part 09

4.8K 381 2
                                    

Felix yang sedang bermain dengan anak-anaknya tiba-tiba merasa dadanya sangat sakit dan sesak dia segera meremat dadanya namun aksinya disadari oleh putra keduanya.

"Papa kau baik-baik saja?" Yongmin bertanya khawatir.

"P-papa baik-baik saja saja, ayo bermain lagi dengan Hyung dan adik-adik papa akan duduk di kursi itu." Felix masih memaksakan dirinya terlihat baik-baik saja meskipun dia sudah sangat pucat dan berkeringat, dia lalu berpindah ke kursi taman yang tidak jauh dari tempat anak-anaknya bermain.

"Apa kau sibuk." Felix yang berusaha mengurangi rasa sakitnya menoleh saat mendengar suara dari samping menyapanya, dia menolehkan kepalanya dan melihat suami-suaminya berdiri di sana dan yang menyapanya adalah Changbin.

"T-tidak begitu sibuk, aku hanya mengawasi anak-anakku bermain." Ujar Felix tersenyum menatap mereka.

Mereka melihat tatapan Felix kali ini berbeda mata yang dulu menatap mereka penuh puja dan ambisi memiliki kini tatapan itu terasa biasa saja.

Rasa sakit di dada Felix yang tadinya sudah sedikit berkurang sekarang bertambah karena jantungnya yang berdetak lebih cepat, Felix tidak bisa membohongi hatinya sendiri karena nyatanya dia masih menyimpan perasaan untuk suami-suaminya namun dia tidak akan berjuang untuk mendapatkan balasan dari perasaannya dia akan berjuang untuk menghilangkan perasaan itu.

Mereka ingin berbicara dengan Felix namun berhenti saat mendengar ringisan Felix juga Felix yang meremat dadanya.

"Hey apa kau baik-baik saja?" Hyunjin memegang pundak Felix.

Belum sempat mereka mendapat jawaban mereka kembali dikagetkan dengan Felix yang terbatuk dan memuntahkan seteguk darah.

"Felix hey apa yang terjadi." Minho sekarang berjongkok di depan Felix, entah mengapa sekarang dia merasa begitu khawatir dengan Felix.

"PAPA! HIKS..." Yongmin yang melihat papanya muntah darah langsung berlari mendekati sang papa diikuti saudaranya saat melihat Yongmin menangis menuju Felix.

Felix berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan kesadarannya dia takut membuat anak-anaknya khawatir, semua pelayan dan penjaga juga panik termasuk suami-suaminya panik melihatnya, Yongmin berlari sambil menangis kencang  dia mendorong Minho yang ada di depan papanya.

"PAPA!!... AYAH JAHAT SEPERTI MONSTER YONGJIN BENCI AYAH" Yongjin menangis histeris melihat keadaan papanya dia mengira papanya dipukul oleh ayahnya sampai berdarah.

"Yang mulia!" Jiwon datang berlari saat melihat keramaian di taman.

Changbin menggendong tubuh Felix  ala bridal sebelumnya dia memerintahkan untuk memanggil dokter menuju ke istana utama sebelum menghilang dari sana.

"Papa!! Kembalikan papa." Anak-anak Felix semakin menangis saat papanya dibawa pergi oleh Changbin.

"Hey tenanglah papa kalian dibawa untuk di obati, ayo kita kesana tapi diam dulu nanti papa sedih kalau kalian menangis." Ujar Jiwon, mendengar itu mereka semua langsung menghapus air matanya meskipun masih sesenggukan.

Jiwon menggendong Yonghyun dia kasihan melihat pangeran termuda kekaisaran itu, dari tadi dia juga menangis tapi tidak bersuara namun air matanya tidak berhenti mengalir.

Chan hendak meraih tangan putranya Yongchan dia bermaksud menggandeng sang putra namun ditepis oleh Yongchan.

"Aku benci ayah." Ujar Yongchan lalu pergi dari sana menyusul saudaranya yang telah duluan dengan Jiwon.

"DIMANA DOKTERNYA." Teriak Changbin saat merasa dokternya lama datang.

"Mereka menuju kesini yang mulia." Ujar asistennya sedikit takut.

Beberapa saat kemudian Johaa datang bersama dengan Jiwoo, mereka bahkan tidak memberikan salam pada Changbin yang ada di samping Felix.

Menyusul Johaa dan Jiwoo, suami Felix yang lain datang, terakhir dengan Jiwon yang datang dengan pangeran dan putri karena dia harus menenangkan mereka supaya tidak menangis.

"Sayang, bersama dengan Hyung dan nunamu dulu ya, paman akan mengobati papamu." Ujar Jiwon lalu menurunkan Yonghyun.

"Johaa apa dia baik-baik saja?" Tanya Jiwoo yang terlihat begitu khawatir setelah Johaa memeriksa Felix.

"Bawa pangeran dan putri dulu dari sini, tidak baik dia melihat papanya dalam kondisi begini." Ujar Johaa.

"Sayang kembali dengan kakak pelayan ke istana pangeran ya, papa kalian akan kesana nanti." Jiwon membujuk mereka.

Meskipun awalnya tidak mau tapi karena Jiwon bilang nanti papa mereka marah jadi mereka menganggukkan kepalanya setelah mereka mengikuti pelayanan kembali ke istana pangeran dan putri.

"Johaa dia baik-baik saja bukan?" Jiwoo kembali bertanya.

"Aku tidak yakin mengatakannya, mereka seperti menolak bersatu setelah kehilangan salah satunya, sehingga yang mulia kehilangan banyak energi karena itu." Ujar  Johaa.

"Ayo berikan dia energi, dan sembuhkan luka akibat inti sihirnya, aku tahu kalian berdua menguasai sihir penyembuh." Ujar Johaa lalu mentransfer energi ke tubuh Felix sedangkan si kembar J menyembuhkan luka akibat inti sihir Felix yang menolak bersatu.

Sedangkan ketujuh suami Felix tidak tahu apa yang mereka bicarakan ingin bertanya namun Johaa masih sibuk sedangkan bertanya ke asisten Felix mereka tidak yakin tatapan mereka berdua saja seakan mengatakan 'aku akan memotong lehermu jika bicara denganku'.

"Penyihir apa yang terjadi bagaimana bisa permaisuri bisa muntah darah?" Tanya Chan saat Johaa selesai.

"Itu karena kedua inti sihir permaisuri yang tersisa menolak untuk bersatu setelah inti utamanya meninggalkan mereka."

"Apa maksudmu meninggalkan?" Tanya Jeongin.

"Yang mulia permaisuri mendonorkan inti sihirnya untuk putranya." Jawab Johaa yang membuat mereka terkejut.

"Apa maksudmu, bukankah itu sangat berbahaya?" Seungmin bertanya karena dia memang lebih ahli dalam sihir daripada pedagang sehingga dia tahu itu.

"Tentu saja yang mulia bahkan itu dapat merenggut nyawa permaisuri." Jawab Johaa.

"Lalu kenapa kau melakukannya?" Changbin bertanya dengan nada sedikit dingin.

"Maaf yang mulia aku tidak punya kuasa untuk menolak perintah dari permaisuri."

"Tidak usah banyak tanya, lagipula apa peduli kalian jika dia mati." Mereka masih ingat bertanya sebelum mendengar suara Jiwoo yang begitu dingin. Jiwoo sebenarnya tau itu keterlaluan namun dia muak melihat suami-suami Felix yang bertingkah seolah khawatir dengan kondisi Felix saat ini.

"Jiwoo sudah." Jiwoo masih mau bicara namun Felix yang terdengar begitu lemah menghentikannya.

"Yang mulia bagaimana perasaanmu?" Jiwon yang bersinar di sampingnya bertanya.

"Aku baik-baik saja." Jawab Felix sambil tersenyum, namun Jiwon tahu itu adalah senyum yang dipaksakan.

"Jiwon tolong keluarlah sebentar, aku ingin bicara dengan mereka." Ujar Felix menyuruh mereka keluar kecuali suami-suaminya.

Tbc

Δεύτερη ευκαιρία (second chance) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang