Sekarang Felix bersama anak-anaknya ada juga suaminya dalam kamar itu kecuali Chan dan Minho mereka pergi karena ada urusan.
Anak-anak mereka banyak bercerita apa yang mereka lakukan saat paman-pamannya membawa mereka kecuali si bungsu yang hanya diam karena dia memang tidak ikut dengan saudaranya dan memang dia sangat jarang bicara, seperti sekarang dia lebih memilih menenggelamkan kepalanya di ceruk leher sang papa.
Sebenarnya Felix agak mengantuk tapi dia tetap mendengar anak-anaknya bercerita karena mereka begitu antusias menceritakannya pada sang papa.
Sembari berganti bercerita tangan-tangan mungil mereka juga menyentuh Felix entah itu di wajah atau tangan beberapa kali juga mereka mencium wajah cantik sang papa dan si bungsu Yonghyun yang membuat anak mungil itu semakin merapatkan badannya pada sang papa karena malu.
"Papa tidur ya, kenapa tutup mata?" Yongchang yang selesai bercerita bertanya saat melihat sang papa memejamkan matanya.
"Papa tidak tidur sayang, papa masih mendengar kok." Ujar Felix membuka matanya lalu mencubit pelan pipi sang putra.
"Papa jangan marah lagi ya, Yongji takut, Yongji sayang papa tapi Yongji takut saat papa marah." Anak perempuan Felix itu berujar lalu mendekati sang papa saat Felix merentangkan tangannya.
"Maafkan papa ya, tapi kan papa tidak marah pada kalian, nanti kalian jangan nakal sama ayah-ayah nanti papa marah kalau anak-anak papa nakal." Ujar Felix mengelus surai sang putri, hatinya sesak mengatakan itu anak-anaknya baru sebentar merasakan cinta darinya tapi sekarang Felix tidak yakin dia bisa memberikan mereka cinta itu lebih lama lagi.
Anak-anak itu memeluk tubuh papa mereka erat dan Felix hanya membiarkannya, biarkan mereka puas, Felix hanya takut mereka tidak punya waktu lagi untuk bisa memeluknya, Felix hanya mengelus anak-anaknya bergantian beberapa kali melihat ke arah suami-suaminya yang dari tadi hanya diam.
Beberapa saat kemudian anak-anak itu sudah tertidur lelap, Hyunjin mendekat dia mengelus satu-satu dari mereka namun berhenti beberapa saat saat ingin mengelus kepala si bungsu Yonghyun, tangannya terlihat bergetar dan Felix melihat itu.
"Sayang kau merasa baik-baik saja, tidak ada yang sakit?" Tanya Hyunjin menatap Felix saat selesai merapikan rambut istrinya itu.
"Tidak ada, bantu aku memperbaiki posisi anak-anak." Ujar Felix tersenyum.
"Tentu saja." Jawab Hyunjin namun sebelum mengangkat salah satu anaknya dia mencium bibir sang istri yang membuat Felix merasa pipinya memanas.
Suami yang lainnya juga demikian bedanya mereka melakukannya setelah membantu memperbaiki posisi tidur anak-anaknya, Felix merasa tambah panas saat satu satu dari mereka menciumnya, Felix menunduk malu sedangkan kelima suaminya itu hanya terkekeh renyah.
"Kau sangat menggemaskan sayang, harusnya ayah hanya menikahkanmu denganku dulu." Ujar Jeongin yang mendapatkan geplakan dari kakak-kakaknya.
"Dan untungnya ayah tidak melakukan itu, lagipula jika ayah melakukan aku mungkin akan berselingkuh dengan Felix di belakangkmu." Ujar Changbin tertawa.
"Dan aku akan menculik istrimu dan menikahinya diam-diam." Tutur Seungmin yang duduk di samping Felix memeluk pinggang istrinya.
Felix hanya tersenyum mendengar mereka, apa yang dia dulu impikan sekarang dia mengalaminya namun dia juga takut akan segera berhenti merasakan itu.
"Ayo makan." Ajak Felix tiba-tiba, akhir-akhir ini Felix jarang makan dan suami-suaminya juga begitu mereka hanya makan saat sang istri makan, mereka tidak ingin menikmati makanan jika sang istri tidak bisa.
Felix menghapus air mata Jisung yang tiba-tiba keluar.
"Jangan menagis aku pasti baik-baik saja kalian harus kuat untuk anak-anak dan jangan ikut menyiksa diri dengan tidak makan."
"Kami sudah berusaha sayang tapi rasanya begitu sesak, saat kami berusaha optimis kenyataan pahit itu selalu menghantui kami." Ucap Hyunjin tersenyum namun air mata membasahi pipinya.
Mereka semua menangis, mereka benar-benar takut, tiap malam mereka berdoa pada Tuhan untuk tidak mengambil istri mereka tapi tiap jam juga rasa takut kehilangan semakin besar mereka rasakan.
Jika boleh jujur Felix sebenarnya beberapa kali tidak merasa takut jika dia memang harus pergi anak-anaknya mendapatkan kasih sayang dari banyak orang terlebih suami-suaminya sudah menerima mereka kecuali bungsunya keluarga Kim memang menyayanginya juga begitu juga dengan suami-suaminya selalu membelikan untuk si bungsu jika membeli sesuatu tapi Felix tahu jika suami-suami melakukan itu supaya Felix tidak sedih mereka sebenarnya masih menyalahkan anak bungsunya itu yang bahkan tidak tahu apa-apa.
"Sayang ayo kita makan, setelah itu menghabiskan waktu seharian." Ujar Jeongin yang sudah menggendong Felix ala koala.
"Turunkan, aku malu dilihat para pelayan." Berontak Felix saat mereka sudah berjalan ke arah ruang makan namun para pelayan memandang mereka sambil tersenyum.
"Tidak apa-apa sayang lagipula mereka suka melihatnya." Ujar Jeongin.
Waktu makan siang mereka sedikit terganggu dengan kehadiran keempat sepupu Felix yang datang secara tiba-tiba sampai membuat Hyunjin terjungkal, bagaimana tidak mereka berteleportasi dan langsung muncul di samping Hyunjin menanyakan keponakan mereka.
"Sial kalian mengagetkan kami." Misu Changbin.
"Kau berani mengumpatnya pada kami." Ujar Jooheon yang sudah menatap Changbin tajam.
"Maksudku kalian kenapa datang tiba-tiba seperti itu kalian bisa membuat kaget Felix." Ujar Changbin takut-takut.
"Adik apa kami membuatmu kaget?" Tanya Junkyu.
"Tidak apa-apa, anak-anak ada di kamarku, tapi sepertinya mereka masih tidur." Ujar Felix.
"Baiklah kami akan kesana, aku akan menunggu mereka bangun di kamar aku malas melihat wajah jelek suami Hyung kalau menunggu disini." Ujar Boemgyu lalu kembali menghilang.
"Boemgyu Hyung tunggu aku." Jake mengikuti Boemgyu, lalu disusul Junkyu dan Jooheon.
"Apa dia baru saja mengatakan kami jelek?" Tanya Hyunjin memegang wajahnya.
"Hahaha, tidak." Ujar Felix tertawa melihat wajah suami-suaminya.
"Karena anak-anak pasti akan bersama paman-paman mereka, jadi malam ini kau tidur di kamarku, ok?" Ujar Changbin.
"Tidak bisa begitu, Felix akan tidur denganku malam ini." Ujar Jisung tidak mau kalah.
"Tidak dia akan bersamaku." Ujar Seungmin.
"Sudahlah ayo kita tidur bersama-sama di ruang rekreasi, disana sangat luas kita bisa muat." Felix menengahi.
"Tapi aku yang tidur di samping Felix." Ujar Jisung.
"Dasar serakah." Hyunjin menatap Jisung tajam.
Mereka tertawa melihat itu, setelahnya mereka melanjutkan makan sambil sesekali bercerita melupakan aturan kekaisaran yang harus diam saat makan, beberapa kali mereka tertawa bersama terlihat sangat bahagia seperti tidak ada kesedihan diantara mereka.
Felix tersenyum melihat suami-suaminya tertawa, dia tahu mereka benar-benar sudah mencintai dirinya tetapi Felix sudah tidak bisa mundur.
Felix tahu ketujuh suaminya berbicara dengan penyihir Johaa berniat menggantikan inti sihir Felix yang ada dalam tubuh Yonghyun tapi Johaa mengatakan diantara mereka bertujuh tidak ada inti sihir yang cocok dengan tubuh pangeran kedelapan, lagipula meskipun ada yang cocok Felix tidak akan membiarkan itu terjadi, karena setelah inti sihir mereka berpisah dengan tubuh mereka maka saat itu juga mereka akan mati karena suami-suaminya hanya memiliki inti sihir tunggal, tidak sepertinya yang memiliki tiga sekaligus.
Tbc
![](https://img.wattpad.com/cover/357270702-288-k435651.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Δεύτερη ευκαιρία (second chance) END
FanficFelix yang sudah lelah mengejar cinta suami-suaminya memutuskan untuk berhenti, namun Felix juga memiliki penyesalan besar yaitu mengabaikan anak-anaknya selama ini karena terlalu sibuk mencari perhatian dari ketujuh suaminya.