BOUVIER 18

10.3K 343 53
                                    

Happy reading

Sudah tiga tahun raxton mengasingkan diri. Ia meninggalkan semua pekerjaannya dan menyerahkannya kepada diki. Fokusnya kini hanya mencari avisha beserta anaknya.

Cukup lama avisha hilang kabar. Apakah kesalahannya di masa lalu begitu menyakitkan untuknya?

Raxton menetap di negara yang terakhir ia bertemu dengan avisha. Hanya ini yang ia bisa lakukan, selebihnya ia melanjutkan hidup.

Calling...

Ponsel raxton berdering, ia menggeser tombol hijau dan menempelkan ponselnya di samping telinga

"halo"

"Tuan besok adalah perekrutan karyawan baru untuk opening restaurant di jakarta"

"Diki sebar semua lowongan kerja itu di media sosial" tutur raxton

Kemungkinan besar avisha berada di Jakarta, feeling raxton sangat kuat. Hari ini ia akan pergi ke pusat belanja miliknya hanya untuk mengecek kegaduhan yang di sampaikan oleh salah satu manager mall bahwasannya ada seorang wanita yang ingin bunuh diri.

Mengingat dulu avisha berusaha menghabisi nyawanya sendiri, raxton tidak ingin melihat hal itu terjadi. "Siapkan mobil saya akan pergi ke central mall"

Raxton mulai bersiap untuk pergi. Tidak menunggu waktu lama lagi, dirinya sedikit berlari.

"Unda lame undaa" ucap anak kecil berusia 2 setengah tahun dengan tangan menunjuk-nunjuk ke depan

Avisha mengalihkan poninya untuk melihat apa yang terjadi di depannya. Di sebrang sana matanya melotot melihat dimana wanita akan meloncat dari lantai empat salah satu gedung mall terbesar di kota.

Kepala avisha pusing, ingatannya bersama raxton kembali terngiang-ngiang. "Ayo nak kita pergi"

"Unda kenapa?" Tanya anak kecil dengan bando lotso dan menggunakan baju serba pink menggenggam tangan sang avisha

Avisha berjongkok dan menggendong navika meellawistpa ya nama anaknya yang begitu indah. Sahabatnya memberikan nama navika dan ayahnya memberikan nama meellawistpa, gabungan yang sangat pas.

Sudah tiga tahun ia hidup disini namun tidak sekalipun ia bertemu dengan raxton maupun anak buah yang sengaja raxton kerahkan untuk mencarinya. Avisha kembali ke parkiran, ia tidak memperdulikan apapun tujuannya untuk berbelanja keperluannya untuk besok mengikuti interview karna melihat seorang wanita yang akan bunuh diri.

Duduk di bangku pengemudi, avisha menarik nafas dalam-dalam. "Ale you okay unda?" Tanya navika

Wajah navika persis wajah raxton. Avisha langsung memeluk putrinya, ucapan raxton yang dulu tidak akan mengakui anak yang di kandungnya adalah hasil dari ulahnya. "Maafkan bunda ya sayang"

Navika mengelus Surai panjang avisha, mencoba membalas pelukan sang bunda "unda tidak boleh cedih, unda udah janji cama aku ndak nangis lagi"

Mengusap air mata avisha, namun tangis avisha semakin deras. "Unda ayo atul napasnya, tutup mata okay"

Avisha menggenggam tangan mungil navika, ia berusaha mengatur napasnya. Treatment seperti itu ampuh untuk avisha. Dan putrinya mampu melakukan itu

Navika tersenyum melihat avisha mulai tenang. Tidak ada suara tangis dari ibunya "unda kangen kakek?"

Mengangguk kecil, mungkin avisha tidak akan pernah mengenalkan sosok siapa raxton sekaligus ayah kandung navika. Namun jika navika sudah besar nanti, avisha sangat takut jikalau putrinya mencari tahu sendiri siapa ayahnya

BOUVIER | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang