Rinduu

50 6 0
                                    

.
.
.

Tok!
Tok!
Tok!

"Siapa?"

"Saya non."

"Saya? Saya siapa?"

"Bik Inem non."

"Ohww bibi."

Cklek!

"Kenapa bi?" Tanya Azza saat membuka pintu kamarnya.

"Ini non, susu sama kue coklatnya," ujar maid itu sambil menyodorkan sedulang susu putih dan kue coklat, Azza menyerit bingung, sejak kapan ia menyuruh maid ini membuatkannya susu dan kue.

"Bawa pulang," ujar Azza lalu menutup kembali pintu, maid itu hanya mengangguk dan menaruh kembali susu dan kue yang ia bawah, ia juga hanya disuruh oleh Raden untuk mengantarkan susu dan kue itu pada Azza karena itu adalah makanan favorit Azza.

"Maid gak jelas, gue kan gada minta apa-apa malah dikasih susu sama coklat."

"Ehh tapi kan itu kesukaannya Azza, sory ya Za gue gak bisa makan makanan yang kek modelan gitu, bukannya gak enak, coklat sama susu itu juga fav gue, tapi rasanya agak aneh aja gitu, jadi maaf ya gue gak bisa makan," gumam Ara pada dirinya sendiri.

***

~ Malam ~

Saat ini Azza terlihat sedang menopang dagu di Balkon kamar, sepertinya ada sesuatu yang sedang Azza pikirkan, entah apa yang gadis itu pikirkan hanya Tuhan dan author yang tauh eak :v

"El kamu gimana kabarnya, kangen tau, apa kamu lagi nangis? Atau kamu lagi marah? Hehe maafin Rara ya, Rara pergi gak pamit sama El, El baik-baik aja kan, El gak telat makan kan, El gak absen ngantorkan, El harus baik-baik aja ya, El harus bahagia, Rara pengen banget meluk El, Rara mau digendong sama El, tapi rasanya gak mungkin, El pasti gak kenal dengan Rara yang wujudnya orang lain, kalau pun itu mungkin El pasti bakal marah sama Rara, karena Rara meluk-meluk El dengan wajah orang yang gak El kenal sama sekali, andai waktu itu Rara bisa gagalin rencana nya pasti Rara juga gak bakal gini, tapi Rara juga gak tau, kenapa Rara malah biarin itu terjadi, El Rara mau pulang, Rara mau pulang kerumah kita."

Azza bediri, ia menghirup udara malam dengan tenang, ia menutup matanya rapat-rapat merasakan hembusan udara yang dingin, bulir bening dari pelupuk mata yang indah itu keluar tanpa ijin dari sang puannya.

Lima menit Azza melakukan posisi yang sama, akhirnya ia pun membuka matanya, mengusap air mata yang keluar tanpa ia suruh, dengan langkah pelan ia memasuki kamarnya, dan menutup pintu balkon, ia berjalan menuju tempat tidurnya, matanya tak sengaja melihat sesuatu dari bawah kasurnya, dengan penasaran ia mengambil benda itu, dan ternyata itu adalah sebuah buku diary, ia berpikir diary ini adalah milik Azza.

Ia membuka buku diary tersebut, matanya menatap dua orang bayi perempuan yang sedang tersenyum bersama sepertinya mereka kembar, dan tiga orang bocah laki-laki yang menc*um kedua bayi itu, dihalaman berikutnya, ia melihat dua  bayi perempuan itu sudah tumbuh besar, sekitar berumur 5 tahun namun yang satu nya sedang berada di kursi roda dan yang satunya tida, dan tiga bocah laki-laki itu juga sudah tumbuh menjadi pria yang tampan, yaa yang saat ini Azza lihat adalah diary yang berisi album foto, di dalam foto itu Azza melihat ada beberapa nama yang menempel pada masing-masing foto itu.

Aletazza Athania Grazela Smith, Aletaffa Athalia Grazela Smith, Alvino Karvalo Putra Smith, Alvano Karvalo Putra Smith, dan Raden Karvalo Putra Smith, Azza menatap lekat foto gadis sedang berada di kursi roda itu, Affa nama gadis itu, wajahnya sangat mirip dengan wajah Azza pada foto itu, dan ternyata gadis bernama Affa itu adalah saudari kembar Azza, ya Azza dan Affa, Affa yang lebih tua 4 menit dari Azza, muncul pertanyaan dibenak Azza, dimana Affa? Azza terus membuka halaman per halaman diary itu, hingga ia melihat ada sebuah anflop yang terselip pada buku itu.

Dengan cepat ia membuka isi anfloap itu, dan ternyata itu adalah surat cek up Azza dari rumah sakit, di dalam surat itu tertulis bahwa Azza mengidap leukimia stadium tiga.

Seketika dada Azza menjadi sesak, ternyata tubuh yang ia tempati sekarang tidak baik-baik saja, lalu bagaimana dengan Affa? apakah ia juga mengidap penyakit yang sama? Azza menggenggam surat itu bukan menggenggam melainkan Azza meremukan surat itu, Azza tak memperdulikan itu, ia terus membuka satu persatu halaman diary tersebut, Azza kembali menemukan sesuatu yang membuat dadanya sesak, dengan bibir gemetar ia membaca pelan isi diary itu.

.
.
.

TBC🦋

hallo,buat yang nanya ini kenapa part nya makin pendek?
plis vio minta maaf karna di part' yang pendek mau vio ubah,jadi vio minta maaf ya gays?

Ara or Azza[on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang