.
.
.Sang surya kembali menyapa bumi dengan hari yang baru. Hari ini menjadi hari yang sangat menyibukkan para anggota keluarga Smith.
“MAAAA!! Dasi aku mana!”
“MAAA! Jas aku kenapa belum di setrika!”
“MAMA!! Dres aku yang merah dimana?”
“MAAA!!! Sepatu papa kok gak ada!”
“MAAA!! Kemeja putih aku masih basah!”
“ASTAGAA!!” teriak Ayu frustasi.
Dari tadi ia mondar mandir dari lantai satu ke lantai dua, masuk dari kamar ke kamar karena teriakan-teriakan yang terus memanggil namanya.
“Bisa mati aku lama-lama, kalian gak liat mama udah keringat sampek basah kaya gini, Vano dasi kamu di gantung di belakang pintu kamu gak bisa cari sendiri?”
“Bukan jas itu yang kamu pakai Raden, jas kamu ada di ruang ganti.”
“Shyla sayang dres kamu juga udah ada di ruang ganti sama perlengkapan lainnya.”
“Papa juga sama, sepatunya ada di ruang ganti, sama jasnya.”
“Vino kemeja kamu ada di lemari sayang, kemeja putih kamu kan banyak.”
Ayu benar-benar dibuat sibuk pagi ini, terlihat dirinya ngos-ngosan hingga keringat bercucuran di dahinya.
“Masih pagi sudah buat keributan, apa mereka tidak bisa mengatur diri mereka sendiri.” Smith menyeruput tehnya dengan santai, pria tua itu sudah siap dengan stelan jas berwarna silver dengan kemeja putih, terlihat sangat tampan.
***
Sedangkan di apartemen, Azza terlihat santai di dalam ruang ganti miliknya.
“Azza,” panggil Gavin masuk ke dalam ruang ganti.
Dilihatnya Azza mengenakan dress biru selutut dengan rambut yang Gavin pintal melingkar di kepalanya sehingga membentuk mahkota dan rambut bagian belakang digerai bebas. [Gavin ini tipe abang yang idaman yah readers xixixi ><]
“Udah bang,” sahut Azza membalikan badannya.
Gavin tersenyum melihat wajah cantik dan natural milik Azza.
“Kamu yakin mereka gak bakal mikir yang macem-macem kalau abang ikut?” tanya Gavin, yah Azza mengajak Gavin untuk ikut ke mansion Smith karena ia tidak mau sendiri.
“Kalau mereka mikir macem-macem terserah mereka,” ujar Azza tenang. Gavin hanya tersenyum mengelus lembut pipi Azza.
Kini keduanya berjalan keluar apartemen dengan Azza yang mengaitkan tangannya di lengan Gavin, banyak pasang mata yang menatap keduanya kagum, tak ayal pujian-pujian terus terdengar di pendengaran Azza dan Gavin, hingga keduanya keluar dari bangunan tinggi itu.
Kedua kaka beradik itu menghampiri mobil hitam yang sudah terparkir di samping jalan. Gavin yang baru saja ingin membukakan pintu untuk Azza mengurungkan niatnya saat mendengar namanya di panggil.
“Bang Gavin!”
“Loh Ar?” Gavin dibuat bingung saat melihat seorang pria yang dikenalinya datang dan merangkul pundaknya.
“Ciee pak kepsek makin ganteng aja nih, mau kemana nih rapi banget,” ujar pria itu yang masih tak menyadari bahwa ada Azza yang berdiri di belakang Gavin.
“Ada deh kepo!” cetus Gavin kemudian melepas rangkulan dari pria tadi.
“Btw lo ngapain disini?” tanya Gavin menatap pria itu dengan alis yang diangkat sebelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ara or Azza[on going]
Fiksi Remaja"gue?ya gue bakalan balas dendam atas kematian azza!!" "Balikin azza gue!!" "Azza lo udah mati seharusnya lo sadar" bingung? gimana sama kelanjutannya? yuk simak baik sebelum di baca mohon ikuti akun ini hhe🙏' buat yang numpang baca tapi ga nge vot...