part 11

4.4K 359 2
                                    

Sudah hampir tiga minggu Felix mengirimkan surat cerai itu kepada suami-suaminya namun belum kunjung dia mendapatkan surat panggilan dari pengadilan kekaisaran, sekarang hari-hari Felix dipenuhi dengan menemani anak-anaknya Felix merasa senang bisa menghabiskan waktu dengan mereka. Dia bersyukur Tuhan membuatnya sadar meskipun mungkin sedikit terlambat, sekarang yang Felix pikiran hanya ingin melimpahkan kasih sayangnya pada anak-anaknya.

Selama ini juga Felix menyadari satu hal yaitu suami-suaminya lebih sering berada di istana ratu karena beberapa kali Felix melihat mereka berada di sekitar istana ratu atau istana pangeran dan putri.

"Kalian tidak bisa menerima dan menyayangi anak-anakku bukan, maka kami akan pergi dari sini." Gumam Felix saat melihat anak-anaknya tertawa sambil bermain.

Mata felix berkaca-kaca setelah menggumamkan  hal itu, dia sangat kasihan dengan anak-anaknya tidak akan merasakan kasih sayang orang tua yang lengkap.

Sebenarnya hari ini Felix melakukan pemeriksaan terkait kondisi tubuhnya namun dia meminta Johaa dan Dokter Dan untuk melakukannya di siang hari saja karena dia ingin bermain dengan anak-anaknya dulu.

"Papa ayo periksa." Felix menoleh ke bawah saat mendengar suara kecil berbicara padanya sambil menarik-narik pakaiannya.

"Sudah puas bermain?" Tanya Felix lalu mengangkat Yonghyun dalam gendongannya, meskipun kondisi anaknya sudah normal namun badannya masih sangat kecil juga tubuhnya memang sedikit lemah, tetapi setidaknya sekarang dia sudah ikut bermain dengan saudara-saudaranya juga sudah berani berbicara tidak begitu malu seperti sebelum-sebelumnya.

"Papa ayo aku akan menggandeng tangan papa." Yongjeong berlari kalau menggandeng tangan papanya menuju ruang pemeriksaan.

Namun ketika masuk kedalam ruangan Felix heran karena ada suami-suaminya di sana.

"Sayang sepertinya kita salah ruangan." Felix hendak keluar dari ruangan namun dihentikan oleh Johaa.

"Jadi kita tidak salah ruangan?"

"Tidak yang mulia permaisuri, yang mulia kaisar dan yang mulia pangeran ingin tahu kondisi anda." Jawab dokter Dan.

Sedangkan suami-suami Felix menatap dokter Dan tajam karena mereka sudah mengatakan padanya jangan memberi tahu Felix tapi sekarang dokter itu malah mengatakan tanpa rasa bersalah.

Felix hanya menatap mereka sebentar lalu berbaring. "Untuk apa juga mereka tahu." Sungut Felix.

"Setidaknya kami harus tahu keadaan permaisuri kami." Jawab Chan

"Sebentar lagi juga bukan." Tidak ada lagi yang menjawab ucapan Felix

"Bagaimana dokter?" Setelah dokter Dan memeriksa Felix Changbin langsung bertanya, sedangkan Felix hanya menatap itu lalu mengalihkan tatapannya pada anak-anaknya.

"Tidak baik, namun juga tidak seburuk itu, aku yakin kalian tahu sendiri risiko mendonorkan inti sihir bagaimana." Entah mengapa suami Felix sedikit tegang dengan apa yang dikatakan dokter Dan.

"Yang mulia permaisuri apa rasa sakitnya masih belum berkurang selama ini?" Tanya dokter Dan.

"Tidak apa-apa Dan aku baik-baik saja." Dokter Dan tahu Felix tidak ingin mengatakan yang sebenarnya.

"Yang mulia permaisuri saya sarankan jangan terlalu banyak berpikir yang dapat menguras energi anda, itu bisa sangat berbahaya karena dapat menyebabkan inti sihir anda yang belum seimbang meledak dan konsekuensinya adalah kematian." Suami Felix kaget mendengar ucapan dokter Dan.

Sedangkan Felix sibuk memperhatikan anak-anaknya yang berada di sampingnya, wajah tegang mereka menurut Felix sangat lucu dia jadi ingin menguyel-unyel mereka sampai bonyok.

"Aku  akan berusaha sembuh untuk kalian sayang." Batin Felix memandang dalam anak-anaknya, jujur saja Felix juga sedikit takut dengan kesehatannya sekarang, namun dia jauh lebih khawatir tentang anak-anaknya jika saja dia memang akan mati.

"Yongchan dan Yongmin kalau papa tidak ada jaga adik-adik ya, jadi Hyung yang hebat buat adik-adik nanti." Mendengar perkataan papanya mereka sudah siap menangis.

"Aku sama Yongchan Hyung akan jadi Hyung yang hebat." Felix mengelus pipi gemuk putra keduanya.

"Papa mau kemana, kan papa yang jagain kami." Yongseung memegang jari-jari pucat sang papa.

"Papa mau ketemu papanya papa." Jawab Felix.

"Di mana?" Celetuk putrinya yang ikut berbaring di sampinya.

"Di rumah Tuhan."

"Papa jangan tinggalkan Yongjin sama adik sama hyung." Yongjin memeluk lengan papanya sambil terisak.

Felix sekarang juga sangat takut namun tidak ada yang tahu takdir Tuhan.

"Tidak apa-apa sayang jangan menangis, tapi nanti jika papa benaran tidak ada kalian janji sama papa ya jadi anak yang baik buat ayah." Ujar Felix meneteskan air matanya, padahal dia yang menyuruh anak-anaknya jangan menangis.

"Kau akan baik-baik saja, dan kata-katamu membuat mereka sedih."
Ujar Hyunjin kesal mendengar amanat Felix pada anak-anaknya, mendengar kata-kata Felix membuat hatinya gelisa.

"Tolong jangan membenci mereka jika aku tidak ada, bagaimanapun mereka juga anak kalian dalam kasus ini mereka tidak salah sedikitpun, tolong didik mereka jadi orang hebat seperti kalian." Bukannya diam Felix malah kembali memberi amanat untuk suami-suaminya.

"Tidak mau seperti ayah, jahat." Ujar Yongjeong.

Mendengar perkataan Yongjeong entah mengapa membuat hati mereka sakit, apalagi Jeongin yang tahu kalau Yongjeong adalah anak kandungnya.

Tbc

Δεύτερη ευκαιρία (second chance) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang