangkah perlahan ke kasur. Ia menatap kakinya lekat. Ada sebuah luka di mata kakinya, tapi ia benar-benar tidak ingat penyebab dari luka itu. Begitu juga dengan luka melintang di dada kirinya.

Beomgyu menghela napas pelan. Merebahkan tubuhnya di kasur, ia menatap Langit-langit kamarnya dengan tatapan sendu, Entah mengapa Beomgyu merasa kosong pada lubuk hatinya. Ia seperti tidak ingat dengan beberapa hal yang penting dalam hidupnya.

Beomgyu selalu merasa melupakan sesuatu.

...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Look at me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang