wuiii mon maap ya update nya lama bgtt hhe
.
.
.Usai makan siang, Azza kembali ke kamarnya, ia membuka lemari tak ada satupun baju miliknya duluh. Mungkin sudah dibuang oleh maid.
Tok!
Tok!
Tok!
“Zaa buka pintunya ini gue!” teriak orang itu dari luar.
Ceklek!
Azza menatap datar orang itu yang tidak lain adalah Vino. Pria yang kemarin sempat menemuinya di taman.
“Nih pake punya gue, kalau pakaian lo udah dianter lo bisa balikin,” ujar Vino menyodorkan kaos oblong dan trening hitam miliknya, Azza menatap tangan Vino yang tengah menyodorkan kaos oblong dari pria itu.
“Terima aja apa susahnya sih Za,” lanjut cowok itu agak kesal karena Azza tak kunjung mengambilnya.
“Hm thanks,” jawab Azza lalu mengambil kaos dan trening Vino, gadis itu kembali menutup pintunya.
Di dalam kamar Azza menatap kaos dan trening milik Vino, ia lalu mengganti dressnya dengan kaos dan trening milik Vino. Treningnya memang pas tapi kaosnya sedikit kebesaran tapi itu tidak membuat dada Azza terbuka karena leher kaos itu kecil.
Azza membaringkan tubuh di king size miliknya dan memeluk bantal guling disampingnya, perlahan mata indah itu tertutup sedikit demi sedikit. Hingga dirinya terlelap dengan sendirinya.
***
Bulan kembali hadir untuk menerangi gelapnya malam yang telah menggantikan siang.
Tok!
Tok!
Tok!
“Non Azza permisi non, ada tuan Gavin sedang menunggu nona.” Seorang maid mengetuk pintu Azza cukup lama, maid itu sudah berdiri sekitar 15 menit di depan pintu kamar Azza.
“Siapa lagi sih bangsat gak bisa apa sehari aja biarin gue tenang,” gumam Azza kesal karena sedari tadi gadis itu sangat terganggu dengan ketukan di pintu kamarnya.
Ceklek!
“Apa!” sentak Azza sedikit kasar membuat maid itu terperanjat kaget lalu menundukkan kepalanya karena takut menatap Azza.
“I–itu nona a–anu ada tu–tuan Gavin menunggu nona di bawah,” ucap maid itu terbata-bata.
Azza segera meninggalkan maid itu lalu menemui Gavin. Saat sampai di lantai bawah, Azza melihat Gavin sedang berbincang-bincang dengan Smith.
“Abang,” panggil Azza, membuat Gavin dan Smith langsung menatapnya.
Cup!
“Udah lama?” tanya Azza sembari mengecup pipi Gavin lalu duduk di samping pria itu.
“Gak terlalu lama. Ohh ya ini pakaian kamu,” jawab Gavin, lalu menyodorkan kan koper yang lumayan besar yang isinya tentu pakaian Azza.
“Emmmm baik banget deh, makasih yah bang udah mau direpotin,” ucap Azza memeluk tubuh Gavin dengan manjanya.
Smith tersenyum melihat interaksi antara Gavin dan Azza, gadis itu bahkan selalu mengeluarkan senyumannya jika berasama Gavin, beda sekarang jika bersama mereka, Azza sudah terlihat cuek dan tidak peduli pada mereka.
“Gapapa kalau yang ngerepotin itu kamu,” balas Gavin terkekeh mencubit gemas pipi Azza.
“Ehem! Tuan Smith saya juga ingin meminta izin jika saya akan membawa Azza pergi bersama teman-temannya dan menginap malam ini di rumah temannya, apakah bisa.” Gavin menatap pria yang sudah berumur itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ara or Azza[on going]
Teen Fiction"gue?ya gue bakalan balas dendam atas kematian azza!!" "Balikin azza gue!!" "Azza lo udah mati seharusnya lo sadar" bingung? gimana sama kelanjutannya? yuk simak baik sebelum di baca mohon ikuti akun ini hhe🙏' buat yang numpang baca tapi ga nge vot...