𝐏𝐚𝐫𝐭 𝟒 - 𝐎𝐮𝐫 𝐅𝐥𝐚𝐬𝐡𝐛𝐚𝐜𝐤 𝐈

571 70 12
                                    

════ ⋆★⋆ ═══

𝄞𓂃 ࣪˖ ִֶָ 𓈈⭒♬ ゚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𝄞𓂃 ࣪˖ ִֶָ 𓈈⭒♬ ゚.

Flashback
Six years ago, Opera Epiclese

"Ms. (Name), sesuai dengan semua bukti, dinyatakan benar bahwa anda telah melakukan pelanggaran dengan memberikan obat terlarang tanpa adanya surat izin, yang berakibat meninggalnya pasien atas nama Faddey" Ludex Neuvillette menjelaskan rincian tuduhan kepada (Name).

Dokter yang bernama (Name) itu menunduk dari awal sesi pengadilan. Membenarkan semua tuduhan yang diberikan kepadanya.

Tidak ada yang salah, dia memang sudah membunuh pasiennya sendiri saat itu. Memberikan obat terlarang kepada anak kecil yang sudah menderita karena penyakitnya.

(Name) tidak bisa menahan tangis nya kala pasiennya menjerit kesakitan saat obat terlarang yang dia berikan meluruhkan semua organ dalamnya.

"(Name)-sensei ... Kenapa?" Lirih gadis kecil itu tak kuasa lagi menahan rasa sakit ketika obat keras itu melelehkan organ-organnya secara brutal.

Dia tidak mengerti, yang dia ingat saat itu hanyalah kepalanya kosong dan tidak bisa memikirkan apapun kecuali membunuh.

Ah ya.. Lily? Kenapa .... Dia tersenyum?

Saat dirinya berusia 10 tahun, (Name) melihat kedua orang tuanya mati ditikam pisau oleh pembunuh bayaran. Dia ingat betul bagaimana dirinya menangis seperti yang saat ini dia lakukan kala orang tuanya menghembuskan nafas terakhir.

Hatinya serasa diremas saat mengetahui anak kecil yang dia rawat selama setahun itu ternyata merupakan buah hati dari pelaku yang membunuh orang tuanya.

Setelah sadar akan apa yang dia lakukan, dia menangis. Menjerit ketika melihat tubuh sekecil itu telah berlumuran darah, hancur, dan terlihat mengenaskan. Obatnya benar-benar menghancurkan tubuh anak itu dari dalam.

"Lihatlah betapa menyedihkannya dirimu, (Name)" Lily, gadis itu berbisik di telinga (Name).

"Lily ... kau bilang obatnya hanya memberikan efek tak sadarkan diri?!" Tanya (Name), netranya menatap tajam ke arah Lily, Sclera-nya memerah akibat pembuluh darahnya melebar karena menangis.

"Ck ck ck (Name), nampaknya dendam telah membuatmu menjadi bodoh. Tidak bisa kah kau membaca ramuan obat itu sendiri?" Jawab Lily santai, bahkan dapat terlihat senyum di bibirnya itu.

(Name) tidak bisa berpikir lagi, sudah jelas dia dibohongi. Perkataan Lily tidak salah, dendam sudah membuatnya menjadi bodoh.

'Apa yang sudah aku lakukan?!' Sebagai seorang dokter, tugasnya adalah mengobati bukan membunuh.

(Name) terduduk, dia tidak tahan melihat mayat Faddey yang sudah hancur itu.

Dan begitulah hingga akhirnya dia menyerahkan dirinya sendiri ke pengadilan. Dia ingat betul bagaimana para saksi mengutuk dirinya, berharap dia mati sebagai gantinya.

See? Fate Brought Us Together Again || Wriothesley x Female Reader!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang