SATU-DAPHNEY FAMILY

94 4 0
                                    

Satu

Arusu melihat jam tangannya lalu berdecak. "Barbie cepat ke sini! Kamu harus segera pergi untuk les balet." Arusu berteriak memanggil cucunya yang belum tiba di hadapannya, padahal Arusu sudah menunggu sedaritadi.

Apa Barbie berniat bermalas-malasan? Sepertinya dia harus memberi pengertian pada cucu sulungnya itu agar tidak melakukan hal seperti ini lagi.

Seorang wanita menghampiri Arusu dengan terburu-buru membuat wanita tua itu mengernyit.

"Ma, Barbie sedang sakit, jadi Barbie tidak bisa pergi les," ucap Amaya yang merupakan ibu dari Barbie.

"Apa yang terjadi dengan Barbie? Kenapa dia bisa sakit?" tanya Arusu, tetapi belum sempat Amaya menjawab pertanyaan itu, Arusu sudah berlalu dari hadapannya dan menuju ke kamar Barbie, sehingga mau tidak mau, Amaya mengikuti mertuanya itu.

"Barbie cucuku sayang," panggil Arusu dengan lembut saat dia sudah berada di kamar Barbie.

Wanita itu memperhatikan Barbie yang berbaring di atas tempat tidur, wajahnya pucat, terutama bagian bibirnya. Serta terdapat plester penurun panas di dahi anak itu. Arusu duduk di pinggir tempat tidur Barbie lalu mengelus pipi cucunya itu.

"Kamu sakit apa sayang?" tanya Arusu, padahal dia sama sekali tidak membutuhkan jawaban dari pertanyaannya, sudah jelas Barbie sedang demam.

"Demam, Oma," jawab Barbie pelan.

Arusu menatap Amaya yang sudah berada di kamar Barbie, menantunya itu berdiri di sisi kanan tempat tidur putrinya. Bersebrangan dengan Arusu yang berafa di sisi kiri.

"Apa kau sudah menghubungi dokter, Amaya?"

Amaya mengangguk dua kali. "Sudah, Ma, mungkin sebentar lagi akan sampai."

"Baiklah, kau jaga Barbie dengan baik, pastikan nanti malam dia sudah sembuh. Lakukan apapun yang dibutuhkan, apa kau mengerti Amaya?"

Rasanya Amaya ingin sekali membantah ucapan mertuanya itu, bagaimana dia bisa memastikan Barbie akan sembuh nanti malam? Sebagai ibu, tentu dia ingin putrinya segera sembuh, tanpa harus mendapat titah seperti ini. Namun yang bisa Amaya lakukan hanyalah mengangguk, dia terlalu takut untuk membantah ucapan Arusu.

Arusu keluar dari kamar Barbie setelah mencium pipi cucunya dan meminta sang cucu untuk beristirahat agar cepat sembuh. Setelah Arusu keluar, Amaya mendekati Barbie lalu langsung memeluk anaknya itu. Amaya yakin sekali bahwa Barbie sakit karena kelelahan, jadwal putrinya yang baru berusia lima tahun ini bahkan lebih padat daripada dirinya.

Setelah dari kamar Barbie, Arusu menuju ke ruang keluarga lalu memanggil seorang pelayan dan memintanya untuk memberitahu supir keluarga agar segera menyiapkan mobil.

"Ma, aku dengar kalau Barbie sedang sakit? Itu benar?" tanya Helcia yang merupakan anak bungsu Arusu.

Arusu menatap Helcia sekilas lalu memeriksa isi tas tangannya, memastikan barang-barang pentingnya tidak ketinggalan. "Iya, badannya panas. Terpaksa semua jadwalnya hari ini dibatalkan."

"Semua les dibatalkan?" tanya Helcia memastikan. Bukannya apa-apa, jadwal keponakannya itu cukup padat, jika dibatalkan, maka Arusu pasti ingin jadwal itu diganti di lain hari. Helcia yang diberi tugas untuk mengatur jadwal Barbie, tentu ikut merasa pusing.

"Kita bisa apa selain membatalkannya?"

Helcia berdecak, pekerjaannya bertambah saja. "Kenapa Barbie harus sakit, sih, bikin repot aja," gerutu gadis itu.

"Sudah biarkan saja, kamu atur ulang jadwal Barbie. Pokoknya semua jadwal hari ini harus ditambahkan ke jadwal Barbie beberapa hari ke depan, kau mengerti?" titah Arusu.

Daphney FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang