Azza dibully+kebenaran

66 16 1
                                    


.
.
.

"Baik anak-anak, sekarang kalian semua kumpul tugas yang minggu lalu bapak kasih," ucap guru itu, Shyla diam ketakutan pasalnya semalam ia belum mengerjakan tugas sama sekali. Seketika ide licik muncul dalam pikirannya, ia bangun dari duduknya, lalu berjalan mendekati Azza.

"Za," panggil Shyla pelan.

Azza menatap Shyla datar, ia mengangkat sebelah alisnya, seakan ia bertanya (Apa?) pada Shyla.

"Tadi malam kan, lo minjem buku tugas gue buat disalin, terus mana bukunya sekarang," ucap Shyla selembut mungkin sambil menyodorkan tangannya pada Azza, Laska yang mendengar itu menatap tajam Azza.

"Lo nyalin tugasnya Shyla, lo pikir Shyla babu tugas lo apa," ucap Laska, berdiri menghampiri Azza, Shyla tertawa senang dalam batinnya.

"Drama lagi," batin Azza malas.

"Gue," tunjuk Azza pada dirinya sendiri.

Laska, Shyla dan yang lain menatap Azza cengo, sejak kapan kosa kata Azza diganti dari aku menjadi gue.

"Y-ya elo lah, kan lo yang minjem semalam," ucap Shyla, mencoba menetralkan perasaannya, ia cukup merinding dengan gaya bahasa Azza yang tak biasanya.

"Sepinter apa lo sampe gue harus minjam tugas lo buat gue salin, gue juga punya otak, buat ngerjain tugas gue, sendiri," ucap Azza santai, namun terkesan dingin, dan menusuk.

Sungguh baru kali ini mereka melihat Azza berani menjawab ucapan Shyla, apa dia lupa bahwa Shyla adalah Queen disekolah ini. Apalagi gadis yang berpredikat Queen ini bisa bela diri.

"Azza, jaga ucapan lo," geram Laska menunjuk wajah Azza.

"Turunin tangan lo, sebelum jari yang lu tunjuk patah," ucap Azza, menatap tajam Laska.

Apa-apaan ini, berani sekali Azza menatap mata elang dari sang Laska, apa ia ingin mencari masalah pada kedua orang penting ini disekolah ini, King dan Queen QHHS.

"Kurang ajar yaa lo," teriak Shyla, dan ...

'Plak!'

Satu tamparan mengenai pipi Azza, dan pelakunya ialah Shyla sendiri.

"Bapak keluar dari kelas ini, dan kalian semua yang ada dikelas ini, kecuali Azza," titah Shyla sambil tersenyum miring.

Guru yang mengetahui bahwa mereka akan menyiksa Azza, hanya mengikuti perintah Shyla, karna ia tak mau berursan dengan anak donatur di sekolah ini, yang tak lain adalah keluarga Smith, ia tauh bahwa Azza adalah anak kandung dari Frans, namun melihat Frans yang selalu memanjakan Shyla selaku anak angkatnya, dan Azza yang tak pernah ia pedulikan, maka dari itu ia lebih memilih mendengarkan Shyla. Kini kelas sudah kosong, tinggal Laska, Shyla, dan juga Azza.

"Laska, liat nih, masa dia mau bohong kalau dia gak minjam tugas aku," adu Shyla, menggelayut manja dilengan Laska

"Heh, jangan mentang-mentang penampilan lo udah berubah, kita jadi takut sama lo, dan bakal beri lo kebebasan, karna sampai kapan pun, gue gak bakal takut, dan bakal sik54 lo terus, denger itu baik-baik," ucap Laska, dengan menjambak rambut Azza. Sakit? tentu tidak, ini bukanlah Azza melainkan Ara yang tinggal didalam tubuh Azza.

"Hiks lepasin aku Laska, kepala aku sakit, hiks lepasin," tangis Azza, tentu ia hanya mengolok mereka, meniru Azza yang duluh saat ditindas seperti ini. Shyla tersenyum senang Azza yang mengeluarkan air matanya, seperti yang ia pikirkan bahwa sebenarnya Azza yang lemah tetaplah seperti itu, hanya penampilannya saja yang berubah.

"Apa gue harus gitu," lanjut Azza, dengan mengusap pelan air matanya. Shyla menatap Azza tak percaya begitupun Laska, padahal ia sudah dengan kuat menj4mb4k rambut Azza, tapi apa ini? ia hanya berpura-pura menangis.

Ara or Azza[on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang