DUA PULUH ENAM-DAPHNEY FAMILY

19 2 0
                                    

Dua Puluh Enam

Helcia menyesal. Benar-benar menyesal karena menggunakan nama Adrian sebagai alasan agar Casildo tidak menyusulnya. Seharusnya Helcia menggunakan alasan lain, kenapa harus nama Adrian yang dia sebutkan?

Helcia berdecak lalu memegang dahinya, apa yang harus dia lakukan jika seperti ini? Yang Helcia takutkan adalah Casildo langsung bertanya kepada Adrian untuk memastikan ucapan Helcia itu benar atau tidak. Jika itu terjadi, maka kebohongan Helcia pasti akan terungkap, akhirnya sudah dapat ditebak, Helcia akan dimarahi oleh Casildo dan Arusu karena berbohong dan dianggap berniat kabur.

Terpaksa Helcia harus menghubungi Adrian, meminta pria itu untuk datang menemuinya. Dia benar-benar terpaksa melakukannya, untuk melindungi dirinya sendiri.

Handphone Helcia berdering, Adrian menghubunginya. Waktunya sangat tepat, tapi kenapa pria itu menghubunginya? Tumben sekali.

"Hallo," sapa Helcia setelah menjawab panggilan tersebut.

"Lo di mana?" Di seberang sana, Adrian langsung bertanya tanpa membalas sapaan dari Helcia.

"Di suatu tempat," jawab Helcia. "Gue lagi liburan, lo bisa ke sini?" sambungnya.

Adrian diam sebentar dan Helcia menunggu dengan sabar.

"Tadi Casildo hubungi gue, nanya apa gue memang ada janji dengan lo."

Helcia mematung mendengar ucapan Adrian, jantungnya berdebar sangat kencang. Ternyata Casildo bergerak lebih cepat daripada dugaannya, apa kebohongannya sudah diketahui abangnya?

"Lo jawab apa?" tanya Helcia dengan suara pelan, dia sudah tidak berharap untuk lolos dari masalah ini.

"Gue jawab iya, gue memang ada janji sama lo."

Sepertinya Helcia salah dengar, mungkin saja pendengarannya sedang bermasalah.

"Lo jawab apa?" tanya Helcia sekali lagi untuk memastikan jawaban dari Adrian.

"Gue bilang kalau gue memang punya janji sama lo."

Rasa takut pada diri Helcia langsung hilang begitu saja, jawaban yang diberikan Adrian benar-benar membuatnya lega.

"Thankyou," bisiknya.

"Lo bohong ke Casildo, kan?" tebak Adrian. "Kenapa bohong? Selain bohong, lo juga gunain nama gue."

"Sorry," ucap Helcia. "Gue mau liburan, kalau gue izin dulu, pasti nggak akan dibolehin, walaupun nanti diizinkan, pasti bakalan ada orang yang disuruh jagain gue. Padahal gue mau liburan sendiri."

"Kirim lokasi lo ke gue, biar gue susul. Kalau enggak, gue bilang ke Casildo kalau sebenarnya lo bohong."

🐰🐰🐰

Sudah hampir tiga jam sejak Helcia mengirimkan lokasinya pada Adrian, masih tergolong wajar kalau Adrian belum sampai juga, apalagi tadi Helcia juga meminta Adrian untuk membelikannya beberapa pakaian. Kini Helcia sedang berada di penginapan yang sudah disewanya untuk tiga hari, cewek itu memang berencana liburan selama tiga hari.

Gue udah sampai

Helcia langsung keluar dari kamarnya dan menuju ke luar penginapan, dia melihat Adrian yang duduk di kursi tunggu. Mendadak Helcia merasa bersalah, seharusnya dia tidak merepotkan pria itu, apalagi untuk urusan tidak penting seperti ini.

Melihat Helcia sudah berada di dekatnya, Adrian langsung mendekati tunangannya itu lalu membawa Helcia ke pelukannya. "Bisa nggak lo itu nggak usah buat gue khawatir?" bisik Adrian.

Helcia tidak tau apa yang terjadi padanya, kenapa hanya dengan kalimat itu, perasaannya menjadi tidak karuan. Kalimat yang diucapkan Adrian itu sederhana, tetapi baru kali ini Helcia mendapatkannya.

"Gue mau liburan," balas Helcia setelah pelukan itu dia lepaskan.

Adrian memegang kedua tangan Helcia, menatap gadis itu dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Sebenarnya gue ragu, lo itu memang mau liburan atau mau kabur."

Helcia menarik tangannya dari genggaman Adrian lalu duduk di kursi yang tadi diduduki Adrian.

"Kalau gue memang mau kabur, ngapain gue kasih tau lo?" balas Helcia, dia berusaha membuat suaranya tetap tenang dan gestur tubuhnya seolah tidak terintimidasi. Jangan sampai Adrian benar-benar yakin bahwa Helcia berbohong.

"Karena lo udah ketauan bohong, atau lo tiba-tiba sadar, lo kabur atau enggak, akhirnya tetap sama saja."

Harus Helcia akui bahwa Adrian adalah orang yang dapat memahaminya dengan baik. Gadis itu pun tidak yakin bahwa Arusu bisa seperti Adrian.

Helcia mendengus lalu menatap ke arah lain, lebih memilih untuk tidak meladeni ucapan Adrian. Semakin dia balas, maka cowok itu akan semakin yakin bahwa Helcia berbohong.

Adrian tersenyum geli melihat tingkah tunangannya itu, Adrian sama sekali tidak marah, dia justru senang karena bisa liburan bersama Helcia. Mungkin saja dengan begini, mereka bisa menjadi lebih dekat dan Helcia bisa belajar mencintainya, saat mengatakan bahwa dia menyukai Helcia, Adrian sama sekali tidak berbohong. Adrian memang menyukai Helcia, tidak ada alasan baginya untuk tidak menyukai tunangannya sendiri, mereka akan menikah, dan gadis itu berhak untuk dicintai oleh pasangannya.

"Gue udah beli pakaian untuk lo, tadi gue juga beli makanan," ucap Adrian seraya mengambil beberapa paperbag yang berisi pakaian untuk Helcia.

Helcia menerima paperbags tersebut sambil mengucapkan terimakasih dan izin ke kamar untuk mengganti pakaian.

Setelah berganti pakaian, Helcia kembali menghampiri Adrian yang masih berada di tempat semula.

"Sorry kalau pakaian yang gue beli nggak sesuai dengan selera lo," ucap Adrian.

Helcia menggeleng dua kali. "Gue nggak punya selera khusus untuk pakaian."

Selama ini Helcia akan membeli pakaian yang disukainya, entah gaun, celana atau rok. Jika dia suka, maka dia beli.

Adrian berdiri lalu mengambil paperbag lain yang dia letakkan di kursi. "Kita makan di luar aja, ya?"

Helcia mengangguk dengan semangat lalu memeluk lengan Adrian, selama ini Helcia seringnya makan di dalam ruangan, jika pun pernah di outdoor, maka temanya pasti formal. Ini pengalaman baru untuknya, dan Helcia tentu saja sangat senang.

Pada bagian luar penginapan yang Helcia pilih terdapat beberapa kursi yang telah disediakan, Adrian membawa Helcia ke salah satu kursi dan wajah bahagia gadis itu langsung menghilang.

"Kenapa?" tanya Adrian saat menyadari perubahan itu.

Helcia hanya menggelengkan kepala, tadinya dia pikir Adrian akan mengajaknya makan di tempat yang agak jauh, ternyata hanya di luar penginapan. Sama sekali tidak sesuai dengan ekspetasi Helcia pada awalnya, dia sedikit merasa kecewa.

"Ini untuk lo," kata Adrian seraya menyerahkan sebuah paperbag pada Helcia, gadis itu menerimanya lalu membuka makanan yang ada di dalamnya kemudian makan dengan pelan.

Helcia yang tadinya terlihat senang tiba-tiba berubah kembali menjadi pendiam, Adrian sebenarnya bingung, tetapi dia berusaha untuk mengabaikannya. Mungkin saja perubahan gadis itu disebabkan oleh rasa lapar, Adrian akan membiarkan Helcia kenyang dulu baru bertanya.

Sedangkan Helcia, dia merasa sangat kesal karena Adrian tidak bertanya apapun padanya. Seharusnya dia terus bertanya sampai Helcia mau menjawab kenapa suasana hatinya tiba-tiba berubah, bukannya diam seperti ini.

Baru saja tadi Helcia menganggap bahwa Adrian sangat memahaminya, ternyata tidak juga.

🐰🐰🐰

Kamis, 1 Agustus 2024

Daphney FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang