DUA PULUH TUJUH-DAPHNEY FAMILY

12 3 0
                                    

Dua Puluh Tujuh

Saat keluar dari penginapan di pagi hari, Helcia langsung mendapati keberadaan Adrian di kursi mereka makan kemarin malam. Pria itu tersenyum seraya melambaikan tangan padanya, Helcia tidak membalas senyum ataupun lambaian tangan pria itu, tetapi dia melangkahkan kakinya mendekati Adrian.

Tempat duduk ini mengingatkannya dengan apa yang dilakukannya tadi malam, Helcia merasa malu dengan sikapnya sendiri. Seharusnya dia bisa menjaga sikap di depan Adrian, bagaimanapun juga, image nya harus tetap bagus di mata pria itu.

"Gue udah beliin sarapan untuk lo," kata Adrian dan mengode Helcia untuk duduk di sebelahnya. "Tadi gue ke warung di dekat sini, beliin roti untuk lo, kalau gue beliin makanan lain, takutnya lo nggak suka."

"Thanks," balas Helcia. Gadis itu mengambil botol air mineral lalu meminumnya sedikit, dia bingung, haruskah dia meminta maaf kepada Adrian atas sikapnya kemarin?

Melihat Adrian yang bersikap santai seperti tidak terjadi apapun membuat Helcia ragu untuk meminta maaf, bisa saja Adrian tidak peduli dengan sikap Helcia tadi malam, dan meminta maaf hanya akan membuatnya merasa semakin malu.

"Kenapa lo diam?" tanya Adrian karena Helcia hanya diam memandangi rumput di bawah kaki mereka.

Hanya gelengan kepala yang Helcia berikan sebagai jawaban dari pertanyaan tersebut, gadis itu memaksakan senyum hadir di wajahnya agar Adrian tidak bertanya lagi.

Helcia teringat mengenai Adrian yang mengatakan bahwa dia menyukai Helcia, apakah saat itu Adrian jujur? Atau hanya asal menjawab agar Helcia tidak bicara lagi?

"Nggak suka sama rotinya?" tanya Adrian saat Helcia terlihat ogah-ogahan memakan rotinya.

"Gue suka rotinya," bantah Helcia lalu mempercepat makannya.

Adrian tersenyum tipis membuat jantung Helcia berdebar lebih kencang daripada biasanya, perlakuan Adrian padanya berbeda dengan apa yang selalu dia dapatkan selama ini. Tidak terkesan mengekang, tetapi tetap menjaga. Adrian tidak banyak tanya meskipun dia tau bahwa ada hal yang tidak diungkapkan Helcia. Pria itu seolah percaya, Helcia tidak akan melakukan hal yang merugikan.

Kepercayaan seperti ini lah yang selalu Helcia ingin dapatkan sedari dulu.

"Hari ini lo mau jalan-jalan ke mana?" tanya Adrian membuka obrolan setelah beberapa saat keduanya terdiam.

Helcia mengangkat kedua bahunya. "Gue nggak tau, gue baru pertama kali ke sini," jawab Helcia.

Mendengar jawaban itu tidak membuat Adrian merasa heran, dia sudah yakin bahwa Helcia hanya sering jalan-jalan di mall, justru pria itu heran karena Helcia bisa berada di tempat yang cukup jauh dari pusat kota seperti ini. Datang ke tempat yang tidak pernah dia datangi tentu membuat Adrian merasa curiga, ada kemungkinan Helcia sebenarnya kabur tetapi ketauan.

"Kenapa lo pilih ke sini? Bukan ke tempat yang sering lo kunjungi? Mungkin ke luar negeri."

Ada banyak tempat yang bisa menjadi opsi untuk dikunjungi Helcia, Adrian ingin sekali mendapat jawaban jujur dari tunangannya ini.

"Gue bakalan ketauan kalau pergi ke luar negeri, lagipula keluarga gue nggak akan izinin. Mereka pasti takut kalau gue kabur." Helcia menatap mata Adrian, dia sengaja melakukan itu agar Adrian menganggapnya jujur. "Gue pergi ke sini tidak bilang dengan siapapun, kalau gue bilang, pasti mereka akan melarang."

"Jadi sebenarnya lo itu kabur, kan?" tebak Adrian langsung membuat Helcia menatapnya dengan jengkel.

"Gue nggak kabur, gue memang nggak izin kalau mau pergi, tapi bukan berarti kabur. Lo jangan sembarangan deh."

Well, Helcia tidak menyangka kalimat tersebut keluar dari mulutnya, seharusnya dia memikirkan kalimat yang akan diucapkannya terlebih dahulu sebelum bicara. Dia tidak izin, tetapi juga tidak mau disebut kabur, bagaimana bisa? Adrian pasti ingin sekali menertawakannya.

Adrian mengangguk saja, tetapi Helcia dapat melihat bahwa pria itu sedang menahan tawanya. Rasanya Helcia ingin menghilang saja, kenapa dia harus mempermalukan dirinya sendiri seperti ini.

"Fine, lo nggak kabur meskipun nggak izin kalau mau pergi," ucap Adrian akhirnya.

Helcia merasa semakin malu karena Adrian justru menyetujui ucapannya.

🐰🐰🐰

Helcia pergi dari rumah tanpa izin membuat Amaya mendapat teguran dari mertua dan juga suaminya sendiri. Padahal saat Helcia pergi, Amaya sedang tidak ada di rumah. Lagipula, kenapa urusan Helcia menjadi tanggung jawabannya? Adik iparnya itu sudah besar, dan Amaya tidak punya kewajiban untuk menjaganya.

Seharus kamu memperhatikan Helcia, bukannya justru sibuk dengan urusan yang sebenarnya bisa diurus oleh orang lain.

Kalimat tersebut diucapkan oleh Casildo saat pria itu mengetahui Helcia pergi dari rumah tanpa izin dengan siapapun, handphonenya pun tidak bisa dihubungi. Saat itu Casildo panik, Amaya tau akan hal itu. Namun, apa alasan itu tepat untuk memarahi Amaya?

Hubungan Amaya dengan Casildo semakin memburuk akibat kepergian Helcia, padahal Amaya tidak merasa bahwa ini adalah kesalahannya. Dia hanyalah orang luar yang menjadi bagian dari keluarga Daphney, seharusnya Casildo lah yang lebih memperhatikan Helcia karena gadis itu adalah adik kandungnya.

Amaya yang sedang duduk di atas ranjang langsung menoleh ke arah pintu saat terdengar suara pintu yang terbuka, ternyata Casildo yang datang membuat Amaya langsung mengalihkan pandangannya.

Melihat wajah Casildo hanya akan membuatnya semakin kesal.

"Helcia pergi liburan dengan Adrian," ucap Casildo seraya mendekati Amaya.

Sejujurnya, Amaya tidak peduli dengan hal itu. Menurutnya Helcia sudah besar dan tentu saja dia tau apa yang baik dan buruk. Jadi, kepergian adik iparnya itu tidak membuat Amaya merasa khawatir karena yakin Helcia akan menjaga dirinya sendiri.

Untuk apa Casildo memberitahunya?

"Aku minta maaf karena sudah marah ke kamu," ucap pria itu seraya duduk di sebelah Amaya.

Amaya tidak merespon, permintaan maaf yang diucapkan Casildo tidak berarti apapun untuknya. Sikap Casildo yang mudah marah tanpa tau alasan sebenarnya membuat Amaya merasa muak.

"Amaya," panggil Casildo karena tidak mendapat respon apapun.

"Apa kau sudah puas memarahiku?" tanya Amaya tanpa menatap wajah Casildo.

Casildo berdecak mendengar hal itu. "Aku kan sudah minta maaf, Amaya. Lagipula seharusnya kamu itu tau ke mana Helcia pergi. Aku marah juga karena khawatir Helcia kabur."

"Mendengar pembelaanmu, kurasa kau sama sekali tidak menyesal karena sudah memarahiku," tukas Amaya jengkel.

Casildo bangkit dari duduknya lalu berkacak pinggang menatap Amaya yang masih tidak mau melihat ke arahnya.

"Aku tidak ingin bertengkar lagi denganmu, kenapa kamu malah memancing emosiku?"

Amaya ikut berdiri lalu menatap wajah Casildo yang terlihat sekali bahwa pria itu sedang merasa kesal.

"Aku tidak memancing emosimu, aku hanya mengatakan apa yang aku rasakan. Memangnya itu salah? Kamu yang memulai pertengkaran ini, kenapa sekarang malah menyalahkan aku?"

"Aku tau kalau aku salah, karena itu aku minta maaf, respon kamu yang justru membuat kita ribut lagi."

Amaya tidak membalas ucapan Casildo, wanita itu langsung pergi ke luar kamar, mengabaikan Casildo yang memanggilnya dan menyuruhnya untuk tidak pergi.

🐰🐰🐰

Senin, 12 Agustus 2024

Daphney FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang