Pagi ini Mingyu terbangun dengan suasana hati yang bahagia. Setelah kembali dari perjalanan nan melelahkan, istirahat yang ia dapatkan semalam benar-benar mengembalikan stamina dan semangat Mingyu seperti semula.
Kondisi tubuhnya fit, suasana hatinya baik, dan staminanya sudah pulih. Mingyu menganggap ini sebagai pertanda baik sebelum ia menjalankan misi penting hari ini-membuat Jeonghan dan Joshua berbaikan. Sebetulnya ini bukan hal yang sulit, mengingat Joshua dan Jeonghan tidak henti mengirimkan pesan hanya untuk menanyakan kabar dan kondisi satu sama lain.
"Jeonghan gimana Gyu, dia ada kabarin lo gak soal kondisinya?"
"Gyu kapan balik? Jangan lupa oleh-oleh gue ya. Btw, Shua ada hubungin lo gak?"
Padahal mereka sekantor, tapi mereka malah bertanya pada Mingyu yang ada di luar kota. Konyol sekali dua anak kembar tak sedarah itu.
"Gua udah sampe kemarin. Malam ini kita dinner bareng. Jam 6 udah sampe resto, nanti gua kirim alamatnya. Semua mesti dateng, gak boleh ada alesan." Setelah mengirimkan pesan dan men-share alamat restoran di grup chat mereka bertiga, Mingyu mematikan ponselnya kemudian berjalan ke dapur. Ia memang masih punya banyak waktu sebelum makan malam, tapi melihat daftar hal yang harus ia lakukan hari ini rasanya Mingyu tidak boleh santai terlalu lama di tempat tidur.
"Belanja mingguan, laundry pakaian kotor, mampir ke apotek beli suppressant Mina, lunch di rumah mama papa." gumam Mingyu mengulangi daftar yang harus ia lakukan. Sepertinya hari ini ia akan seharian berada di luar.
Dengan cepat Mingyu menghabiskan sarapan dan mengumpulkan barang-barang yang perlu ia bawa. Tumpukan baju kotor dan baju workout, sedangkan untuk baju sesudah workout Mingyu ingat ia masih menyimpan beberapa stel pakaian di rumah orang tuanya, ia bisa gunakan baju-baju itu.
Mungkin kalau kemarin Mamanya tidak menelepon dan memintanya untuk makan siang bersama, Mingyu bisa bangun lebih siang, tapi apa boleh buat, tidak ada yang bisa membantah titah nyonya keluarga Kim. Lagi pula ia memang harus pulang untuk menambah stok suppressant adik perempuannya.
"Aku tuh bisa tau beli sendiri. Cuma tinggal tunjukin resep dokter, nunggu 10 menit, terus langsung balik, atau bisa minta tolong juga sama Yumi Ahjumma. Jadi gak ngerepotin Oppa terus." protes Mina ketika menerima sekantong plastik penuh suppressant dari tangan Mingyu.
"Ya elah gak papa kali cil, Oppa gak ngerasa repot kok, kan sekalian pulang."
"Stop manggil aku bocil, aku udah kuliah Oppa." gerutu Mina yang menuai tawa dari Mingyu dan kedua orang tua mereka.
Keluarga Kim memang seperti ini, hangat dan menyenangkan-kalau kata Jeonghan keluarga Mingyu seperti keluarga impian yang ia lihat di booklet program pemerintah. Mingyu hanya bisa tertawa mendengarnya, tapi memang perlu diakui Mingyu sangat beruntung bisa terlahir di keluarga Kim.
Berbeda dengan keluarga Alpha lain yang kental dengan tradisi dan patriarki, sejak dahulu kala keluarga Kim tidak terlalu memusingkan secondary gender keturunan mereka. Mau Alpha, Beta, atau Omega, Pria ataupun Wanita, selama memiliki kemampuan yang mumpuni semua punya kesempatan untuk mewarisi kedudukan di perusahaan Developer dan Real Estate yang dibangun oleh para pendahulu keluarga Kim.
"Gimana proyek apartemen yang di luar kota itu, lancar Gyu?" tanya Papa Kim sambil menyeruput teh herbalnya.
Awalnya Mingyu cukup was was saat Papa Kim memintanya untuk menemuinya di ruang baca seusai makan siang mereka, tapi syukurlah mereka hanya ngobrol soal pekerjaannya. "Lumayan, tapi biasalah ada sedikit problem sama izinnya"
"Perlu bantuan papa?"
Mingyu menggeleng. "Makasih Pa, team kami masih bisa handle"
Papa Kim tidak mendesak Mingyu lebih jauh. "Kasih tau kalau kamu perlu sesuatu." tandasnya kemudian kembali menyeruput teh.
KAMU SEDANG MEMBACA
One and Only
FanfictionImpian Jeonghan hanya satu, memiliki rumah yang hangat dan aman. Tapi kenapa susah sekali sih, menggapainya?