Happy Reading Guys!!
Enjoy!!
Tandai ya jika typo!!
¶¶¶
Seminggu berlalu keadaan Oliv sangat buruk. Jauh dari kata baik, karena selama itu pula Oliv sering mengurung dirinya di kamar. Oliv biasanya adalah gadis yang ceria dan penuh enerjik. Namun, karena putus dari seorang Skala Oliv berubah menjadi gadis yang emosional dan wajahnya murung.
Oliv masih butuh waktu untuk mencerna semua ini, tentang kesalahan Skala yang begitu fatal di perbuatannya. Oliv ingin membenci Skala namun tidak bisa. Rasa cintanya terhadap Skala jauh lebih besar dibandingkan rasa kecewanya.
Oliv itu tipe CEGIL di luar BMKG. Jika sudah mencintai seseorang maka akan sangat - sangat bodoh dan tolol. Contohnya sekarang, Oliv masih saja memeluk erat foto Skala.
Dan selama seminggu itu pula, Oliv menutup akses komunikasinya dengan Skala. Dan Skala pun selalu rajin setiap harinya datang ke rumah Oliv, walaupun hasilnya nihil. Sejak kemarin, Oliv memang mengizinkan Skala untuk masuk ke rumahnya melalui asisten rumah tangganya. Namun, Oliv masih enggan untuk menemui Skala dan bertatap muka langsung dengannya.
Skala pun hanya bisa gedor - gedor pintu kamar Oliv sambil berteriak kencang. Namun hal itu tetap Oliv abaikan, dan Oliv tidak meresponnya. Hingga malamnya pun, Oliv meminta satpam rumahnya untuk menyuruh Skala pulang. Dan Skala yang keras kepala pun bersikeras untuk menunggu Oliv mau menemui dirinya. Pada akhirnya Oliv mengizinkan satpam itu untuk menyeret Skala keluar dari rumah megah milik Oliv itu.
Saat ini adalah hari minggu siang, dan Oliv mendengar Skala ada di depan pintu kamarnya. Oliv jadi ingin tau, apa yang Skala lakukan di sini selain untuk menggedor - gedor pintunya. Dan berteriak seperti tarzan di tengah hutan. Untung papinya lagi ada perjalanan ke luar negeri jadinya Skala aman, terbebas dari pukulan papinya itu.
"Oliv ini aku, please buka pintunya sayang." Teriak Skala yang terjeda dari luar.
"Aku mau jelasin semuanya Oliv, please dengerin aku dulu sayang. Aku hancur, aku gak akan pergi sebelum kamu ketemu sama aku dan denger semua penjelasan aku. Oliv, aku cinta sama kamu dan aku juga sayang sama kamu. Kamu percaya itu kan, cinta aku lebih besar dari apapun. Aku mohon, maafin aku dan tolong jangan tutup akses komunikasi kamu sama aku Oliv." Teriak Skala dengan suara seraknya itu, karena jujur saja Skala juga menahan tangisnya. Dirinya kacau, dirinya terpuruk, keluarganya pun menyalahkan dirinya.
"Olivia Amerta, sampai kapan pun cuman kamu satu - satunya perempuan yang menjadi ratu di hati aku. Walaupun pada akhirnya kita nggak bersama, tapi aku akan selalu ngejaga dan ngelindungi kamu dari jauh Oliv. Sampai kamu bisa nemuin kebahagian kamu sendiri, tanpa aku. Itu janji aku ke kamu, kamu bisa pegang kata - kata aku." Ucap Skala yang kian melemah.
"Aku sadar bahkan sangat sadar, kalo aku adalah sumber rasa sakit dari semua sakit yang kamu terima. Maafin aku Oliv, aku gagal menuhi janji dan mimpi - mimpi kita. Aku gagal jadi lelaki yang bisa kamu percaya. Maafin aku, aku ngecewain kamu dan papi kamu." Ucap Skala terjeda sejenak dirinya menyeka airmatanya dengan kasar.
"Tapi asal kamu tau, ini diluar kendali aku sayang. Aku tersika, aku juga terluka, aku hancur tanpa kamu Oliv. Aku enggak mau semua ini terjadi, aku hanya berharap ini adalah sebuah mimpi buruk yang nggak akan pernah terjadi dalam hubungan kita. Namun, kenyataan jelas menampar aku." Perlahan tapi pasti tubuh Skala merosot kebawah tidak berdaya sambil bersandar pada pintu kamar Oliv. Air mata Skala pun keluar tanpa bisa Skala cegah, mata Skala memerah. Dan kantung matanya pun begitu terlihat dengan jelas karena sudah semingguan lebih ini Skala susah untuk tidur.
"Oliv sayang, tolong temuin aku dan dengerin penjelasan aku. Janji ini untuk yang terakhir kalinya, setelah itu aku enggak akan ganggu kamu lagi. Dan enggak akan muncul di hadapan kamu lagi, kecuali kamu yang memintanya." Lirih Skala dengan begitu frustasi karena Oliv tidak mau menemui dirinya.
Dari balik pintu pun Oliv mendengarkan semuanya. Hati Oliv sakit, bahkan sangat sakit mendengar suara Skala yang seakan - akan hancur dan putus asa. Apapun ucapan Skala, Oliv mendengarnya dengan jelas. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.
Tubuh Oliv pun luruh ke lantai, dan bersadar pada pintu kamarnya sambil memegang foto kebersamaannya dengan Skala. Oliv terisak, dirinya belum siap jika harus bertemu Skala sekarang. Namun, dirinya juga tidak tega membiarkan Skala hancur seperti ini.
Yang Oliv tau satu hal yaitu, Skala membutuhkan pelukan darinya.
Hanya dirinya yang bisa menenangkan Skala, dan hanya dirinya pula yang bisa mengerti Skala. Di antara banyaknya orang, Skala hanya mau dan mampu terbuka padanya, Skala kesepian. Dan Oliv tidak tega dengan kenyataan itu.
Namun untuk sekarang diri Oliv lebih penting dibandingkan apapun.
"Skala, mending lo pergi dari sini. Gue gak bisa temuin lo sekarang. Gue sakit dengerin lo sehancur ini Kala. Kita sama - sama sakit dan hancur. Gue mohon jangan lukain diri lo sendiri demi bisa ketemu sama gue." Ucap Oliv dengan terisak pelan.
"Gue tau, lo sampai malem selalu di depan rumah gue. Gue tau, lo terluka karena jatuh dari motor. Gue juga tau lo di pukulin habis - habisan sama bodyguard yang papi kirim buat berjaga di rumah ini. Kala, lo pergi dari sini. Percuma, gue belum bisa buat ketemu lo. Hati gue hancur Skala, sakit banget sampai rasanya mau mati denger penghianatan lo yang dengan teganya tidur sama cewek lain sampai cewek itu hamil. Walaupun lo enggak sengaja, tapi tetep sama aja kan semua udah teriadi." Oliv menjeda ucapannya lalu kembali berteriak lagi.
"Gue janji, setelah gue baikan dan bisa terima ini semua. Gue yang akan datang temuin lo, untuk saat ini gue belum bisa. Maaf Kala." Oliv pun membekap mulutnya sendiri dengan tangannya agar tidak semakin terisak.
Skala pun dari luar juga sama terlukanya mendengar jawaban Oliv. Terlebih mendengar Oliv menangis adalah hal yang paling menyakitkan untuk seorang Skala Bhumi Alfarizi. Skala membutuhkan pelukan Oliv, Skala menginginkan Oliv, dan Skala ingin Oliv selalu berada di dekatnya. Namun Skala sadar diri, jika semua itu tidak mungkin. Karena Oliv sudah terlanjur begitu kecewa dengannya.
Skala meruntuki dirinya sendiri, meruntuki kebodahannya dan kecerobohannya atas hal ini.
Skala juga sakit sekaligus tidak suka mendengar Oliv menggunakan kata lo - gue dengannya. Demi apapun, Skala membenci kata kurang sopan itu keluar dari mulut manis milik Oliv.
"Sayang jangan nangis please, aku gak bisa denger kamu nangis seperti ini. Aku salah, aku minta maaf. Mungkin beribu kata maaf yang aku ucapkan enggak akan pernah bisa hilangin rasa sakit kamu. Tapi aku yakin, suatu saat kamu pasti bisa hidup tanpa aku. Tanpa lelaki brengsek dan bajingan ini, aku bodoh Oliv maafin aku." Lirih Skala.
"Aku pamit dulu, maaf bikin kamu terluka. Kamu jaga diri baik - baik. Kalo kamu udah siap, kita akan bicara. Sekali lagi maafin aku ya sayang. I love you Olivia Amerta."
"I love you more Skala Bhumi Arfizi." Batin Oliv.
¶¶¶
HAI HAII JUMPA LAGI NII
KALIAN DARI MANA NI
ASAL KOTA?
DAPAT CERITA INI DARI MANA?
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAA
KALO PERLU SPAM KOMEN BIAR CEPET LANJUT, BIAR AKU SEMANGAT NULISNYA.
MINTA PENDAPAT DONG NAMA SKALA BAGUSNYA SIAPA YA
SKALA BHUMI ARFIZI
OR
SKALA BHUMI ALFARIZI
FOLLOW WATTPAD INI YA nantiajagausahtau
THANK YOU GUYS
AND
SEE U NEXT PART❤❤
Btw kalo ramai partnya bisa lebih panjang ya🕊
KAMU SEDANG MEMBACA
OLIVIA AMERTA
Teen FictionDiputusin oleh sang kekasih yang telah menjalin hubungan cukup lama yaitu sekitar 3 tahun membuat Olivia Amerta merasa hancur berkeping-keping. Sang kekasih yaitu Skala Bhumi Alfarizi terpaksa harus memutus jalinan kasihnya bersama Olivia karena ha...