OLIVIA 3

798 25 10
                                    

Happy Reading Guys!!

Enjoy!!

Tandai ya jika typo!!

¶¶¶

Sedangkan di tempat lain, Skala sedang menemui seorang perempuan yang bernama Rafika Asma Ranty atau sering di panggil dengan sebutan Fika. Skala menemui Fika karena permintaan Fika sendiri.

Dan akhirnya mereka janjian di sebuah taman kota yang cocok untuk dibuat mengobrol dengan santai. Sebenernya Skala enggan menemui Fika, tetapi Fika memaksa karena katanya ini penting.

Sesampainya di taman Skala mencari keberadaan Fika, katanya tadi Fika sudah sampai. Dan Skala menemukan keberadaan Fika di salah satu kursi taman dekat pepohonan yang begitu rindang. Hawanya sangat segar karena ada angin.

"Eh kamu Skala, duduk sini." Pinta Fika.

Skala hanya diam dengan wajahnya yang sangat - sangat datar. Tapi dirinya tetap menurutinya, dan akhirnya duduk di sebelah Fika.

"Itu wajah kamu kenapa banyak lebamnya Skala? Siapa yang ngelakuin hal ini ke kamu? Mana banyak banget lagi lebamnya, hampir di seluruh wajah. Pasti sakit ya ini? Udah di obati belum?" Tanya Fika secara beruntun sekaligus khawatir dengan keadaan Skala yang wajahnya penuh dengan lebam.

"Ya sakit lah tolol, gara - gara lo anjing." Batin Skala yang tertahan.

Skala tentu saja tidak ingin mengatakan hal itu terang - terangan, karena saat ini Skala masih berbaik hati untuk menjaga perasaan Fika yang sedang mengandung anaknya.

"Udah." Balas Skala dengan singkat dan pandangan yang luruh ke depan tanpa mau menoleh ke arah wanita yang ada di sampingnya itu. Skala bawaannya selalu emosi jika bertatapan langsung dengan wajah Fika.

"Kamu udah jujur ke keluarga kamu tentang masalah kita?" Tanya Fika dengan hati - hati karena melihat raut wajah Skala yang nampaknya tengah menahan kesal. Fika sendiri tidak mau jika dirinya menjadi pelampiasan kemarahan Skala. Karena disni dirinya korban, dan Skala pelaku.

"Udah." Jawab Skala dengan singkat lagi.

Terdengar helaan nafas dari Fika, karena sejak tadi Skala hanya menjawab pertanyaan dari dirinya dengan singkat dan kurang jelas menurutnya.

"Lalu, apa tanggapan keluarga kamu itu Skala?" Tanyanya lagi dengan penasaran.

"Marah lah anjing." Ucap Skala yang sudah tidak bisa di kontrol. Terlalu kasar namun biarin lah.

Untuk sesaat Fika merasa kaget, namun dirinya berusaha untuk menormalkan ekspresi wajahnya kembali. Dan sekarang menatap Skala dengan tatapan sendunya itu dan juga ada rasa kasihan dalam diri Fika untuk Skala.

"Aku tau, pasti kamu luka dan lebam - lebam gini karena kena amukan dari keluarga kamu Skala? Kenapa kamu enggak bilang dadi awal, tau gitu kita ketemuannya bisa di tunda. Maaf untuk semuanya, andai malam itu enggak terjadi kamu pasti enggak akan sampai seperti ini." Ucap Fika yang merasa bersalah.

Jujur saja Fika merasa sakit, karena melihat orang yang dirinya cintai terluka hingga sebegitu parahnya. Ya, memang Fika mencintai seorang Skala dari jaman mereka berdua kasih duduk di bangku sekolah menengah atas.

Fika dan Skala dulunya satu SMA, satu kelas pula. Namun dari dulu hingga sekarang Skala sama sekali tidak pernah melirik Fika sedikitpun. Padahal sudah banyak usaha yang Fika lakukan, tapi semuanya nihil tidak ada yang berhasil satu pun.

Namun setelah lulus SMA, Fika kira Skala akan berkuliah di luar negeri. Dan ternyata dugaan Fika salah, karena mereka kebetulan sekali satu kampus tapi beda jurusan.

OLIVIA AMERTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang