.
.
.“Mau kemana kamu!”
Suara bariton yang sedikit membentak membuat semua maid juga ikut terkejut.
“Mentang-mentang opa udah pulang, dia mau seenaknya aja.”
“Gak punya malu, padahal udah bukan bagian keluarga ini lagi.”
“Heh! Kamu kalau di tanya itu jawab!”
“Apa?” Azza menunjukan wajah malasnya saat melihat Ayu.
“Jaga bahasa lo sialan” Raden menatap Azza dengan nyalang.
Renacanya Azza ingin pergi ke markasnya hari ini karena sudah janji dengan Gina yang mengajaknya, malah ia di hadangan oleh manusia-manusia ini. Sangat menyebalkan.
“Terus kenapa masih butuh jawaban orang sialan ini, buang-buang waktu.” Azza segera pergi dan meninggalkan mereka yang masih diam di sana.
Memang tidak ada yang mereka lakukan selain diam ketika mendengar Azza yang mulai menjawab apa lagi dengan nada yang ketus dan cuek.
“Anakku, apa dia sudah berubah,” lirih Ayu.
“Ma, dia itu sebenarnya udah kurang ajar dari duluh, hanya dia baru nunjukin sekarang,” ucap Shyla mengelus punggung Ayu.
“Apa kita terlalu jahat sampai dia begini,” gumam Frans yang masih di dengar Ayu.
“Dia masuk rumah sakit karena kita,” lanjutnya bergumam dan hanya di dengar oleh Ayu.
“Semua udah terlambat, Vino pasrah kalau dia benci sama kita,” ucap anak kedua Ayu itu.
“Kenapa lo ngomong gitu?” Vano menatap heran kembarannya.
“Selama ini dia selalu diam kalau di bentak, tapi kalau udah sendiri, dia nangis bahkan coba untuk bunuh diri, itu karena fisik dan mentalnya udah gak kuat sama kekerasan yang kita buat sama dia, jadi menurut Vino mungkin dia begini karena kita, dia jadi orang yang mati rasa, tepatnya mati rasa akan kasih sayangnya dan cinta buat kita. Seandainya suatu saat kita menyesal, itu udah gak berlaku buat dia.” Setelah mengatakan itu Vino ikut pergi meninggalkan keluarganya.
“Maksud Vino apa,” batin Raden dan Vano.
“Gue gak bakal biarin kalian kembali sama Azza, dan gue gak akan pernah berhenti buat dia tersiksa dan kalian akan terus benci sama dia,” batin Shyla tersenyum jahat.
***
“Holla para manusia-manusia yang tidak beraklahk kecuali Ara yang cantiknya paripurna ini!”
“Dateng-dateng udah teriak lu! Tumben gak lu tendang tuh pintu,” ucap Gina.
“Eh Ta, ngapain kamu di sini, markas kamu bukan di sini, sana hush,” usir Azza menatap wajah Aron, pasalnya pria itu tadi tidak di ajak.
“Ayok sini!” Aron menepuk sofa kosong di sampingnya tanpa memperdulikan Azza yang mengusirnya.
“Ihh gak sopan,” ketus Azza mendelik sinis namun ia tetap mengikuti ajakan Aron. Dasar Azza.
“Gin, lo udah ngasih tau bang Gavin?” tanya Azza saat dirinya sudah duduk di samping Aron.
“Udah, barang-barangnya tadi udah di inda sama anak-anak,” jawab Gina. Yaa tadi saat pulang sekolah Azza menyuruh Gavin tinggal di mansionnya karena tak mau Gavin sendiri di apartemen.
Awalnya bujang tampan itu menolak, tapi dengan jurus maut Azza yang sangat berbisa membuat Gavin menuruti kemauan gadis dingin yang beberapa hari ini sudah menjadi gadis kecil yang aktif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ara or Azza[on going]
Подростковая литература"gue?ya gue bakalan balas dendam atas kematian azza!!" "Balikin azza gue!!" "Azza lo udah mati seharusnya lo sadar" bingung? gimana sama kelanjutannya? yuk simak baik sebelum di baca mohon ikuti akun ini hhe🙏' buat yang numpang baca tapi ga nge vot...