ikut basket

25 2 0
                                    


.
.
.

Pagi hari yang indah, matahari kembali terbit hingga seorang gadis tersadar dari tidurnya.

“Ganteng juga nih anak.” Azza tersenyum menatap wajah Vino yang masih terlelap, ia tidak menyangka jika orang yang duluh membencinya sekarang sedang memeluk dirinya.

“Vin, bangun udah pagi,” panggil Azza menepuk pelan pipi Vino.

“Eugh!” lenguh Vino yang terusik akibat tangan kecil yang mendarat beberapa kali di pipinya.

“Bangun, lo gak sekolah.”

“Iyaa.” Vino segera membuka matanya, Azza terkekeh saat melihat mata sembab Vino akibat menangis semalaman.

“Sana gih ke kamar lo, terus siap-siap,” ucap Azza.

“Hemm.”

Cup!

Setelah mengecvp kening Azza, Vino segera bangkit lalu pergi menuju kamarnya, Azza menggeleng pelan, sekarang sudah bertambah orang yang suka mencivmnya.

***

“Morning princes!”

“Morn—”

“What!”

Lagi, sikap Vino membuat keluarga Smith kembali tercengang, mereka kira Vino sedang menyapa Shyla, tapi ternyata pria itu sebenarnya menyapa Azza dan memeluk gadis itu.

“VINO!”

Semua terperanjat kaget, akibat bentakan dari Raden. Terlihat wajah merah padam dari wajahnya membuat semua menjadi takut, terkecuali Azza.

Bugh!

Satu bogeman mendarat di pelipis Vino, hingga pria itu jatuh tersungkur ke samping.

“Raden, apa yang kamu lakuin,” teriak Ayu yang panik melihat tindakan Raden. Baru pertama kalinya ia melihat Raden memukul Vino.

“Sini lo.” Raden menarik kerah baju Vino membuat badannya sedikit terangkat dan menatap Raden.

“Mau jadi penghianat lo hah! Mau ikut jadi cewek pembunuh itu iya?” teriak Raden. Ia mencengkram kerah Vino dengan kuat.

“Raden ... ”

“Pah, anak ini harus di kasih peringatan! Papa gak sadar dia selama ini selalu dekat sama anak itu, seakan-akan dia lupa dengan apa yang anak itu buat,” tutur Raden, sambil melirik Azza dengan tajam.

“Itulah kenapa gue jadi berubah,” decit Vino. Dengan kasar ia melepas cengkraman Raden.

Vino berdiri merapikan kembali seragamnya, dan juga kerah bajunya yang kusut akibat cengkraman Raden tadi.

“Tanpa sadar, kalian sendiri juga pembunvuh,” kata Vino dengan sinis, ia menarik lengan Azza lalu pergi dari sana tanpa sarapan sama sekali.

***

“Wih makin lengket yah.”

“Iya nih, kayanya nih cupu pake pelet.”

“Kasian yah sih Vino bakal jadi korban selanjutnya.”

“Caper caper caper!”

Azza menatap ke empat orang itu dengan malas, ia melirik seorang lagi dengan mereka yang hanya diam. ‘Tumben gak ngikut’ pikir Azza saat melihat Teo yang hanya diam memandang dirinya dan Vino. Yah mereka adalah Sari, Jeni, Putri, Kelvin dan Teo.

Baru saja turun dari motor, ia sudah disuguhkan dengan pemandangan yang membuatnya badmood. Pandangannya teralih pada Putri dan detik berikutnya Azza malah terkekeh.

Ara or Azza[on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang