DUA BELAS-DAPHNEY FAMILY

9 3 0
                                    

Dua belas

Jika Amaya diberi pertanyaan, apa dia bahagia dengan kehidupannya yang sekarang, maka Amaya tidak akan bisa menjawabnya. Arti kebahagiaan saja, Amaya tidak benar-benar paham. Kalau dia bilang bahagia, maka tidak sepenuhnya benar karena ada beberapa hal yang masih mengganjal di hatinya, seperti alasannya menikah dengan Casildo, Arusu dan Helcia yang kurang menyukai sikapnya, serta anak-anaknya yang mendapat banyak latihan sehingga sebagai seorang ibu, dia menjadi begitu khawatir.

Namun jika dia mengatakan tidak bahagia, maka itu juga tidak sepenuhnya benar, melihat anak-anaknya tertawa bahagia, rasanya Amaya tidak menginginkan hal yang lain lagi. Saat bibir anak-anaknya melengkung, Amaya bahkan tidak mengingat hal-hal mengganjal di hatinya. Berbeda saat dia sedang sendirian, memikirkan hal-hal yang terjadi dalam hidupnya membuat suasana hati wanita itu memburuk dengan sendirinya.

"Kenapa kau melamun, Amaya?"

Amaya tersentak mendengar suara itu dan langsung menoleh untuk melihat siapa yang bertanya padanya. Amaya yang tadinya duduk di gazebo langsung berdiri, ternyata Arusu yang bertanya.

"Aku tidak melamun, Ma," elak Amaya, meskipun sebenarnya dia memang melamun, tentu membenarkan tuduhan Arusu padanya bukanlah hal yang tepat, bukannya mendapat perhatian, dia pasti hanya akan ditegur saja.

"Jangan lupakan tugas yang sudah Mama berikan, kau harus mengurus acara pertunangan Helcia," kata Arusu. "Awas saja kalau acaranya sampai berantakan."

"Iya, Ma, aku sudah membahasnya dengan keluarga Byakta," balas Amaya.

Arusu hanya mengangguk sebagai respon sebelum meninggalkan menantunya, wanita itu masih ada urusan lain.

Amaya kembali duduk di gazebo, dia memang harus mengurus acara pertunangan Helcia dan Adrian. Tentu saja Amaya merasa bahagia diberi kepercayaan untuk bertanggung jawab terhadap acara pertunangan adik iparnya, Amaya merasa dianggap ada di rumah ini. Ini adalah kali pertama Amaya diberi tanggung jawab yang besar seperti ini.

Amaya mengambil iPad yang terletak pada gazebo untuk melihat apa saja yang harus diurusnya, meskipun mereka menggunakan jasa WO, tetap saja Amaya sendiri yang harus memastikan persiapannya.

Untuk urusan pakaian, Amaya sudah menanyakannya pada Laqueta, menantu keluarga Byakta itu mengatakan bahwa pakaian untuk Helcia dan Adrian sudah tersedia, mereka hanya perlu melakukan fitting akan yang dilakukan hari ini, sedangkan pakaian untuk keluarga besar kedua mempelai, masih dalam proses pengerjaan. Saat Casildo mengatakan bahwa pertunangan tetap akan dilakukan, mereka memang langsung mengukur baju.

Untuk urusan lokasi diadakannya pertunangan juga sudah aman, mereka sudah menentukan gedung mana yang akan digunakan, tidak perlu mengurus sewa gedung karena yang digunakan adalah ballroom hotel milik keluarga Daphney. Sedangkan untuk dekorasi, pihak WO yang mengurusnya, tema yang dipilih adalah biru muda dan putih. Amaya tau kalau Helcia sangat menyukai warna biru muda, jadi meskipun Helcia merasa terpaksa dengan pertunangan ini, setidaknya gadis itu merasa nyaman ketika melihat dekorasi yang sesuai dengan kesukaannya.

Selanjutnya adalah mengenai makanan, hal ini juga bisa dibilang sudah beres karena Casildo meminta para chef yang bekerja di restorannya untuk bertanggung jawab terhadap makanan. Menu yang akan dihidangkan pun juga sudah ditentukan.

Kemudian mengenai undangan, hal ini diurus oleh keluarga Byakta karena Nyonya Fay sendiri memiliki bisnis percetakan, desain undangan juga sudah ditentukan. Amaya hanya perlu membuat list orang-orang yang akan diundang dari pihak keluarga Daphney, terdapat lima ratus undangan yang tersedia untuk keluarga mereka.

Untuk souvenir, Amaya sudah memesannya setelah meminta persetujuan dari Arusu dan Nyonya Fay. Urusan yang belum selesai adalah mengenai cincin pertunangan, ini belum selesai karena Helcia sendiri belum mau memilih cincin yang diinginkannya, Arusu belum tau mengenai hal ini karena wanita itu pasti akan marah jika tau Helcia kembali berulah.

"Nyonya Amaya."

Amaya tersenyum melihat babysitter Hela yang memanggilnya dengan putri keduanya yang berada di gendongan sang babysitter. Amaya mengulurkan tangannya lalu mengambil Hela dari gendongan babysitternya.

"Kenapa, Bi?" tanya Amaya setelah Hela nyaman duduk di pangkuannya.

"Tadi Non Hela nyariin Nyonya."

"Hela nyariin Mama, ya? Kenapa sayang?"

"Mau peyuk Mama," jawab Hela.

Amaya mengeratkan pelukannya pada tubuh Hela lalu menatap babysitter yang masih berdiri di dekatnya. "Biar Hela sama Saya saja," kata Amaya agar babysitter itu bisa istirahat.

"Baik, Nyonya."

🐰🐰🐰

Bagi Helcia, hal yang tidak enak terlahir dari keluarga Daphney adalah paksaan yang sering kali didapatkannya, dari kecil hingga dewasa. Saat kecil, dia dipaksa untuk mengikuti berbagai kegiatan serta les, sama seperti yang dialami Barbie saat ini. Tidak ada kesempatan untuk menolak karena Arusu tidak akan mendengarkannya.

Saat Helcia mulai masuk sekolah, Arusu sudah menentukan sekolah mana yang harus dia ikuti beserta berbagai jadwal les yang semakin bertambah. Menolak? Bukannya Helcia tidak pernah melakukannya, tetapi Arusu yang tidak pernah mendengarkannya.

Namun semua kegiatannya berhenti saat gadis itu berada di kelas sepuluh karena suatu kejadian, tidak ada lagi Helcia yang hari-harinya penuh dengan berbagai les. Semuanya berhenti, kegiatan Helcia tinggal sekolah saja. Baru-baru ini saja Helcia disuruh mengikuti les memasak oleh Arusu.

Selain berbagai kegiatan tersebut, ternyata Arusu juga mengatur kisah asmaranya. Meskipun Helcia tidak memiliki kekasih, dijodohkan tanpa ditanya mengenai pendapatnya tentu bukanlah hal yang disukai oleh Helcia.

Jika dia sendiri tidak ikhlas, bagaimana mungkin dia mau mengikuti berbagai persiapan pertunangan? Temasuk fitting baju.

"Calon tunangan Mbak bikin kesel, ya? Makanya daritadi Mbak cuma diam."

Helcia tersembunyi tipis, sangat terkesan dipaksakan. Adrian membuatnya kesal? Mereka bahkan tidak pernah bicara satu sama lain, tetapi hal itu membuat Helcia merasa tenang karena Adrian tidak mengusiknya.

"Ada yang mau kamu ubah dari gaun ini, Helcia?"

Helcia menggeleng pada wanita yang tadi bertanya, seingat gadis itu, namanya adalah Laqueta.

"Jadi mau pakai ini aja untuk pertunangan?" tanya wanita itu lagi.

Helcia mengangguk sekali. "Pakai ini aja."

"Nggak mau ditunjukkan sama calon tunangannya, Mbak?" tanya salah satu pegawai di butik tersebut.

Biasanya kan memang seperti itu, setelah mencoba gaun yang akan digunakan nantinya, pastinya calon istri akan meminta pendapat calon suaminya.

Helcia hanya diam, kedua tangannya meremas gaun di sisi tubuhnya. Apa dia harus menunjukkan penampilannya ini di depan Adrian?

"Kalau kamu mau, tunjukkan aja, kalau enggak juga nggak apa-apa, biar jadi kejutan untuk Adrian," kata Laqueta, wanita itu bisa melihat bahwa Helcia tidak nyaman dengan pertanyaan yang diajukan oleh salah satu pegawainya.

"Aku langsung ganti pakaian, nggak apa-apa, Kak?"

Laqueta tersenyum simpul mendengar pertanyaan Helcia. "Iya, nggak apa-apa." Laqueta menoleh ke arah pegawai yang tadi bertanya. "Kamu tolong bantu Helcia buka gaunnya, ya. Saya mau keluar dulu, mau lihat pakaiannya Adrian."

"Baik, Bu."

"Kakak tinggal dulu, ya, kamu ganti aja dulu."

"Iya, Kak."

🐰🐰🐰

Sabtu, 6 Januari 2024

Daphney FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang