Aku merasa kiamat sudah dekat dan Faker telah datang. Satu hari pun terasa bagaikan setahun dan semua trik itu terjadi di alam mimpi. Maka, ustadz Khalid Basalamah memimpin jadi imam Masjid dan belum pernah aku melihat bangunan masjid itu sebelumnya.
Maka, keesokan harinya satu hari bagaikan sepekan. Lalu, aku bertemu Faker yang bersembunyi sambil mencoba menghunus pedang yang cukup besar ke arahku. Namun, dengan mudah aku tepis dengan satu tangan saja dan membalasnya dengan satu tangan juga. Lalu, satu serangan itu sudah cukup mengalahkan Faker itu dan dia terjatuh. Aku memaafkan akan sikapnya dan aku yakin dia juga tak terluka. Aku pun memintanya datang besok pagi untuk menentukan apakah dia tetap melanjutkan fitnah atau justru bertobat kepada Allah.
Maka, ada beberapa hal yang terjadi yaitu seseorang yang sangat liar yang berkumpul dengan sesamanya yang liar. Sosok itu justru membunuh kawan-kawannya sendiri dengan menghunuskan pedang yang menancap hingga ke tanah dan ditumpuk jadi satu. Aku merasa sikapnya sudah keterlaluan. Lalu, sosok itu mengatakan itu adalah bukti kesetiaan dia padaku. Aku mencoba menarik pedang itu, tetapi tak bisa. Aku merasa dia tahu bahwa aku bisa menyembuhkan mereka. Maka, sosok itu sengaja membuat trik agar rekan-rekannya tak bisa disembuhkan dan tak bisa dibangkitkan dari kematian.
Maka, aku bertemu satu sosok lagi dan dia ada di sebuah rumah kayu. Sosok itu ternyata ingin belajar tentang mengurus alam semesta. Aku diminta oleh Zabaniyah untuk mengajarinya dengan membacakan awal surat Qaf yang terdapat pada Al Qur'an.